CHAPTER 17

29.7K 2.4K 326
                                    

2500 kata! Ramaikan!
Jangan males komen dan vote, oke?! Biar aku juga nggak males dan rajin update ^^

****

Subuh yang dingin membangunkan Joan lebih awal lagi hari ini. Pukul setengah lima perempuan itu sudah bangun, membuat secangkir kopi dan memoles roti tawar dengan selai kacang untuknya sarapan.

Ini hari minggu dan pencuciannya tutup, memberi waktu kepada seluruh pekerjanya untuk bersantai-santai di rumah. Namun tidak dengan Joan sendiri. Joan bosan, ia bingung karena hari ini ia takkan sibuk di pencucian.

Seperti yang sudah selama ini Joan lakukan jika di hari minggu; setelah menghabiskan kopi dan rotinya perempuan itu kemudian pergi mencari penumpang. Melakukan pekerjaan sebagai seorang sopir taksi online.

Memang ini bukan pekerjaan tetap Joan, dan hanya ia lakukan jika di hari minggu ketika pencuciannya tutup. Dan ini sudah berlaku semenjak tiga tahun belakangan.

Penumpang pertama Joan subuh ini adalah seorang wanita tua. Meminta diantar ke rumah sakit karena akan menjenguk cucunya yang sedang dirawat inap. Sepanjang jalan mereka mengobrol, dan Joan menahan diri untuk tidak merokok karena memikirkan kesehatan penumpangnya. Padahal mulutnya sudah asam dan sangat ingin menyesap.

"Suhu pagi ini dingin sekali ya," lontar si nenek di belakang. Dia melihat-lihat ke arah luar jendela sembari tersenyum. Memeluk tasnya di depan dan di sampingnya terdapat rantang makanan.

Joan membalas senyum melalui spion di depan. "Benar. Lebih dingin dari biasanya."

"Dan kau hanya memakai tanktop. Dasar anak muda." Si nenek terkekeh, khas suara lansia.

Selang lima belas menit mereka pun sampai. Tepat di depan rumah sakit Joan menurunkan penumpangnya. Dengan sopan Joan menerima uang bayaran.

"Tidak usah. Bawa saja. Semangat bekerja, hidup memang penuh perjuangan," kata nenek itu berakhir terkekeh kembali. Dia menolak uang kembalian dari Joan.

"Terima kasih. Semoga cucu Anda lekas sembuh," teriak Joan sambil masuk ke dalam mobil. Dan dari jauh si nenek melambaikan tangan.

Joan tidak langsung jalan. Dia menunggu panggilan penumpang melalui aplikasi dan kini sudah membakar sebatang rokok. Sembari itu Joan menikmati suasana subuh. Kota besar memang akan tetap ramai meski masih di pagi buta begini.

Dapat. Buru-buru Joan langsung menelepon calon penumpang yang baru, berlokasi tidak terlalu jauh dari rumah sakit, hanya sekitar lima menit dari titiknya berada.

"Halo? Ya, aku akan segera sampai dalam lima menit. Tolong tunggu sebentar," kata Joan langsung.

"Baik. Temanku memakai kemeja putih dan celana hitam," sahut orang di telepon.

Joan memutus panggilan. Mulai mengemudikan mobilnya menuju titik tujuan, melihat melalui aplikasi maps di ponsel. Masih tetap merokok Joan membuat lari mobilnya lebih laju lagi. Dia buka kaca di samping agar asap rokoknya dapat bebas keluar.

Tibalah Joan di titik penumpang. Perempuan itu melihat-lihat ke samping kiri dan kanan, memastikan jika jemputannya memang sudah sesuai dengan titik tujuan.

"Di mana dia," gumam Joan. Menyesap rokok dan berniat untuk menghubungi si penumpang yang memesan barusan.

Namun, belum sempat Joan menekan call, suara dua orang pria tengah berbincang terdengar dari arah belakang. Melalui spion Joan melihat kepada dua pria tersebut.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang