CHAPTER 22

25.3K 2K 333
                                    

Pantau IGSku! Sebentar ada voucher potongan 25% untuk semua storyku yang full version di NBJ.

2700 kata!
Ramaikan!

****

Mereka akan berpisah. Joan akan pulang ke rumahnya juga Elder akan kembali ke apartment.

Malam yang menyenangkan, bagi Elder. Ia suka berada di dekat Joan. Perempuan yang asyik diajak mengobrol, membahas banyak hal, lagi memiliki senyum yang mampu menggembirakan hati. Elder menilai banyak tentang Joan, tentang perempuan tersebut.

Dengan mobilnya, Joan lalu mengantar Elder sampai ke depan gedung apartment. Meski sudah Elder katakan, tidak apa, aku jalan saja, ini tidak jauh, tetapi Joan memaksa. Ia ingin mengantar Elder karena mereka baru meninggalkan galeri ketika di jam sebelas malam.

Sekarang ini di samping mobil Joan si dosen itu berdiri sementara Joan duduk di kursi kemudi dengan kaca samping terbuka penuh. "Terima kasih, malam ini aku mendapat banyak sekali pemahaman darimu. Rasanya menyenangkan dapat mengobrol bersama orang yang memiliki banyak pengetahuan," timpal Joan bersama senyum mengembang. Ia memuji dari lubuk hatinya.

Elder mengangguk, sekilas ia menggosok hidungnya pelan. "Terima kasih kembali karena sudah datang mengunjungi galeriku. Maaf jika aku terlalu banyak bicara akan hal-hal yang mungkin tidak penting," balas Elder sopan. Dia tersipu ketika Joan terus menatapnya sembari memasang senyum yang tak kunjung pudar.

"Lusa aku datang lagi, itu pun jika dibolehkan." Joan memberi kode. Diizinkan atau tidak, Joan memang akan terus sering-sering datang untuk melihat Elder. Sekarang, Elder seperti sebuah lukisan indah yang tak bisa matanya abaikan. Matanya ingin terus melihat Elder, juga karena ia pun ingin tahu sejauh mana Elder dapat mengingat.

"Lusa?" Kedua alis Elder sedikit terangkat. "Kurasa ... bagaimana jika keesokan harinya lagi? Lusa aku ada acara makan-makan bersama para dosen. Tapi, jika kau datangnya lebih sore, mungkin kita masih dapat mengobrol sebentar," kata Elder kemudian menyugar rambutnya naik.

"Baiklah, aku akan datang pada pukul empat. Tolong Pak Dosen siapkan banyak materi untuk mengajariku." Joan terkekeh. "Kalau begitu masuklah, aku pulang."

"Um. Tolong hati-hati, ini sudah larut," pesan Elder lembut. Ia dan Joan saling melempar senyum dan berakhir terkekeh kompak. Sekilas Elder melihat ke samping lalu kembali lagi ia melihat joan yang masih menatapnya.

"Sampai jumpa," kata Joan, namun belum menutup kaca mobil.

Elder menyenggut satu kali dengan berat. "Sampai jumpa," balas lelaki itu. Melangkah mundur perlahan Elder pun masih memperhatikan Joan.

Dari jarak yang sudah membentang cukup jauh mereka masih saling menatap, terkekeh, dan Joan lantas pergi setelah menekan klakson. Elder berbalik badan, berjalan dengan benar. Ia lalu menunduk, melihat ke bawah sembari memegang tali tasnya yang ia gantung pada bahu kiri. Tersenyum, lelaki itu melangkah ditemani senyumnya yang manis.

"Senang mengenal dirimu, Miss Rue. Terima kasih sudah menjadi temanku," batin Elder berucap. Joan seperti cat warna baru yang membuatnya ingin melukis lagi. Melukis dengan warna baru itu, membuat banyak maha karya seni lukis yang jauh lebih indah.

Menyenangkan, semoga mereka bisa terus berjumpa meski sesekali. Elder menyukai ketika mereka duduk bersama seperti tadi, saling menghadap, menilik mata satu sama lain pun berbagi cerita. Seakan-akan momen itulah yang sudah dari lama ia inginkan.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang