CHAPTER 25

23K 2.1K 1.2K
                                    

Ramaikan yaa 😊
Ayok semangat biar gk ketinggalan terlalu jauh sama yg di NBJ. Besok di NBJ SECOND udah mau update lagi sampe chapter 36 soalnya.

2300 kata guys!
Happy reading!
🌹

****

Dalam diam kedua mata Elder memerah panas. Lurus ia memandang ke depan, mendengarkan semua cerita Todorov mengenai kebenaran-kebenaran yang telah ia lupakan selama ini.

Setelah Joan pergi meninggalkan galeri dengan keadaan menangis, Elder juga putuskan untuk segera mendatangi Todorov adiknya. Ia mendesak, meminta Todorov menceritakan segalanya tanpa terkecuali. Dengan terpaksa juga berat hati, Todorov pun bercerita, memberitahu semua-muanya hingga Elder terpuruk dalam kekosongan.

"Jadi di mana Christy sekarang?" Elder bertanya, menengok ke samping menampakkan tinggi pangkal hidungnya.

Erat lamban Todorov meraup wajah. "Dia sudah menikah delapan bulan setelah kau kecelakaan. Dia hamil bersama mantan kekasihnya," jelas Todorov apa adanya. Sesuai informasi yang sudah ia cari tahu sendiri.

Gejolak emosional di dalam diri Elder hampir meledak. Ia marah, kecewa pada dirinya sendiri yang sempat begitu kacau. Ia juga kecewa pada tindakan Joan yang sampai merenggut nyawa orang lain pun bahkan hampir merenggut nyawanya, membuatnya kehilangan sebagian ingatan seperti saat ini. Membuatnya merasa kosong dan terus-terusan bertanya, bertanya apa saja yang sudah ia lupakan di dalam hidupnya.

"Lalu kenapa kau datang menemui Joan dan menghinanya?" Elder berbalik badan, ke arah Todorov ia menilik mantap.

Kening Todorov berkerut. Ia sampai berdiri kemudian melangkah beberapa kali mendekati sang kakak.

"Jadi maksudmu aku dan kami semua harus memaafkannya begitu saja? Hey, karena kegilaannya kau hampir mati. Karena kegilaannya aku hampir kehilangan salah satu saudara lelakiku yang amat kucintai, Delvecchio Elder Taylor," tutur Todorov cepat sembari menunjuk ke samping, ke arah Joan yang jauh di sana.

"A-aku mengerti, aku mengerti, Todorov. Aku mengerti. Tapi kenapa kau harus sampai merendahkannya?" Di luar dugaan. Todorov terkejut melihat ekspresi Elder yang begitu emosional, Elder berantakkan sendiri rambutnya seperti orang gila, meraup wajahnya berkali-kali hingga muka pria itu kian memerah.

"Aku tahu dia bodoh dan tidak bersekolah, aku tahu dia salah, tetapi bukan seperti itu kalian menghukumnya. Aku tahu diriku hampir mati karena dirinya, tetapi tolong, wanita tak pantas dihina dan direndahkan seperti itu sekalipun dia tolol," papar Elder, berulang-ulang ia menunjuk ke lantai dengan rahang mengetat.

Todorov menggeleng samar-samar, tak habis pikir. "Kau mencintainya? Kau mencintai perempuan sialan itu?" Cepat-cepat Todorov berjalan menghampiri Elder.

Di depan Elder ia berdiri dengan tinggi mereka yang sejajar kini. "Jauh sebelum kami merendahkannya, sudah lebih dulu dia merendahkanmu, menghinamu dan memaki-makimu, Pak Dosen mantan bajingan. Dia berlagak di depanmu dan kau terus mengejarnya seperti orang gila. Sekarang setelah kejadian seperti ini, kau pun masih ingin membela dan mengejarnya? Kau masih ingin mencintai perempuan itu?"

Napas Elder memberat, memburu cepat. "Ini bukan soal sifat, Todorov. Ini soal perasaan. Aku kehilangan banyak kenangan berharga, aku merasa kosong seperti wadah tak berisi. Aku hampa, dan kehadirannya membuatku merasa penuh tanpa alasan. Aku terus mencaritahu wajah siapa yang begitu ingin kuingat namun sulit, aku terus memimpikan untuk bisa mengingat wajah itu, dan setelah kami berjumpa kembali, kusadari wajahnyalah yang kurindukan dan ingin kuingat. Wajahnya itu yang selalu ingin kulukis namun selalu berakhir kosong," tekan Elder di akhir paragraf. Ia gemetar setelah mengingat wajah Joan-lah yang sangat ia rindukan selama ini.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang