Ramaikan, oke?!
Tandai aja kalau ada typo, ini ngetiknya buru-buru. Pulang kerja, belum mandi, belum makan, udah langsung nulis part ini.
****
Terulas manis senyum pada bibir Elder. Sambil mengemudi ia mengetik semua pesan kemudian dikirimkannya kepada Joan.
"Kuakui tembok pertahananmu sangat kuat. Sejauh ini baru kau seorang yang sesanggup itu menolak dan mengabaikanku," monolog Elder. Pesan terakhir ia kirimkan pada Joan sebagai serangan terbrutal di malam ini.
"Tapi sampai kapan kau akan sanggup bertahan? Selama ini tak pernah ada yang sanggup bertahan dari cara bermain tarik ulurku," sambung Elder kemudian.
"Kita lihat, cepat atau lambat kau akan segera mencariku. Gelagatmu menunjukkan bahwa kau mulai gelisah dan aku tahu itu." Elder menarik lagi sudut bibirnya, puas membuat Joan kalang kabut setelah dua minggu lamanya mereka tak berjumpa.
Dengan keadaan setengah mabuk pun Elder masih sanggup bermain perasaan. Setelah meninggalkan Joan yang telah ia buat hampir frustrasi, pria itu lalu menghubungi kekasihnya, si mahasiswi tingkat akhir berdarah Inggris yang memiliki porsi paling berbeda di hati Elder.
Jika benar Joan masih tak bisa ia luluhkan, telah Elder putuskan untuk ia nikahi saja kekasihnya yang satu ini. Tidak buruk, perempuan Inggris itu memiliki kualitas yang Elder senangi sebagai calon istri.
Pertama, dia cantik. Kedua, dia pintar. Ketiga, dia dengar-dengaran dan selalu mengandalkan Elder.
Begini, Elder ialah pria dewasa yang suka bila dirinya dapat diandalkan. Kepada perempuan yang ia sayangi, Elder suka jika ia dimintai tolong. Tetapi Joan? Si tomboy itu sama sekali tak membutuhkan bantuannya.
Jika Joan benar menjadi kekasih Elder, dosen itu jamin sungguh keberandaannya takkan benar-benar Joan anggap nyata. Joan terbiasa melakukan segalanya seorang diri, dia mandiri, pekerja keras, giat, dan tak memiliki rasa takut pada apa pun.
Tetapi apa salahnya berusaha meluluhkan? Di sini yang Elder inginkan hanyalah Joan dapat menjadi miliknya, sebelum ia benar-benar mengambil langkah serius dalam berkomitmen.
Namun, bila Joan tak kunjung luluh pun Elder mulai lelah mengejar, sudah dosen itu pilih untuk menikahi kekasihnya saja. Satu-satunya perempuan yang memang Elder akui sebagai pacarnya.
"Aku akan segera sampai. Pakai jaketmu, udara cukup dingin malam ini," pesan Elder di telepon. Berbicara kepada pacarnya yang akan ia jemput.
"Um. Aku juga lapar, bisa kita sekalin cari makan malam?"
Elder tersenyum sambil mengemudi. "Iya. Tidak perlu membawa dompet, pakai uangku."
Ini perbedaan yang sangat menonjol. Kepada pacarnya yang ini, Elder sama sekali tidak pelit mengenai uang. Awalnya ia masih cukup perhitungan, namun belakangan ini, Elder mulai tak memikirkan seberapa pun uang yang akan ia keluarkan untuk kekasihnya itu.
Terlebih lagi selama dua minggu belakangan mereka terus bertemu, Elder menyadari bila ia semakin menyayangi mahasiswi tingkat akhir tersebut. Dan tentang dirinya yang akan melamar pacarnya dalam dua minggu ke depan seperti yang Todorov katakan kepada Joan, itu benar adanya.
Di sisi ini Elder sudah berniat melamar kekasihnya, tetapi ia pun masih berusaha untuk mengejar Joan. Dua minggu adalah waktu bagi Joan untuk menentukan pilihannya.
Jika dalam dua minggu ke depan Joan masih enggan dan tetap menolak, mantap sudah Elder untuk menikahi kekasihnya dan mengucapkan selamat tinggal kepada Joan, kepada perempuan tomboy itu yang memang sebenarnya hanyalah orang asing dalam hidup Elder.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || ADULT ROMANCE She said : ❝Sebab bagi mereka yang terhormat dan bermartabat, dalam mencintai pun harus setara.❞ He said : ❝Segala perbedaan akan kalah telak pada hebatnya cinta yang tak...