CHAPTER 19

27.1K 2.4K 713
                                    

Di waktu yang sama, Switzerland, Lauterbrunnen Village ....

"Jadi mereka sudah bertemu kembali? Lalu bagaimana dengan reaksi Elder? Apa dia sudah mengingat perempuan itu?"

"Mereka baru berjumpa kembali pada pagi tadi. Elder memesan taksi dan ternyata perempuan itu yang datang," sahut Todorov. Memberitahu kepada sang ibu. Ruby tengah menjahit dengan anggun, membenahi topi kebun suaminya.

Ada jeda sebelum akhirnya Ruby kembali membuang suara, "Aku tidak mengerti mengapa Elder tergila-gila pada wanita miskin gila seperti perempuan itu. Jika suatu saat semua ingatannya sudah kembali, dan jika dia tetap memaksa untuk menikahi perempuan sinting itu, akulah orang pertama yang akan menentang keras cinta mereka."

"Nyonya, jaga lidahmu, Sayang." Kenneth menegur secara lembut. Tapi apa mau dikata, mereka takkan paham perasaan seorang ibu yang hampir kehilangan salah satu putranya.

Kabar kecelakaan Elder sangat tiba-tiba. Ruby yang mendengar pun merasa hancur dengan seketika. Dunianya seolah tengah jungkir balik, ia merasa salah satu jarinya seakan diputuskan. Benar-benar sakit, sepanjang hari Ruby menangis, dan sepanjang Elder terbaring koma, setiap harinya Ruby memiliki waktu sendiri untuk menangisi Elder yang seakan tak ada harapan untuk kembali melihat dunia.

Ruby sehat, namun ia merasa jika seluruh organ tubuhnya benar-benar hancur lebur di dalam, terutama hatinya. Melihat putra keduanya tertidur bersama seluruh luka celaka yang dialami, menutup mata dan seakan tak ada harapan untuk melihatnya kembali, di situlah Ruby merasa sangat hancur.

Istri Kenneth itu sampai mengalami penurunan berat badan. Ruby hampir mengalami stress, setiap hari mendapati putranya terbaring tanpa kesadaran, Ruby pun hampir mengalami stress, ketakutan akan kematian Elder menyerangnya di setiap saat. Semua orang berduka, semua orang menangis, tetapi Ruby-lah yang paling hancur saat itu.

Elder adalah putra kedua yang ia dan Kenneth amat nanti-nantikan. Sebajingan apa pun anak itu, dia masih tetap memiliki orang tua, dan Joan tak ada hak untuk merenggut nyawanya. Joan tak ada hak merenggut nyawa pria itu dari kedua orang tuanya.

Setelah Kenneth menegur, Ruby berdecih kemudian menilik suaminya datar. "Mungkin kau dapat terima Elder diperlakukan seperti itu, tapi tidak denganku. Sembilan bulan aku mengandunganya, bahkan saat itu kau tidak bersamaku. Kau pergi melindungi Gemma dan menyelesaikan kasus besar keluarga kalian, sementara aku dan Sanzio di sini, menunggumu, mengandung Elder sedari awal hingga kau datang ketika dia sudah hampir lahir. Kau pikir perasaanku, Kenneth. Pikir perasaanku," bentak Ruby di akhir.

Wanita itu marah. Ruby sudah tak semuda dulu, tetapi tilikinnya yang memancarkan amarah terasa sangat kuat dan kental. Serta ada benci di dalamnya. Berkali-kali sudah ia memarahi Kenneth, bertengkar bersama Kenneth yang seolah melindungi Joan. Sementara Ruby sangat ingin menemui perempuan itu lalu membolongi tengkoraknya menggunakan amunisi di hadapan orang tua Joan langsung.

"Bukan aku terima putra kita diperlakukan seperti itu. Biarlah mereka bersama, karena sampai di mana nanti Elder telah mengingat kembali segalanya, maka dia sendirilah yang akan menghancurkan perempuan itu," jelas Kenneth tegas. Ia harus mempertegas suaranya agar Ruby mau mendengarkan.

Kenneth berdiri. "Kita semua tahu Elder tidak sebaik itu," sambung Kenneth. Ia tatap Ruby yang juga kini telah berdiri.

Dan di situ Todorov hanya duduk di sofa, bersedekap lalu matanya hanya menatap lantai. Tak berani ikut campur.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang