48. "Ohhh....aahhh...." (++17)

190 2 0
                                    

Rumah sederhana kediaman Putri dan Edward Dante dipenuhi kelompok MAPALA dan ada beberapa tetangga Putri yang punya pekerjaan sebagai pengacara alias pengangguran banyak acara suka nongkrong di rumah itu apalagi tidak terlihat Edward Dante di rumah itu karena sibuk kerja. Ibu RT sampai ngotak -ngatik isi kulkas Putri dan tanpa bertanya terlebih dahulu, ibu RT langsung masak dibantu tetangga, aji mumpung rumah itu jadi tempat makan bersama dengan pasang tikar, meja sofa Putri tanpa bertanya juga mereka yang datang ke rumah itu gotong royong memindahkannya ke rumah Bu RT yang rumahnya lumayan lebih besar dari rumah Putri.😁 Putri dan teman-temannya sedang berdiskusi kegiatan MAPALA yang segera dilaksanakan di Carstensz Pyramid di Papua sambil mendengar suara tawa ibu-ibu ngerumpi di dapur, sebelum memulai diskusi itu, salah satu teman Putri yang perempuan memandang Putri yang disuruh Ketua MAPALA mencatat peralatan yang harus disiapkan, "Put, kamu kasih apa ke ibu-ibu lingkungan ini sampai mau-maunya masak di rumah kamu?? Apa karena suami kamu adalah dokter??"

Putri menghentikan gerakan tangannya yang siap menulis kembali apa yang baru saja dikatakan ketua MAPALA, Putri menoleh pada temannya itu sambil nyengir menjawab, "Gak juga, itu karena Bu RT sangat baik padaku. Dia yang gerakin prajurit PKK nongkrong di sini, hehe..."

"Asyik banget ya punya Bu RT seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Asyik banget ya punya Bu RT seperti itu." ujar temannya Putri, "Kalo aku di komplek, Bu RT nya sibuk kerja jadi hanya kumpul pas arisan itu juga Minggu."

"Di solo, aku juga komplek perumahan, tapi aku lebih suka di desa nenekku." ujar Putri, tiba-tiba sepintas lalu ia terkenang sosok pria yang jadi cinta pertamanya, Reno.

"Namanya desa pasti nyenangkan untuk liburan tapi kalo aku tinggal terus di desa, mana betah aku, Put." oceh temannya.

Putri nyengir juga dan menjawab, kenangannya bersama Reno berpendar dari otaknya, "Mungkin sama kali ya, apalagi gak ada sarana skateboard. Terasa dunia kerontang."

"Iya bener, gak ada cafe gaul kayaknya, hehe..."

"Di desa nenek aku, meski gak ada cafe, aku suka nongkrong di bale-bale sawah sama teman desa aku. Liat bulan dan bintang lebih asyik sambil dengerin seruling temanku itu." ujar Putri, "Di halaman rumah nenek bisa dipasang tenda." tiba-tiba jidat Putri dan temannya dijitak pelan oleh Anjasmara, "Kok malah ngerumpi, lakukan tugas masing-masing, rapat dimulai." ujar Anjasmara sambil mesem-mesem melihat dua anak buahnya menatapnya dengan air muka ditekuk, sambil mengusap bekas jitakan Anjasmara di dahi mereka.

Anjasmara berlagak cuek melihat ekspresi dua anak buahnya itu--telapak kakinya masih di gips gara-gara diinjak Putri dengan keras, tapi ia masih bisa duduk di lantai, lalu pria tampan itu memulai rapat, Putri mencatat lagi sambil ikut mendengarkan omongan Anjasmara, kelompok MAPALA berjumlah 30 dan terbagi dua dengan MAPALA tim SAR juga, "Di Papua, kita kemping dan mendaki gunung hanya seminggu, tapi khusus MAPALA tim SAR, tiga Minggu karena dua minggunya bergabung dengan tim SAR Australia. Untuk persiapan, kalian dibekali radio kontrol, mengingat jaringan komunikasi hape mungkin gak ada." ujar Anjasmara, lalu ia menyebut dua orang nama yang menjadi penanggung jawab pengecekan radio kontrol milik universitas mereka, dari arah dapur keluar dua orang ibu-ibu PKK keluar membawa piring berisi buah potong Semangka dan apel dari keluarga pasien Edward Dante sebagai tanda ucapan terimakasih karena keberhasilannya Edward Dante mengoperasi pasien itu sampai pasien itu pulang dengan keadaan pulih meski masih harus jalani rawat jalan, dan cemilan fried potato. Putri dan teman-temannya melihat dua ibu itu menyodorkan piring-piring itu, "Nih ada cemilan sambil nunggu nasi lauk pauk matang." ujar salah satu wanita itu.

Kaulah Segalanya Untukku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang