Tiba di kamar tidur Herlambang, dengan tangan gemetaran dan jantung berlompatan tak menentu, Edward Dante mengetuk pintu kamar itu. "Shit!!! Nyaliku kok jadi ciut gini ya, kayak suami takut istri, hihihi..." ucap Edward Dante dalam hati geli dan juga takut setengah mati, tangannya terus mengetuk pintu.
Tok...Tok...Tok...
Pintu kamar itu dibuka dari dalam, bastian melihat seorang wanita yang umurnya Edward Dante perkirakan seumuran dengan Nita. "Aku ingin bertemu dengan istriku, tapi kamu jangan bilang aku suaminya. Mengerti!!" ucap Edward Dante serius memandang wanita itu dengan mata birunya.
Sejenak wanita perias Putri memandang wajah bule tampan yang saat ini memandanginya dengan postur tinggi atletis yang berbalut baju akad nikah berwarna putih, wanita perias Putri itu terkagum melihat profil Edward Dante di depan mata, "Huaduuh, ada bule bisa lancar ngomong bahasa Indonesia, aku diajak ngomong sama bule.." desah wanita itu dalam hati, lalu wanita itu berkata, "Silakan aja, Puput udah beres didandani tinggal pake selop."
"Biar aku aja yang finishing. Kamu pergilah." ujar Edward Dante. Sambil melihat wanita perias Putri keluar dari kamar itu, di ambang pintu kamar itu, Edward Dante mendengar suara Putri sedang berbicara dengan seseorang yang ia tidak tahu, terdengar pula suara tawa Putri. Setelah wanita perias Putri keluar, barulah Edward Dante melangkahkan kaki kanannya masuk ke dalam disusul kaki kirinya dan akhirnya kedua kakinya bersinambungan melangkah maju, kedua mata biru Edward Dante melihat Putri duduk memunggunginya sehingga terlihat sanggul pengantin Putri dihiasi rangkaian bunga melati kuncup mengitari sanggul itu, aroma bau melati segar, bunga kantil dan bunga mawar yang berasal dari pernak pernik mahkota sanggul itu menguar di udara. Edward Dante melihat hiasan lucu bergoyang diselipan puncak kepala Putri. Yang Edward Dante lihat dari kaca rias itu adalah beberapa Cenduk mentul perak motif bunga yang terdiri tujuh buah dan bergoyang-goyang setiap kali Putri bergerak, gunungan atau mahkota perak menghiasi puncak kepala Putri, centhung yang terletak di kanan kiri depan mahkota dan dari kaca rias, Edward Dante melihat pula Paes Prada yang berpola lengkungan besar dan lengkungan kecil yang semua itu tentu saja pria tidak tahu namanya, yang penting istrinya terlihat cantik dan menggemaskan hatinya. Dengan hati berdebar-debar dan memegang berkas pernikahan, Edward Dante memanggil istrinya dengan nada suara ragu-ragu, "Put.."
Dari kaca rias, Putri menghentikan obrolannya dengan sahabatnya yang di kota, gadis manis itu melihat Edward Dante berdiri di belakangnya dengan memakai stelan baju akad nikah berwarna putih. Putri memutar tubuhnya dari tempat duduknya, masih mengamati Edward Dante dengan pandangan heran, tangan Putri masih memegang ponsel yang diletakan ke telinga kanan. Cenduk mentulnya bergoyang mengikuti gerakan kepala Putri.
Kedua mata biru Edward Dante membulat besar, terpesona melihat kecantikan Putri dengan tata busana pengantin Solo. Kedua matanya bergerak naik turun turun naik menatapi Putri dari ujung kepala sampai ujung kaki yang tidak beralas kaki, Putri belum memakai selop pengantin, "Astaghfirullah, Puput. You are so beautiful, honey... cantik dan manis sekali kamu, Puput." ujar Edward Dante dalam hati dengan berkali-kali mendesah kagum. Edward Dante melihat untuk pertama kalinya bibir Putri yang alami kini harus dipoles lipstik, wajah polos manis Putri juga terpoles make up. Pria tampan itu mendengar suara Putri berkata nyerocos seperti biasa, "Paman Edward, ada apa? Paman salah kamar, ya?? Kamar Tante Nita ada di sebelah, bukan di sini, Paman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah Segalanya Untukku
RomancePertemuan mereka membuat mereka terlibat pernikahan yang tidak dihendaki Putri Wulandari, gadis manis tomboi, pencinta skateboard dan pendaki gunung. Putri menyukai seorang Lurah di desa kakeknya. Pernikahan atas pilihan kakek pria bule tampan ketur...