46. "Maafin aku, Put." (17++)

62 3 0
                                    

Sambil menggendong tas ransel medis di punggungnya, Edward Dante turun dari anak tangga helikopter satu persatu setelah melepas headphone bando helikopter. Mereka semua mendengar suara putaran Helikopter, udara malam semakin dingin menerpa tubuh terutama Edward Dante, Putri dan Fransisca. Setelah Edward Dante turun dengan ransel medis tergendong di pundaknya, Putri ikut turun yang kemudian menyambut uluran tangan sang suami yang membantunya turun supaya tidak tergelincir. Terakhir adalah Fransisca turun sambil menggendong tas ransel medis juga.

Edward Dante menggandeng tangan Putri sambil berjalan dan mendengar ucapan seorang perwira AL yang menyambut mereka, antara ia dan perwira AL itu saling bersalaman dulu, lalu mereka berjalan bersama, Fransisca berjalan di belakang mereka, "Kamu Professor Edward? Aku Letnan Nino. Kapten bilang, Professor langsung ke ruang medis, dan sepertinya operasi masih berlangsung."

Edward Dante melirik jam tangannya sambil terus jalan, Putri yang digandeng berjalan dengan setengah hati karena masih merasa mengantuk dan sesekali menguap yang ia tutup pake tangan sambil mendengarkan omongan suaminya yang sedang berbicara dengan Letnan Nino, "Kemungkinan operasi selesai lima belas menit lagi." ujar Edward Dante, "Apa hanya satu saja yang terluka??"

Langkah mereka sudah masuk pintu kapal AL dan melangkah terus ke lambung kapal yang makin lama makin menyempit sehingga harus jalan satu persatu, Edward Dante tidak mau melepas gandengannya sehingga posisi tangannya ke belakang dan tangan Putri terulur ke depan. Pandangan mata Putri, Edward Dante dan Fransisca melihat cahaya kapal diterangi lampu seadanya sambil telinga mereka bertiga mendengar Letnan Nino bicara, "Yang terluka parah hanya satu, satu lagi luka ringan dan sudah diobati. Sedangkan yang lain mati."

Edward Dante mantuk-mantuk lalu  ia teringat ucapan Putri yang mengatakan ada kuliah pagi hari, "Istriku ingin istirahat, apa ada ruangan untuknya sementara aku dan dokter Fransiska gabung ke tim medis." ujar Edward Dante.

"Bisa." jawab Letnan Nino, "Istirahatnya di ruang bersama keluarga pasien saja ya, kalo ruang khusus, harus minta izin dulu ke Kapten."

"Boleh." ujar Edward Dante, lalu mereka bertiga mengikuti Letnan Nino menuju sebuah ruangan dimana di sana keluarga pasien yang terluka istirahat sambil menunggu operasi selesai.

Letnan Nino membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Putri masuk, Edward Dante yang berdiri paling depan selayang pandang mata birunya melihat ada tiga orang di ruangan itu dimana seorang wanita sedang batuk-batuk, sementara itu Putri melangkah selangkah, lalu tangan kanan Edward Dante mengelus kepala Putri sambil berkata, "Kamu istirahatlah, besok kan kuliah."

"Jadi aku gak lakuin apa-apa nih, mas Edward

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi aku gak lakuin apa-apa nih, mas Edward." ujar Putri memandang suaminya heran, "Tadi mas bilang aku bersihkan geladak."

"Ini udah malam, gak usah bersihkan geladak." ujar Edward Dante nyengir, "Atau kamu bikinkan teh hangat untuk wanita itu.." mata biru Edward Dante dan dagunya memberi isyarat pada istrinya supaya memperhatikan kesehatan wanita yang sedang batuk-batuk itu, "Mengerti, kan??" Edward Dante melihat gerakan kepala Putri mengikuti gerakan isyarat Edward Dante padanya.

Kaulah Segalanya Untukku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang