45. Janji Edward Dante 😘

27 3 0
                                    

Beberapa langkah berjalan di samping pria yang berseragam polisi itu, hati Putri mulai tak enak, ia merasa ini bukan prosedur yang semestinya. Pria itu bertanya padanya, "Dimana kita bicara?"

Putri yang tidak tahu area mana saja yang dipakai untuk bicara personal, dengan asal ia menunjuk sebuah pintu yang tertutup dan di daun pintu itu bertulis rest room doctor, "Di situ aja, Om polisi." katanya.

Pria berseragam polisi itu mengangguk, "Boleh, kita ke situ saja."

Putri membuka lebar pintu itu dan mempersilakan pria itu masuk barulah ia masuk. Pria itu menghela napas lega karena melihat tidak ada siapa pun di ruangan itu. Putri terjingkat kaget melihat gerakan tangan pria itu menutup rapat pintu itu padahal keinginan Putri tetap membiarkan pintu tetap terbuka, Putri sempat melihat ada bekas cakaran di punggung tangan pria tidak dikenal itu, mulut Putri nyeplos protes, "Kok ditutup sih, Om polisi?"

"Kan udah kukatakan kasus ini sensitif, nona." sahut pria itu tak acuh.

"Ya ela, gak segitunya kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ela, gak segitunya kali." batin Putri dan membiarkan pria itu menutup pintu, ia juga mendengar ucapan pria itu, "Mana, aku mau periksa sekarang."

Putri menyodorkan kotak dan berkas itu, "Nih, Om polisi periksa." katanya, pria berseragam polisi itu menerima benda itu sambil mendengar kelanjutan ucapan gadis itu, "Tapi hanya periksa aja, gak boleh dibawa sebelum dapat persetujuan pimpinan rumah sakit ini."

Pria berseragam polisi itu mengiyakan, ia meletakan kotak itu ke meja bundar dan mulai membuka kotak barang bukti visum, melihat pakaian lengkap yang dipakai korban pemerkosaan yang sudah dilipat dan dibungkus plastik visum--ada tempelan kertas berisi data korban. Lalu pria itu menutup kembali kotak itu dan beralih memeriksa berkas map, sementara itu Putri merasa haus melayangkan pandangan mencari minuman, Putri melihat ada mesin pembuat kopi yang terletak di meja pantry tak jauh dari tempatnya berdiri, Putri langsung berjalan menghampiri mesin pembuat kopi. Putri melihat cangkir telungkup, lalu menuangkan teko kaca cembung yang berisi kopi susu ke cangkirnya dan isinya teko itu masih panas sekali di mesin itu. Aroma kopi susu menguar tercium oleh Putri dan pria yang tidak dikenal itu.

Baru mengangkat cangkirnya yang didekatkan ke bibirnya sambil menghampiri pria itu, Putri mendengar ucapan mengejutkan dari mulut pria itu, "Wanita mudah ditipu. Liat seragam polisi langsung percaya dan jadi lengah."

"Jadi kamu bukan polisi?" ujar Putri tercengang, tak jadi menyesap kopinya, sambil memegang cangkir kopi, pandangannya menyelusuri seragam polisi yang dikenakan pria itu.

"Oh seragam ini? Aku mencurinya. Bodoh." kata pria itu meringis meremehkan Putri yang sedang memegang cangkir berisi kopi panas, melihat ada keterkejutan diraut muka manis gadis itu, "Omong-omong. Apa kamu tau pasien itu hidup setelah dioperasi? Tapi eh, tampang kamu seperti bukan dokter sini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kaulah Segalanya Untukku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang