40. Kebaikan Edward

45 3 0
                                    

Edward Dante segera memotong suara protes istrinya dengan memeluk tubuh istrinya dari depan, "Honey, hidup Ricky di ujung tanduk. Kamu yakin gak mau nolong dia??" tangan kanan Edward Dante mengelus belakang kepala istrinya dengan sayang, "Ayok, kamu liat dulu keadaan dia, tadi dia ngedrop sekali."

Tangan pria tampan yang mengusap rambut istrinya itu merasakan gerakan anggukan kepala istrinya, lalu mengurai pelukan itu. Edward Dante lalu menggandeng tangan istrinya, "Jangan khawatir, aku bersama kamu, honey." katanya. Bunyi ponsel yang berasal dari ponsel Putri akhirnya berhenti-- Anjasmara menghentikan untuk tidak menelpon Putri lagi. Dengan sikap malas, Putri mengiyakan dan membiarkan suaminya itu menggandeng pergelangan tangannya menuju tempat Ricky dirawat.

UGD sayap timur tempat Ricky dirawat, Edward Dante menyuruh anak buahnya memberi ruang untuk Putri menghampiri dipan pasien yang di sana berbaring Ricky dengan peralatan medis yang Putri tidak tahu namanya. Di sisi dipan pasien itu, Putri jadi merasa sedih dan kasihan melihat kondisi Ricky, sesaat Putri diam memandangi wajah tampan Ricky, "Aku gak tahu kamu. Benarkah kamu butuh aku??" ujar Putri kemudian, di sisinya berdiri juga Edward Dante-- pria tampan itu memantau pergerakan denyut jantung Ricky dari monitor EKG, denyut yang tadinya grafiknya sangat turun, tapi mendadak grafiknya naik ke posisi normal setelah Putri berbicara pada Ricky.

 Benarkah kamu butuh aku??" ujar Putri kemudian, di sisinya berdiri juga Edward Dante-- pria tampan itu memantau pergerakan denyut jantung Ricky dari monitor EKG, denyut yang tadinya grafiknya sangat turun, tapi mendadak grafiknya naik ke posisi n...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Edward Dante menduga, meski Ricky memejamkan mata karena obat yang ia suruh berikan, otak dan pendengaran Ricky tetap bekerja. Sementara itu Putri mengatakan pada Ricky, "Aku udah di sini. Bangun dong cowok manja. Kalo kamu bangun, ayok ikut aku supaya otak kamu segar."

Edward Dante mendengar celoteh Putri yang seperti asal bunyi saja, hati pria tampan bermata biru itu meringis lucu, mengerling ke arah istrinya. Dokter lain yang masih ada di situ, cengar-cengir dan Professor anestesi cengo karena ia tidak tahu bahasa Indonesia. Baru selesai Putri mengatakan itu, terjadilah respon dari Ricky dengan adanya gerakan pada kedua kelopak matanya lalu perlahan-lahan kelopak mata itu membuka dengan pandangan lurus ke depan.

Ricky mendengar suara perempuan yang ia belum tahu suara itu adalah Putri, "Baguslah kamu udah bangun." Pria tampan yang usianya lebih muda dari Edward Dante melirik ke arah samping, menjumpai Putri berdiri berdampingan dengan seorang dokter yang tampan juga. Ricky mengangkat tangan kirinya yang terasa lunglai karena pengaruh obat medis, tangan terangkat itu gemetaran dan bisa diliat oleh Putri, Edward Dante dan juga dokter-dokter itu.

Edward Dante berbisik pada istrinya, "Pegang tangannya, Honey." pria tampan itu lalu melihat gerakan tangan Putri meraih tangan Ricky dan menggenggam telapak tangan Ricky, sambil memandang Ricky dan mulai berbicara lagi pada Ricky dengan bahasa Indonesia tanpa peduli Ricky mengerti bahasanya atau tidak, "Cowok manja, namaku Putri. Aku mau jadi teman kamu, tapi kamu harus berusaha sembuh supaya kamu bisa bermain dengan aku."

Sambil berbaring, Ricky mencerna omongan Putri, lalu menganggukkan kepalanya dengan gerakan yang sangat lemah, Putri tersenyum melihat anggukan kepala Ricky, ditepuk punggung tangan Ricky dengan lembut, "Sekarang kamu dan aku berteman. Kamu istirahatlah, aku akan ke sini lagi. Aku ditunggu temanku yang lain."

Kaulah Segalanya Untukku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang