Pertemuan mereka membuat mereka terlibat pernikahan yang tidak dihendaki Putri Wulandari, gadis manis tomboi, pencinta skateboard dan pendaki gunung. Putri menyukai seorang Lurah di desa kakeknya. Pernikahan atas pilihan kakek pria bule tampan ketur...
Tim operasi yang dipimpin oleh Edward Dante terdiri dari lima orang, sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu mereka mencuci tangan dengan sabun khusus, di kepala mereka sudah memakai topi operasi berwarna biru polos. Setelah itu perawat bagian memakaikan jubah operasi, masker penutup hidung dan mulut serta membantu memakaikan sarung tangan karet untuk masing-masing tim yang bersiap mengoperasi pasien. Tim Edward Dante saling berhadapan muka dengan pasien yang berbaring di meja operasi dan sudah dibius oleh Professor dokter spesialis anestesi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cedera akibat benda tumpul di perut yang parah dengan luka di hati." ujar Edward Dante memulai memberitahukan pada timnya sebelum mengoperasi perdana menteri Nagoya, memandang timnya satu persatu, mereka bicara dengan bahasa Inggris, "BP-nya rendah. Saturnasi gak terjaga karena hemotoraks kiri." sesaat Edward Dante diam, menarik nafas memenuhi oksigennya dibalik masker penutup hidung dan mulutnya, lalu melanjutkan lagi bicaranya sambil menghembuskan napasnya perlahan, "Jantung Perdana Mentri Nagoya bisa berhenti karena operasi ini."
"Kamu yakin, Prof?" ujar profesor dokter spesialis anestesi melihat ada keraguan di pandangan mata Edward Dante karena pasien yang dioperasi adalah orang penting di Jepang.
Edward Dante mengangguk, berbicara sambil menatap timnya, "Untuk hari ini, kita mengoperasi agar pendarahan berhenti. Setelah splenektoni, kita lakukan operasi perinepatik, lalu kita lihat kondisinya dalam 48 jam kemudian untuk operasi kedua."
"Oke." ujar profesor dokter spesialis anestesi, "Mari kita mulai."
"Pisau bedah." ujar Edward Dante, tangannya menengadah ke samping, kepala perawat memberikannya pisau bedah yang sangat tajam, lalu tanpa ragu-ragu lagi, Edward Dante mengucapkan basmalah dan kemudian menusuk pisau bedah itu ke bagian perut perdana menteri Nagoya dengan tusukan menyayat panjang berkelok sampai di atas pusar Perdana Mentri Nagoya. Sambil menyayat, Edward Dante berkata, "Ada banyak pendarahan internal. Kita lihat akan banyak darah mengucur. Perawat, siapkan perban besar yang banyak."
"Baik, Professor." ujar kepala perawat, meraih perban besar, mereka semua melihat darah mengucur dan muncrat banyak sampai darah itu mengucur ke meja operasi dan tumpah ke lantai, nyaris mengenai sepatu Edward Dante dan kepala perawat. Sedangkan kepala perawat segera memberikan tumpukan perban besar, Edward Dante dan dokter Joe menerima perban itu dan menaruhnya di sayatan itu sehingga darah menyesap ke perban.
Edward Dante dan dokter Joe melihat darah mulai berkurang mengucur, Edward Dante melanjutkan bicaranya, "Ambil tabung hisap perut." Sedangkan dokter Joe berbicara pada kepala perawat yang berdiri di sampingnya, "Pisau bedah." Dokter Joe menyerahkan pisau bedah pada kepala perawat setelah ia membelah lebih dalam lagi bekas sayatan Edward Dante yang melihatnya sambil berpikir, mulut dokter Joe berkata, "Penghisap." Kepala perawat itu pun memberikan penghisap dan segera dokter Joe mengarahkan alat penghisap untuk menyedot darah yang menggenangi area ulu hati dekat limpa. Sementara dokter Joe menyedot darah itu dimana darah masuk ke selang putih dan dialirkan ke tempat khusus, Edward Dante meminta pada kepala perawat yang berdiri di sebelahnya, "Bovie..." Pria tampan itu menerima alat yang bernama bovie dari tangan kepala perawat, lalu pria tampan itu menyengat bagian dinding dekat limpa itu supaya tidak merusak komponen arteri yang lain.