Bab 8 : rumit nya mencintai

56 3 0
                                    

Aira mulai sibuk memikirkan judul untuk karya ilmiah, ia baru sadar akan buku yang dipinjamkan kang Ali pada nya, kemudian ia mengambil buku itu dan mulai membaca nya satu per satu

Setelah satu jam bergelut pada buku itu aira kehabisan tenaga sebab ia tak menemukan judul yang tepat.

"Gimana sih ngasih buku tapi isinya kek gini, mana bisa aku nemuin judul yang cocok,"dumel aira

Tiba-tiba saja dua teman nya naila dan raisa datang menghampiri aira

" kenapa sih aira kok muka nya ditekuk gitu, ntar ilang loh kecantikan nya" goda naila dan mendapat tatapan tajam seperti elang dari aira

"Aira kamu kesambet apa ai, sadar ai" ucap raisa sok melihat tatapan aira

"ihh, apa an sih kalian aku lagi gak kesambet, cuman kesel ada sama tu orang, ngasih arahan buat bikin karya cuman dikasih buku doang" curhat layaknya omelan aira pada orang tapi orang yang dituju tak ada didepannya

"Siapa sih ai yang bimbing buat kategori KTIQ, " tanya naila kepo

"Kalau gak salah bukannya lurah pondok ya ai" sahut raisa

"Iya si paling famous di pondok" ucap aira kesal

"Hati-hati loh, biasa nya berawal dari kesel lama kelamaan jadi suka aira" goda naila sambil mencolek bahu aira

"Idih apaan, gak bakalan lah, aku tetap setia pada si suara merdu" ucap aira dengan percaya diri

"Yaelah aira, kamu kan gak tau siapa orang nya ngapain juga kamu mengharapkan, udah ada didepan mata ngapain nyari yang gak nyata alias ghaib, " naila seperti menasehati juga membujuk aira agar melupakan orang tak diketahui siapa

Aira hanya diam, sebab dia memang tak mengharapkan siapa-siapa, terlebih untuk saat ini dia tetap harus fokus pada impian nya.

"Yaudah ih aku mau lanjut dulu jangan gangguin," pungkas aira agar dua sahabat nya ini beranjak dari tempat dimana dia harus fokus untuk mencari judul yang akan ia ajukan sore nanti

Selama berjam-jam aira duduk bergelud dengan bantuan buku-buku yang ia bawa dari rumah sebab buku yang dikasih kang ali sangatlah tak berguna bagi nya, sebab tak satu pun ide muncul. ketika aira membaca buku itu malah yang ada makin membuat aira pusing dengan kalimat yang sulit dipahami.

"Akhirnya selesai juga, semoga dua judul ini cukup, tapi semestinya kan harus menggunakan laptop untuk mengetik dan membuat makalah nya sedang kan disini dilarang untuk menggunakan alat elektronik, " gumam aira yang baru menyadari akan satu hal terpenting dalam proses nya untuk membuat karya ilmiah tersebut.

Aira beranjak dari tempat duduk, tempat ternyaman untuk menyendiri bagi Aira tempat ini sangat berarti karna di sana lah ia selalu menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghafal atau kegiatan yang lain tak jarang pula teman-teman nya sering kehilangan Aira, tapi karna sebagian mereka sudah tau dimana tempat Aira bersembunyi maka tak susah untuk menemukan Aira

Aira kembali kekamar untuk mengistirahatkan tubuh nya walau memang tak ada lagi waktu untuk tidur setidaknya dia bisa meregangkan otot-otot yang tegang.

"Assalamu'alaikum... " ucapa Aira saat masuk ke kamar dan disana teman-teman nya semua berkumpul entah apa yang sedang mereka bicarakan, tapi Aira berlalu saja sebab jiwa nya sedang meronta untuk rebahan.

"Waalaikumsalam Aira,, " jawab serentak teman-teman nya

"Aira gabung sini kita mau cerita nih" antusias Ratna mengajak Aira duduk bersama mereka

"Maaf ya bestie, seperti nya jiwa remaja jompo ku ini ingin rebahan dulu sudah gak sanggup lagi, " dengan wajah lesu lelah Aira mengatakan pada temannya

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang