Bab 13

50 3 0
                                    

Rindu hanya datang kepada sang pencinta
Rindu bahasa cinta yang akan abadi di lubuk hati,
Pertemuan bukan obat rindu karna setelah bertemu rasa rindu semakin menjadi.
Sebab pertemuan abadi hanya akan ada di syurga bagi sang pencinta kepada yang di cinta.

_sepatahdarisipatah_

Tak ada jawaban dari Aira ia masih setia menangis dalam dekapan laki-laki itu

"Hei, abang ke sini bukan mau liat kamu nangis loh dek, " ucap laki-laki yang ternyata adalah bang hanafi, ternyata dia datang menjenguk Aira tanpa sepengetahuan nya karna tak ada kabar apapun dari orang tua nya atau bahkan abang nya ini yang akan datang, kaget tentukan makanya Aira menangis, lagi pula dia memang sedang rindu dengan keluarga nya.

"Kalo gak mau berhenti nangis, abang pulang aja deh ya, "

"Aww" hanafi meringis karna mendapat cubitan dari adik nya yang masih setia di dalam pelukan nya ini, mungkin sudah hampir setengah jam, para santri yang berlaku lalang menatap dengan ribuan pertanyaan. Heran kenapa bisa ada manusia sekeren bang hanafi kali ya, ehh bukan heran kenapa Aira memeluk laki-laki karna mereka tidak tau itu siapa, hanya sekedar menebak-nebak dan menyimpulkan tanpa tau kebenaran.

"Ishh, Sha lagi sedih juga, malah di becandain, " ucap Aira sembari melepas pelukan dan mengusap air mata, mata nya sembab karna terlalu lama menangis

(Sha adalah panggilan Aira dirumah atau biasa nya di panggil dek sha)

"Kan abang udah disini kamu sedih kenapa, hm.? " tanya hanafi

"Sedih lah, masa sha udah 4 bukan di pondok gak ada yang jenguk, bang dafa juga padahal kan gak terlalu jauh jarak pondok nya sama pondok sha," ucap nya sambil manyun

"Maaf ya dek, kami akhir-akhir ini memang sedang sibuk, sekarang pun abang sebisa mungkin meluangkan waktu ke sini karna kebetulan ada urusan di deket sini, maaf ya, "

"Iya deh, sha paham kok cuman kadang sha bisa tiba-tiba rindu aja, "  ucap nya karna dia sadar akan kesibukan orang rumah nya, memang semua nya seperti itu serba sibuk

"Oh iyaa, abang punya hadiah nih buat dem sha, karna udah juara karya ilmiah lagi, seperti biasa nih kesukaan kamu, " ucap nya sambil mengeluarkan paper bag berwarna pink dari dalam tas nya.

"Waahhh, sha tau nih pasti novel yang lagi sha pengen beli kan bang, kok abang tau sih" antusias Aira saat menerima hadiah dari abang nya, karna memang kebiasaan setiap kali Aira menang lomba atau juara akan mendapat hadiah dari para saudara nya.

"Ya tau lah semua list novel yang kamu pengen itu tertera jelas di kamar mu dek, "

"Heheh,, iya juga ya, terimakasih abang ku sayang, " ucap aira dan langsung memeluk abang nya, dan hanafi menerima pelukan dengan suka rela, karna ia tau adik nya ini sangat-sangat manja, lebih tepat nya Pishical touch.

"Sama-sama, gimana di sini betah kan"

"Alhamdulillah betah kok bang, disini nyaman kok temen-temen sekamar sha juga baik-baik semua, dan abang tau gak di kmar itu sha paling mudah jadi berasa punya lima orang kaka deh. " aira antusias bercerita tentang dia di pondok selama 4 bulan ini, mulai dari awal hingga sekarang, sedang kan hanafi dengan setia mendengar celotehan adik nya yang bercerita.

Saat asik bercerita tiba-tiba ada yang datang menghampiri mereka berdua

"Assalamu'alaikum," ucap nya

"Wa'alaikumussalam, " jawab aira dan hanafi

"Fi, ini antum, "

"Iya, loh ente thar, "

Ternyata orang tersebut tak lain tak bukan adalah gus athar,
'tapi kenapa mereka bisa kenal' aira berguman dalam hati

"MasyaAllah ente apa kabar fi, udah lama kita gak pernah ketemu ya," ucap gus athar sembari berjabat tangan dan berpelukan ala laki-laki.

"Iya thar, udah lama banget terakhir kalo gak salah itu ketika reunian kan, "

"Iya fi, oh iya itu di belakang ente siapa, kebetulan tadi ana lewat sini dan gak sengaja liat ente jadi ana samperin deh. " ucap nya sambil melihat ke arah perempuan yang bersembunyi di belakang hanafi, ya itu aira dia sengaja sembunyi tak ingin terlihat oleh gus athar

"Oh ini adik ana thar dia mondok disini, dek kenapa kami ngumpet sih ini loh kenalin temen abang, " hanafi menyuruh aira memunculkan diri di depan gus athar sedikit enggan tapi dengan terpaksa ia muncul dan berdiri di samping abang nya

"Loh, aira adik nya antum fi, kok ana baru tau ente punya adik perempuan."

"Iya thar ini adik ana yang bungsu, " jelas hanafi

"Oh iya ngomong-ngomong ente di sini ustadz ya," tanya hanafi karna dia heran saja kenapa teman nya ini ada disini pasalnya dulu dia satu pondok waktu di Jawa Tengah jadi agak heran kenapa dia ada di sini

Sebelum gus athar menjawab aira lebih dulu berbisik ke abang nya
"Dia gus bang, anak nya pak yai. "

"MasyaAllah, ana baru tau ente seorang gus, maaf ya gus ana baru tau soalnya. " ucap hanafi sedikit lebih sopan karna sebelum dia berbicara santai aja karna dengan teman sendiri tanpa tau status temen nya itu

"Yaudah sih, santai aja gak usah panggil ana dengan embel-embel gus nya, kita udah temenan dari dulu dan gak peduli status seseorang, siapa pun dia yang penting temen yang tidak menjerumuskan kita ke hal yang buruk, " jelas gus athar dia tidak ingin dihormati hanya karena pangkat ayah nya seorang kyai

"Masyallah, bener thar, "

"Yuk ke ndalem sekalian kenalan sama abah dan umma, ngobrol-ngobrol di ndalem aja disini rame para santri. " ajak gus athar pada hanafi dan aira,

Terlihat aira enggan untuk menyetujui nya karna memang dia ingin menghabiskan waktu dengan abang nya walau pun memang banyak santri yang berlalu lalang.
Hanafi menatap aira meminta persetujuan adik nya, dari sorot mata aira ia paham akan kemauan adik nya tapi di sisi lain dia gak enak hati menolak ajakan teman nya ini.

"Dek, mau ke ndalem atau disini aja abang ngikut kamu aja. " tanya hanafi memastikan adik nya mau atau tidak

"Sebenarnya adek mau sama abang aja, tapi gak papa sih kalo abang mau sowan ke ndalem adek oke2 aja, " bisik aira pada hanafi, hobi bisik-bisik ya ra, kalo ada gus nya berubah jadi wanita kalem. Wkw

"Yaudah thar, ana ngikut ente sekalian ntar ana mau nitip ni bocil sama keluarga ente, gak papa kan."

"Masalah itu ente tenang aja, ntar sampein langsung sama umma,  yaudah yukk. " ajak gus athar dan mereka bertiga berjalan menuju ndalem

Beberapa santri melihat nya heran, kenapa  bisa aira dan laki-laki yang bersama nya terlihat akrab dengan gus athar, ada yang menyimpulkan bahwa aira sengaja caper ke gus athar, ada juga yang menabak bahwa laki-laki itu teman atau kerabat ndalem yang otomatis aira adalah kerabat kyai mereka.

Manusia mudah sekali menyimpulkan hal yang meraka lihat tanpa mencari tau kebenarannya, bukan kah itu salah satu penyakit hati (suudzon) , semoga kita di jauhkan dari semua penyakit hati.

*jangan lupa vote dan comment nya ya, biar author tambah semangat ngelanjutin cerita nya, penasaran dikit gak papa kan.
Maaf kalo cerita gak bagus ya, soalnya author masih pemula nulis fiksi nya.
Selamat membaca, terimakasih.*

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang