(Bantu follow, vote dan comment, agar elfa semangat nulis nya)
Gate 338 atau kebanyakan orang menyebut gate paling romantis karna tempat karna tempat ini titik temu antara suami istri setelah sholat di mesjid nabawi.
Dan kisah ini aku buat seroman...
Memilih bukan berarti pemilihan tapi masa depan harus di tata sebaik mungkin. Memang takdir sudah di tentukan kita hanya menjalani tapi kita juga harus pandai menata jalan yang akan kita lewati. Cara terbaik meminta petunjuk pada-Nya agar di ridhoi setiap langkah yang akan kita tempuh.
Sejauh apa pun kita menjauh dari takdir jika sudah waktu yang tepat maka dengan mudah takdir berjalan sesuai poros nya. Takdir yang sudah tertakar tak akan pernah tertukar.
Satu minggu lagi aku akan pergi melanjutkan impian ku yang sudah lama ku impikan. Keputusan sudah matang semua dengan ridho-Nya dan tentu ridho kedua orang tua juga.
"Impian terbesar ku salah satu nya kamu tapi saat ini mimpi itu tertunda dulu bukan aku melupakan mimpi ku tapi ada tumpukan mimpi lagi yang harus ku capai demi masa depan bersama mu menggapai mimpi yang akan kita bangun bersama. Ku titip kan nama mu pada rabbku, ku selipkan selalu di setiap sujud ku agar sangat pencipta merestui ku." gumam rayyan. Terdengar notifikasi dari benda pipih di meja kamar ku membuyarkan lamunan ku. Ku raih lalu tertera di sana pesan dari mas athar. "Tumben ngechat biasa nya ada yang penting langsung nelpon ni orang" gumam ku sambil membuka chat dari nya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan kecepatan sedang ia mengendarai kendaraan roda empat milik nya. Jarak tempuh dari rumah nya yang berada di solo ke pesantren madinaturridho yang berada di Surabaya pesantren milih keluarga gus athar memakan waktu sekitar 4 jam via tol jika tidak akan memakan waktu lebih lama.
Flashback sebelum berangkat.
"Buya, ummahdimanaaaa" teriak rayyan menggema, aku menuruni anak tangga mencari keberadaan orang tua ku.
"Wonten nopo to le, teriak-teriak. Kebiasaan kamu ya. " umma menghampiri lalu menjewer telinga ku.
"Aduh ampun umma sakit, rayya khilaf umma. Buya tolongin" pinta rayyan melas pada Buya yang berdiri di depan ku