Bab 10

64 4 0
                                    

Cerita ini hanya fiksi dan imajinasi author ya, mohon maaf untuk kesamaan nama dan tempat, cerita ini tidak ada unsur plagiat antara author lain murni dari imajinasi author sendiri, untuk typo dan kekeliruan dalam bahasa dan tanda bahasa mohon di maklumi karna author masih pemula dalam berkarya. mohon  Support dengan vote dan comment di setiap bab nya ya. Terimakasih semoga bisa menemani saat waktu luang.
Terimakasih sudah mampir di cerita author ya. Lofyu sekebon😘

Ttd:Author

Sudah ku tutup serapat mungkin sebab di

dalam nya hanya masa lalu dan rasa

trauma, aku mulai berdamai dengan rasa

trauma serta mulai berdampingan hidup

dengan walau sesekali dia muncul kembali,

masa lalu cukup dikenang tanpa di sayang

sebab dia tak kan pernah ada di masa

sekarang. Hiduplah dengan tenang tanpa

menyalahkan takdir yang sedang berjalan,

Terima lalu jalani biarpun dengan

keterpaksaan , ingat pepatah Jawa "tresno jalaran soko kulino"

R.elfa

Hari yang indah, langit dengan kecerahan nya, memancar kan sinar menembus sela-sela ruang yang telah di masukin oleh setiap peserta dengan cabang masing-masing, tertulis di depan pintu masuk agar lebih memudahkan para peserta mencari ruang mereka, dengan di temani para pembimbing, mereka memasuki ruang dengan rasa gugup, gelisah, takut, khawatir tentu nya. Akan kah bisa atau tidak, sedangkan satu harapan telah di tangguh kan pada mereka. Do'a tak putus serta sholawat terus menerus tak henti nya  terucap dari bibir mereka.

"Apa pun hasil nya, itulah yang terbaik, jangan niat kan untuk menang tapi niat kan untuk belajar dan cari pengalaman. " tutur gus athar, saat kami akan memasuki ruang masing-masing.

Setelah itu kami melangkah, dengan iringan bismillah memulai nya  dengan khidmat, yakin dan percaya hasil tidak pernah mengkhianati perjuangan, tetap optimistis dan lakukan yang terbaik. Semua perlombaan di mulai pukul 08:00 WIB, di perkirakan akan selesai sore hari. 

hiruk pikuk keramain saat lomba sangat lah ramai, tak ada keheningan terlabih para supporter dari masing-masing pesantren sangat banyak, tapi dari pesantren ku yang bisa di bilang tak memiliki supporter, karna yang hadir hanya mereka yang jadi peserta dan sebagian para pengurus sekaligus pendamping di setiap cabang perlombaan, kurang lebih hanya 30 orang saya yang ikut. dan aku di dampingi oleh ketua pondok putra atau lurah pondok, aku binging kenapa harus dia ya, kenapa tidak santri putri saja biar lebih leluasa tapi ini aku sangat sulit untuk mengexpresikan diri bagaimana tidak yang di samping ku adalah or'ang yang paling ku hindara, bukan aku terlalu pede karna di sukai oleh nya tapi aku juga risih karna memang tak terbiasa untu bersebelahan dengan lawan jenis terkecuali saudara kandung ku. 

"santai saja, gak usah terlalu gugup," 

ucap ali, karna mungkin dia tau keadaan ku saat ini sangat gugup di tambah kenapa harus berada di samping nya dengan jarak yang lumayan dekat karna di ruangan ini  di setiap kursi  sudah tertata nama peserta dan pendamping nya. tak ada sahutan dari aira yang sedang gelisah dan berkutat pada kertas yang sedang ia pegang, sembari mengingat materi yang akan ia sampaikan nanti, fokus tapi tak terlalu fakus itulah keadaan nya, sembari iringan sholawat di sela-sela hening nya. 

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang