Bab 22

17 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم






"Assalamu'alaikum Aira. " salam gus Athar

"Iya Wa'alaikumussalam gus, " jawab ku sembari  tanpa memandang lawan bicara

"Afwan mengganggu waktu sampean, ini ana mau ngasih titipan dari gus Rayyan buat sampean."

Shock pastinya, gimana bisa secara tiba-tiba dapat titipan dari lawan jenis apalagi notabene laki-laki yang dikagumi, ah sudah lah jangan memikirkan laki-laki yang bukan mahram mu.

Dua alis ku menyatu tanda bingung kenapa bisa ada titipan untuk ku.

"Afwan gus, seperti ana gak bisa nerima, " aku menunduk tanda cemas dan tak enak hati menolak pemberian orang lain. Tapi seumur-umur aku memang tak pernah menerima apa pun dari orang lain terlebih lagi dari laki-laki ajnabi. Itulah yang di ajarkan pada ku sejak kecil, entah lah aku pun tak mengerti kenapa atau mungkin karna sebuah kejadian.

"Gak papa aira, Terima saja rayyan ngasih ini sebagai hadiah gak lebih."

"Afwan jiddan gus, tapi ana gak boleh nerima pemberian dari orang lain itu peraturan di keluarga ana, bukan maksud menyinggung tapi maaf sekali lagi gus. Kalo gak ada hal lain ana permisi gus, assalamu'alaikum.. " aku beranjak meninggalkan gus athar dengan sopan karna dia adalah guru ku di sini jadi bagaimana pun harus tetap dengan adab.

'Sudah ku duga dia gak akan mudah menerima pemberian orang lain. ' batin athar menatap aira yang sudah hampir menghilang dari hadapan nya.

Di perjalanan menuju asrama aku di cegah oleh tiga sekawan, entah lah aku tak terlalu mengenal mereka.

"Sudah sering ku peringatan untuk menjauh dari gus athar tapi kau masih melakukan nya ya." dia menampakkan wajah tak suka dan senyum remeh nya pada ku. Aku hanya diam tak ingin membalas toh aku gak sedekat yang mereka kira jadi untuk apa menjelaskan hal yang tak penting.

"Kenapa diem gak punya mulut ya.x bentak zura yang notabene nya adalah ketua dari 3 orang tersebut. Zura, Andini dan salsa santri pembuat onar dan pembangkang.

Aku masih diam dengan semua ucapan mereka karna malas untuk menanggapi. Aku hanya memperhatikan gerak-gerik mereka, saat tangan salsa ingin menjambak hijab ku tapi dengan cepat aku mencengkram tangan nya.

" aku diam bukan karna aku lemah, aku gak akan buang-buang suara hanya untuk meladeni orang kayak kalian. Cukup diam ku tapi ternyata di diamkan kalian ngelunjak. " lalu ku hempas tangan nya dengan kuat kemudian aku berlalu meninggalkan mereka yang mematung akibat perkataan ku. Biar lah aku tak peduli toh selama ini aku diam tak melawan bukan karna lemah tapi karna lawan ku bukan mereka.

"Ku kira dia lemah ternyata dia lebih mengerikan jika marah," ucap Andini pada teman nya.

"Kenapa takut lu sama si aira . " zura menghardik Andini karna perkataan barusan

"Gak sih biasa aja."

"Bagus kita gak perlu takut, awasi terus dia jangan sampai mendekati calon suami ku. "  dengan pede nya dia mengangap gus athar calsu (calon suami) nya . Bangun mbak jangan mimpi terus.

***

Udara sejuk pagi hari menyeruak masuk di cela ventilasi jendela. Cahaya sang mentari turut serta memancarkan. Cuaca yang membuat manusia enggan beraktivitas, lebih nyaman di kasur dibalut selimut tebal. Rasa nya aku tak sanggup melangkah ke kamar mandi. Air nya pun ikut dingin untuk mengambil air wudhu pun aku harus menahan dingin hingga menggigil. Ini musim yang paling tidak ku sukai, jatah liburan musim ini hanya sebentar itu pun aku tak bisa pulang ke negara ku. Istanbul turki di musim di dingin dengan kesendirian yang menimbulkan kesepian.

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang