Bab 25

44 4 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.









"Perfect." ucap nafi setelah semua persiapan kejutan untuk adik tercinta nya. Dia menyiapkan semua nya di bantu dengan dua sepupu laki-laki nya. Sedangkan yang lain masih ada tugas di kantor mereka jadilah nafi yang bertugas mengatur semua nya. Kejutan nya di salah satu resort yang tak jauh dari rumah mereka, dengan laut biru berpadukan langit biru, desiran ombak yang terdengar merdu di setiap pencinta nya.
Ini salah satu tempat favorit aira, jadi mereka sepakat akan mengadakan acara nya disini. Sekarang aira sedang berada dirumah seorang diri karna sejak tadi pagi dia ditinggal oleh semua orang, mungkin dia merasa mereka lupa akan hari lahir nya padahal ada kejutan yang sedang menanti. Acara nya akan bertepatan dengan sunrise di pinggir pantai, inilah salah satu wishlist dalam hidup aira.

Harris kaka sepupu aira, anak dari kaka tertua ayah aira. Harris nanti yang akan menjemput aira di rumah. Sudah lama juga ia tak bertemu dengan adik sepupu nya itu pasti sudah menjadi gadis cantik yang lucu, terbayang dulu saat masa kecil aira yang di sekeliling nya hanya bermain di lingkungan yang terbatas jarang keluar bermain dan berbaur dengan tetangga. Gadis kecil yang di sayangi semua orang.

Nafi beranjak ke depan untuk memperhatikan segala sisi dari dekor tempat yang sudah di sulap menjadi lebih indah.  " sudah selesai sekarang tinggal nunggu yang lain dan princess  Arsyad." gumam nya. Ia tak membayangkan bagaimana ekspresi adik nya itu sedang kesal ditinggal sendirian.

"Nafi, kaka jemput dek sha sekarang ya, takut nya ntar macet." pamit harris pada nafi.
"Iya kak Hati-hati, semangat ngebujuk tuan putri yang main ngambek ya kak." keke nafi, harris hanya membalas dengan senyum tipis.
Sudah bisa ia bayangkan bagaimana wajak ngambek nya tuan putri itu, dan harus extra kesabaran membujuk nya dan harus di iming-imingi sesuatu yang ia sukai.

Sekarang bertepatan dengan hari kelahiran ku. Tak di sangka 18 tahun silam   bunda berjuang melahirkan aku ke dunia yang fana ini, semua perjuangan nya bertaruh nyawa demi aku. Tak di sangka peristiwa demi peristiwa ku lewati selama 18 tahun ini. Tapi aku merasa bahwa mereka lupa dengan hari ini karna sejak tadi pagi aku tak melihat semua orang di rumah. Aku bangun dengan keadaan rumah sudah sepi, mungkin semua sibuk dengan perkerjaan nya dan bunda juga pergi entah kemana. Jadi ku putuskan untuk me time aja di kamar, bergelud dengan pikiran-pikiran yang menghantui ku, kekhawatiran karna sebentar lagi aku akan melanjutkan pendidikan di negri orang meninggalkan orang-orang yang ku sayang. Tak di sangka aku sudah sedewasa ini, berani melangkah tanpa takut dengan kata gagal.

Tok  tok   tok

Suara ketukan yang berasal dari daun pintu kamar ku. Aku enggan beranjak dan ingin memastikan dulu siapa yang akan memanggil ku dari balik pintu itu.

"Tuan putri Nuwaira apakah ada di dalam. " ucap seseorang dari balik pintu

"Bentar deh suara nya kayak gak asing, siapa ya." gumam aira

"Hollaaa tuan putri Nuwaira." panggil nya lebih keras sembari mengetuk pintu

Sambil berjalan, sambil ngomel. "Siapa sih ganggu me time aja, padahal salah sendiri anak nya di tinggal sendirian."

Klek

Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki yang sedang tersenyum manis. " assalamu'alaikum tuan putri."

"Aaaaaaaa kaka harris. " teriak ku histeris.
Harris hanya terkekeh sambil menutup telinga dengan kedua tangan nya karna suara aira hampir merusak gendang telinga nya.
"Ya Allah dek, teriak nya kayak di hutan aja. "  di balas cengiran tanpa dosa oleh aira.

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang