Sorry up nya lama hampir hiatus sih soalnya kadang mikir ini cerita nya enak gak sih dibaca atau gak nyambung ya.Tapi masih tetap positif thinking walau reader nya juga baru sedikit. Karna aku juga sadar karna masih pemula dan masih harus bnyak belajar dari kepenulisan lagi.
Tapi thanks buat yang udah baca cerita aku. Jangan lupa vote nya biar aku semngat ngelanjutin nya dan bakal aku revisi sedikit demi sedikit biar kepenulisan lebih bagus lagi.
🍂🍂🍂
Setelah bujuk rayu dan drama panjang permintaan Aira untuk menaiki kereta dari jakarta ke Jawa tengah berhasil.
Ya, mereka menempuh jalur kereta untuk sampai ke tempat tujuan. Di stasiun Jawa tengah mereka sudah ditunggu oleh Abdi ndalem utama yang di urus buta untuk menjemput nya.
Berjam-jam mereka tempuh hingga akhirnya mereka sampai dan sekarang sedang menuju pesantren milik kyai umar
Hasyim Baihawi, pendiri pondok pesantren darun nadwah.Tak lama dari itu kami sampai dan memasuki gerbang yang bertulisan darun nadwah.
Bangunan berlantai tiga dengan warna hijau terpancar indah di sekeliling nya.
Tiga bangunan kokoh dengan masing-masing ruangan yang berjumlah 12 ruang.Di belakang nya terdapat bangunan lagi, bangunan yang hampir sama tapi penuh dengan beragam manusia yang hidup di sana.
Dengan pembatasan tembok menjulang tinggi pemisah antar putra dan putri.
Aku sedikit takjub dengan megah nya bangunan yang terpampang di depan ku ini. Bisa terbilang ini pesantren dengan bangunan modern tapi dalam sistem belajar nya menggunakan metode klasik atau Salafi.
Para santri sudah berjejer saling berhadapan membentuk pagar antar kiri dan kanan. Sebagian mereka memegang terbang/rebana di tabuh dan sebagian melantunkan sholawat sebagai penyambutan gus mereka.
Aku tidak berexpektasi akan ada penyambutan seperti ini walau bagi mereka biasa tapi bagiku sudah luar biasa.
"Kenapa ada penyambutan gini by. " tanya ku pada gus Rayyan
"Sebenarnya saya sudah bilang sama buya supaya gak ada acara penyambutan tapi kata buya, umma pengen ada karna menyambut menantu pertama nya. " jelas rayyan.
Aku hanya mangut-mangut mendengar kan penjelasan nya. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan acara yang menurut ku berlebihan tapi ya sudah lah mau bagaimana lagi.
"Kenapa? kamu nggak suka ya."
"Nggak kok. " alibi ku padahal nyata nya aku tidak suka keramaian apalagi jadi pusat perhatian banyak orang.
Mobil yang kami tumpangi berhenti tepat di depan rumah putih hijau berlantai dua, cukup besar dan terlihat nyaman dengan lingkungan yang sangat kondusif tentu nya.
Terlihat suami-istri paruh baya dengan senyum indah nya terlambat di wajah mereka.
Bisa ku tebak itu adalah buya dan umma karna memang aku belum pernah bertemu atau melihat di foto.
Gus Rayyan turun mendahului aku saat aku hendak ikut turun tapi dia mencegah kata nya biar dia saja yang buka kan pintu nya.
"Ayo turun samperin buya dan umma mereka sudah tidak sabar melihat menantu nya. " Rayyan lalu meriah tangan ku untuk di genggam dan berjalan berdampingan.
Aku hanya tertunduk karna merasa terlalu banyak yang memperhatikan. Semua mata tertuju pada sosok istri dari gus mereka, terlebih desas-desus teriakan histeris dari para santri putri yang memang sangat lumbrah mereka dengan tingkat dewa kebaperan saat melihat yang uwu-uwu. Ck.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gate 338 (On Going)
General Fiction(Bantu follow, vote dan comment, agar elfa semangat nulis nya) Gate 338 atau kebanyakan orang menyebut gate paling romantis karna tempat karna tempat ini titik temu antara suami istri setelah sholat di mesjid nabawi. Dan kisah ini aku buat seroman...