Bab 26

27 3 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








Seperti kesepakatan sebelum 2 hari setelah ulang tahun, aira berangkat ke turki bersama nafi yang akan menjaga selama masa kuliah nya di sana. Entah itu akan sesuai rencana atau akan ada kemungkinan yang lain.

Hari ini terakhir aira di Aceh, sebelum pergi aira dan keluarga sowan ke pesantren kakek nya di kota langsa, setelah mendiang kakek aira wafat kakek Arsyad lebih tepat nya. Beliau meninggal 5 tahun silam. Meninggalkan istri dan kedua anak nya yakni  abuwac ( panggilan om atau pakde) bernama sahil, saudara laki-laki ayah aira dan samir ayah aira sendiri. beberapa orang cucu, dan satu-satunya cucu perempuan yakni nuwaira shanum. Nenek aira hidup di lingkungan pesantren bersama abuwa dan miwa serta anak-anak mereka.

"Assalamu'alaikum nenek, aira dateng nek." teriak aira di depan pintu

"Dek jangan teriak-teriak loh. " peringatan bunda hanya di balas cengiran polos aira

"Wa'alaikumussalam, MasyaAllah ponakan miwa ternyata yang dateng." sambut miwa sambil memeluk aira.

"Ayo masuk." kami mendudukkan diri di sofa ruang tamu. Rasa nya rindu kembali menyapa melihat setiap sudut rumah yang memiliki kenangan indah bersama kakek. Rindu pada orang yang telah tiada hanya dapat terlepas lewat do'a, bertemu di mimpi hanya akan menambah kerinduan.

"Mas sahil lagi ada kajian di aula putra, mungkin sebentar lagi kembali." ucap syahidah istri abuwa. "samir, pesan umma kamu langsung di suruh nemuin umma di ruang baca abah."

Ayah dan bunda aira saling melempar pandangan, ada tanda tanya di antara keduanya.

"Iya mbak kalau gitu aku langsung nemuin ibu dulu, ayah tinggal bentar ya. " dibalas anggukan oleh bunda dan aira

"Kak harris sama kak hizan mana miwa." tanya aira

"Lagi ada kelas, sebentar lagi mungkin pulang. "

"Bunda, miwa, adek boleh jalan-jalan keliling pesantren ya, sekalian mau liat kak harris ngajar."

Bunda menganggukkan kepala. " iya hati-hati ya, kalo udah langsung balik kesini."

"Siap bundahara." ucap ku sambil hormat seperti prajurit

Bunda dan miwa hanya tersenyum melihat kelakuan ku. Kemudian aku berjalan mengelilingi pondok putri. Suasana nya hampir sama dengan pondok ku di Jawa beda nya di sini hanya mengkaji dan menghafal kitab saja tak ada  program hafidz Qur'an.

Adem, tentram, nyaman dan kondusif adalah lingkungan yang sangat di butuhkan ketika menuntut ilmu, dengan dukungan dari lingkungan dan dorongan dari diri sendiri akan mempermudah ilmu didapat kan.

Aku duduk sebentar di taman belakang pondok, tempat ini biasa nya perkumpulan santri putri jika sedang waktu senggang. Memang sengaja di buat agar santri tidak terlalu bosan dengan lingkungan yang monoton. Di sini pun masih banyak sport untuk menenangkan pikiran terlebih ada danau dan kolam ikan. Dulu semasa aku kecil di sini lah tempat favorit ku bermain bersama kakek dan nenek saat orang tua ku sibuk dengan perkerjaan mereka. Quality time bareng keluarga kami habiskan di pesantren ini.

Puas dengan menyejukkan mata memandang sekeliling, aku beranjak menuju bangunan bertingkat dua, di dekat dengan dinding kokoh antar ruang. Karna bosan aku berniat menjaili kak harris yang sedang mengajar di salah satu ruangan, ku intip setiap kelas dan akhirnya aku menemukan kak harris yang sedang fokus mengajar itu. Aku sengaja beberapa kali mengintip tepat di depan pintu memunculkan kepala tapi dia tak ada respon saking khusyuk nya.

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang