Bab 24

33 3 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya guys  gak susah kok tinggal klik bontang di pojok kiri bawah aja.

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
.





"Dek bangun yuk, bentar lagi ashar loh. Abis sholat kita mau ke ampel. Kamu gak mau ikut?" suara lembut bunda membangun kan ku dari alam bawah sadar.

"Eeuhh, iyaa bund. " jawab ku dengan suara khas bangun tidur

"Gih, wudhu abis itu sholat bareng."

Sebenarnya malas tapi yasudahlah ikut saja. Padahal niat nya mau berduaan dengan kasur empuk, yang bikin enggan beranjak dari nya. Kasur nya terlalu menggoda ku.

Kini kami sudah ada di makam Sunan Ampel, lokasi nya ada di Surabaya. Banyak pengunjung yang selalu memadati area makan hampir setiap saat. Bahkan malam pun masih ramai.

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).

Sunan Ampel meninggal pada tahun 1481.[3] Kematiannya terjadi di Demak.[butuh rujukan] Namun, ia dimakamkan di Kota Surabaya, Jawa Timur.[4] Lokasi makamnya berada di Masjid Ampel.[butuh rujukan]

(Sumber Google)

Kurang lebih 2 jam kami menghabiskan waktu berdo'a dan aku pun menyempatkan Murojaah sebentar karna aku merasa tenang saat Murojaah di area malam para wali seakan-akan aku di simak oleh beliau itulah hal favorit ketika aku berziarah ke makam wali dan tentu nya membutuhkan waktu berjam-jam.


Setelah tiga tahun aku tidak kembali ke kampung halaman ku. Aku kembali ke tanah kelahiran membuka memori yang dulu terpendam, kejadian demi kejadian ku kubur dalam-dalam agar tak menyakitkan lagi. Kota yang menjadi tempat kelahiran ku 17 tahun silam.

"Welcome back to hometown little princess Arsyad. " ucapan yang keluar dari mulut mas agam Dan mas sahdan saat menjemput kami di bandara. Aku pun berlari memeluk mereka berdua.

"Udah yuk kita ke mobil kamu pasti capek kan, kangen-kangenan nya nyari di rumah aja." ucap ayah

Kami pun menuju mobil yang berada di parkir. Namun langkah kami di hentikan oleh sapaan seorang lelaki yang berumur mungkin sama dengan ayah ku

"Lama tidak bertemu tuan samir. " ucap nya dengan senyum yang sulit di artikan

Kami semua menoleh ke sumber suara, seketika itu mas agam langsung menarik tangan ku agar menjauh,  membawa ku ke mobil.

"Iya tuan, bagaimana kabar anda?"
"Seperti dulu tak ada yang berubah." jawab nya dengan senyum paksa
"Anda dan keluarga terlihat sangat bahagia tuan samir,"
"Alhamdulillah allah memberi kebahagiaan, jika kita ikhlas dengan apa yang telah di tetapkan maka allah akan menurunkan kebahagiaan." ucap samir
"Hhaha," tawa nya pecah setelah mendengar ucapan samir
"Maaf tuan jika tidak ada hal penting lagi saya pamit. " bukan tanpa alasan samir menghindari orang tersebut pasti dibalik itu ada hal yang terjadi, terlihat dari orang itu pun seakan menemukan mangsa yang sudah lama di incar
"Silahkan tuan, ingat satu hal tuan! Kegagalan saya dulu akan saya berhasilkah sekarang. " ancamannya pada samir.

Setelah mengatakan itu dia pergi berlalu meninggal samir beserta istri dan sahdan yang masih diam memerhatikan orang tua nya.

Raut wajah sangat istri jelas dengan kekhawatiran nya.
"Bunda tenang gak usah terlalu di pikiran perkataan nya tadi." ucap samir sambil menggenggam lembut tangan istri untuk sedikit menenangkan.
"Gak bisa yah, setelah apa yang terjadi dulu dan sekarang, inilah yang bunda takutkan lagi."
"Lebih baik kita pulang dulu nanti kita bicarakan lagi. " ajak samir

Gate 338 (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang