🪄🪄🪄
Langit nyaris berwarna merah ketika Haoxuan masih memandangi sosok Jiyang yang balas menatapnya. Lagi-lagi ia menelusuri keseluruhan dari penampilan pemuda yang cukup menarik di matanya. Terlihat manis. Wajah lembut itu polos, tanpa dosa, matanya yang jernih tidak menunjukkan suatu keserakahan atau sifat buruk. Tatapannya sebenarnya nampak ramah dan bersahabat, hanya sikapnya masih sangat waspada. Tetapi raut bingung mewarnai warna mukanya seiring bibirnya yang bergerak mengajukan pertanyaan,
“Kenapa denganmu?”
Pertanyaan yang tertuju padanya membuat Haoxuan makin terheran-heran.
Dia yang menyerangku, dia pula yang bertanya. Apa dia benar-benar tidak mengetahui apa pun?
Haoxuan menarik napas panjang, memutuskan untuk kembali mendekati murid tersebut. Mungkin ia bisa mengorek keterangan dengan cara yang lebih halus. Kakinya mulai melangkah menghampiri Jiyang yang masih berdiri tegak dengan tatapan bertanya. Senyumnya merekah tipis.
“Aku tidak apa-apa. Hanya saja, tadi aku merasakan sesuatu yang menyerangku,” ia berkata, menjawab pertanyaan yang teraju sebelumnya.
“Menyerangmu?” Jiyang mengedarkan pandangan, mencari sesuatu yang mencurigakan. “Apakah ada orang lain? Aku tidak melihat siapa pun.” Keningnya samar berkerut.
“Memang tidak ada. Tenaga yang menyerangku berasal darimu.” Dengan hati-hati, ucapan Haoxuan mulai menjurus.
“Aku tidak pernah bermaksud menyerangmu. Kau sendiri yang menghalangiku.” Sambil memalingkan muka, Jiyang kembali mengalihkan fokus pada bunga warna putih yang sebelumnya hendak ia ambil.
“Apa kau tidak sadar kalau kau memiliki tenaga dalam? Aku merasakan hawa panas sesaat tadi. Bukankah itu berasal dari tubuhmu?”
Haoxuan menyaksikan pemuda itu mencabut bunga dari tanah alih-alih memetik dari tangkai.
“Aku tidak memiliki ilmu apa pun. Tidak mungkin aku menyerangmu.”
Senyum Jiyang tersungging karena berhasil mengambil sesuatu yang ia cari. Ia membuka keranjang kecil dan memasukkan bunga ke dalamnya. Sekilas melirik sebelum kembali berkata,
“Kenapa kau bisa merasakan hawa panas?”
Sesaat Haoxuan terdiam, tidak langsung menjawab untuk mencegah dari mengekspos jati dirinya.
“Aku juga tidak tahu. Tanganmu yang mengibas tadi mengeluarkan hawa yang terasa panas. Kau tidak sadar?”
Mata dinginnya mengamati semakin lekat sosok Jiyang yang mengerutkan kening.
Untuk sejenak Jiyang membenahi tas keranjang dan menyadari bahwa ia menggunakan pita merah di pergelangan tangan. Ia melupakan hal itu. Matanya kembali menatap pada Haoxuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]
FantasySaat kutukan telah terlontar dan langit menerima ucapan, sang guru tidak berdaya mematahkannya kembali walaupun ia menyesal. Itulah yang terjadi pada Wang Yibo, pewaris terakhir dari klan Raven. Bertahun-tahun mencari sosok manusia berdarah campura...