🪄🪄🪄
Pertengahan hari tinggal beberapa menit lagi dan Haoxuan masih sibuk menghadapi serangan tiga serigala putih sekaligus. Terus terang dia cukup kerepotan karena selain serigala itu sangat lihai bertarung, dia pun sedikit sulit bergerak karena harus melindungi Jiyang di sisinya. Sesaat Haoxuan berdiri dengan menahan beban tubuh pada pedang yang ia tancapkan ke bawah. Napasnya mulai cepat seiring uap putih yang berhembus. Dia menatap tiga hewan buas yang sama-sama diam dan balas memandangi dirinya, seolah ikut menunggu pergerakan.
Haoxuan melihat ke atas, pada teriknya sinar matahari siang namun tak mampu menghilangkan rasa dingin yang melingkupi puncak Tianjie, bahkan angin kencang yang berhembus masih tetap terasa menusuk kulit. Kembali menurunkan pandangan, dia melirik ke belakang serigala dan melihat secercah sinar yang perlahan-lahan muncul ke permukaan.
Rumput Kebangkitan
Gumaman dalam hatinya seiring jantung yang berdebar kencang. Dia harus bisa menyingkirkan serigala yang melindungi rumput tersebut sebelum tanaman itu kembali menghilang. Bola matanya bergulir ke samping, pada Jiyang yang berdiri dengan wajah pucat.
“Kau bisa mengambil Rumput Kebangkitan? Gunakan kesempatan di saat binatang itu sedang menghadapiku,” ia berkata, mencoba berbagi tugas sambil memberi tanda dengan matanya.
Jiyang mengikuti arah pandang Haoxuan, dan melihat sinar terang itu muncul mengiringi Rumput Kebangkitan yang tumbuh ke permukaan. Matanya mengerjap kagum.
“Aku akan coba,” balasnya.
Haoxuan bergumam pelan menanggapi ucapan Jiyang. Dia melayangkan tatapan dinginnya pada serigala yang mulai merangsek maju. Dia cukup kelelahan karena terus-menerus mengeluarkan tenaga dalam dan ilmu dingin yang rasanya tidak berpengaruh sama sekali terhadap hewan mistis itu. Sambil mencabut pedang dari permukaan tanah yang dilapisi salju, Haoxuan kembali mengayunkan Pedang Salju yang menghasilkan sinar putih.
“Ikuti pergerakanku. Tetap sembunyi di belakang punggung.”
Haoxuan memberi petunjuk pada Jiyang sambil mencoba menggeser posisi mereka ke samping. Perlahan-lahan Haoxuan merangsek maju meski harus menghadapi serangan yang bertubi-tubi dari tiga serigala. Dengan tekad yang menyala dalam diri, Haoxuan mengeluarkan semua kemampuan dan fokus menyerang serigala paling sisi untuk memudahkan Jiyang berpindah ke dekat tumbuhnya Rumput Kebangkitan.
Menyerukan suara untuk menyemangati diri sendiri, Haoxuan menggenggam erat gagang pedang dan menyerang dengan gerakan silang. Cahaya putih melesat keluar dari pedang bersamaan dengan sinar dari telapak kirinya yang mengeluarkan ilmu dingin. Dia sedikit melompat berusaha menutupi pergerakan Jiyang yang melangkah ke dekat rumput. Sesaat kemudian dia berlari ke depan sebelum kakinya menjejak kuat permukaan tanah hingga tubuhnya terangkat ke atas. Sedetik kemudian dia melayang turun dengan gerakan cepat. Satu kakinya mengenai kepala serigala dan ia terus mengejar dengan menusukkan pedang tepat ke belakang punggung hewan yang mengeluarkan lolongan nyaring dan menyayat.
Darah merah yang berasal dari luka tusuk binatang itu menjadi warna kontras yang menghampar di atas putihnya salju. Haoxuan mencabut pedang dan menekuk satu lutut mengenai leher binatang yang terbaring hingga menimbulkan derak tulang patah. Namun belum sempat dia bangun, serigala lain menerjang ke arahnya diiringi raungan kemarahan dengan mata hitam yang berkilat-kilat. Haoxuan tergesa bangun dan menghindar dengan berguling ke sisi kiri, dia hendak balas menyerang sewaktu mendengar geraman lain.
Haoxuan terkesiap melihat satu serigala yang lebih besar tiba-tiba muncul dari dekat tumbuhnya Rumput Kebangkitan. Dia tidak tahu bagaimana bisa binatang itu mendadak datang dari arah yang sebelumnya bahkan tidak ada tempat untuk bersembunyi. Yang lebih membuatnya nyaris berhenti bernapas karena serigala itu menerjang ke arah Jiyang yang tersentak mundur dan tersungkur hingga jatuh telentang. Dilanda kekhawatiran atas keselamatan Jiyang, tanpa mempedulikan serangan lain yang terarah padanya, Haoxuan melompat sejauh yang ia bisa setelah mengerahkan ilmu peringan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]
FantasySaat kutukan telah terlontar dan langit menerima ucapan, sang guru tidak berdaya mematahkannya kembali walaupun ia menyesal. Itulah yang terjadi pada Wang Yibo, pewaris terakhir dari klan Raven. Bertahun-tahun mencari sosok manusia berdarah campura...