Fairy'Chapter XIX

191 41 7
                                    

🪄🪄🪄

Di satu bangunan lain, di salah satu kamar yang selalu disediakan untuknya jika dia datang, Xiao Zhan sama sekali tidak bisa memejamkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di satu bangunan lain, di salah satu kamar yang selalu disediakan untuknya jika dia datang, Xiao Zhan sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Dia bolak-balik dari tempat tidur ke dekat jendela kaca tanpa gorden. Terkadang membaringkan tubuh dan berusaha untuk tidur, tetapi di menit selanjutnya ia kembali terbangun dan turun dari ranjang kayu yang menguarkan aroma wangi. Dia mendekati jendela, berdiri menatap langit malam dengan pikiran melayang pada Wang Yibo. Dia tidak tahu apa yang dibicarakan pemuda itu dengan gurunya sampai menjelang tengah malam.

Apa sebenarnya yang mereka bicarakan? Apakah Yibo sudah keluar, tapi kenapa tidak menemuiku? Apakah dia langsung pergi lagi?

Menyentuhkan telapak tangan pada kaca jendela, Xiao Zhan menggumamkan banyak hal dalam hati. Pikirannya sama sekali tidak tenang dan ketegangan terus merasuki seluruh bagian tubuh. Dia selalu merasa ada hal buruk yang sebenarnya sedang terjadi, tetapi ia tidak bisa menduga-duga dengan kekosongan pikirannya saat ini. Xiao Zhan justru memikirkan hal lain, bagaimana jika gurunya meminta Yibo untuk menjauhinya. Dengan perasaan yang sudah sepenuhnya ia serahkan pada pemuda itu, Xiao Zhan sama sekali tidak memiliki pikiran untuk meninggalkan Yibo. Dia ingin bersama pemuda itu selamanya.

“Yibo, apa kau mendengarku? Temui aku jika kau sudah selesai.”

Xiao Zhan membisikkan kata-kata sambil menyentuh liontin yang menggantung di leher. Dia teringat perkataan Yibo bahwa kedua batu permata itu terhubung satu sama lain. Teringat pada kejadian mobilnya yang nyaris terjun ke tebing dan Yibo bisa melihat hal itu pada batu permata hitam mereka. Dengan keyakinan itu ia mencoba berbicara, memegangi liontin yang ia hadapkan ke langit malam, untuk menunjukkan bahwa dirinya belum tertidur dan berdiri di dekat jendela.

Di paviliun utama, guru Zhang melirik pada liontin hitam yang dipakai Yibo. Batu permata itu mengeluarkan sinar putih. Seiring suara pelan yang keluar dari batu itu, ia melihat penampakan langit hitam yang dihiasi kerlip bintang. Senyumnya tersungging.

“Dia memanggilmu,” ucapnya santai, dan menggeleng samar melihat reaksi Yibo yang muram. Pemuda itu menunduk seraya memegangi liontin miliknya.

“Kau tidak ingin menemuinya? Sepertinya dia tidak akan tertidur sebelum kau mendatanginya,” guru Zhang kembali berkata.

Yibo menarik napas dan menghembuskannya perlahan, terdengar berat.

“Jika kedekatanku dengannya mengancam nyawanya, aku memilih untuk menjauh darinya,” ia bergumam, pelan dan lirih.

“Kalian jauh atau dekat, takdir kalian tidak akan berubah karena sudah kami tentukan.”

“Itu sangat tidak adil,” Yibo kembali bergumam.

Guru Zhang melirik sekilas sebelum mengibaskan satu tangannya pada tubuh Haoxuan yang masih terbaring, hawa dingin menguar efek dari gerakannya. Dalam satu kedipan mata, ia melihat Haoxuan membuka mata dan tersentak bangun.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang