🪄🪄🪄
Suatu saat, kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit atau menangisi rasa yang dulu indah.
Wang Yibo tidak pernah menduga semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Dia tidak pernah begitu merasakan kekecewaan, keputusasaan, dan kepedihan seperti sekarang. Sebesar apa pun permohonan yang ia ungkapkan pada langit yang menaungi kehidupan, ia sudah tidak mampu mengubah takdir hidupnya. Andai dia bisa, dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri yang terbang bebas di angkasa. Tanpa perlu pemikiran rumit dan hal lain yang menuntut pertanggungjawaban. Tanpa perasaan sulit yang hanya mengikat dirinya dalam kegalauan tanpa batas.
Kabut yang melapisi lembah Wuhui perlahan-lahan memudar seiring sinar matahari yang merangkak naik, menyibak lapisan tebal yang menutup pemandangan. Hijaunya bukit Wuhui menjadi terlihat jelas. Keindahan air terjun dengan arusnya yang pelan dan membentuk aliran jernih sungai Shaanxi. Udara di lembah itu masih terasa dingin meski waktu sudah menunjukkan pertengahan hari. Anginnya yang berhembus, terasa sejuk menyapa tubuh Yibo yang berjalan lambat di dekat tebing air terjun. Jubah hitamnya menggeletar dalam setiap langkahnya yang mendatangi titik air terjun. Bunyi air menjadi satu-satunya suara yang menyentuh pendengaran.
Di sisinya, ikut mengiringi langkahnya yang lambat, Haoxuan yang memasang ekspresi dingin mulai mengeluarkan kata-kata, berbaur dengan gemuruh air terjun di bawah mereka.
“Apa kau mengetahui apa yang dibicarakan tetua Bai dengan Xiao Zhan tadi malam?”
Sudut mata Haoxuan melirik saudaranya sekilas, dan menghela napas sesaat kemudian ketika gelengan kepala Yibo menanggapi pertanyaannya.
“Bukankah kau terhubung dengannya oleh liontin di lehermu?” lanjut Haoxuan.
“Sepertinya tetua Bai menutup liontin itu dengan kekuatannya hingga aku tidak bisa melihat atau mendengar apa pun. Lagi pula, aku dibuat pingsan olehnya,” jawab Yibo. Nadanya sedikit gusar saat menjawab rasa penasaran adik seperguruannya.
“Banyak hal yang sulit kita kendalikan,” Haoxuan menanggapi. “Aku mengerti kesulitanmu, tapi aku minta pertimbangkanlah semua hal yang akan kau lakukan. Kau bukan hanya harus melindungi Xiao Zhan. Tanggung jawabmu tidak hanya pada satu orang.”
Nada permintaan Haoxuan ditanggapi desahan pelan dari Yibo.
“Aku tahu,” gumam Yibo, pasrah dan putus asa.
Langkah keduanya kini berhenti tepat di puncak air terjun. Menatap langsung air jernih yang jatuh pada hulu sungai Shaanxi. Hembusan angin dingin tiada hentinya menerpa tubuh, mengibarkan jubah dan menyibak setiap helai rambut depan mereka.
“Entah kenapa aku merasa tetua Bai menyembunyikan sesuatu. Aku memiliki firasat bahwa sebenarnya dia mempunyai jalan untuk masalah yang kau hadapi, hanya saja mungkin dia sendiri belum yakin,” Haoxuan kembali bersuara. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Setiap masalah pasti ada jalannya. Akan ada kemudahan sesudah kesulitan yang dihadapi. Jangan putus asa.” Ia berusaha memberi saudaranya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]
FantasySaat kutukan telah terlontar dan langit menerima ucapan, sang guru tidak berdaya mematahkannya kembali walaupun ia menyesal. Itulah yang terjadi pada Wang Yibo, pewaris terakhir dari klan Raven. Bertahun-tahun mencari sosok manusia berdarah campura...