Fairy'Chapter XXI

222 36 7
                                    

🪄🪄🪄

Seandainya kita bertemu dalam waktu yang berbeda, apakah kau juga akan mendorongku untuk pergi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seandainya kita bertemu dalam waktu yang berbeda, apakah kau juga akan mendorongku untuk pergi?

Mata yang terpejam mengiringi tubuh Xiao Zhan yang melayang turun, senyumnya tersungging bersiap untuk menyongsong tangan-tangan malaikat maut yang akan membawanya ke dunia lain. Dia hanya ingin bersama Wang Yibo walau dalam kematian, meski dia harus mendahului untuk meninggalkan pemuda itu, dengan sukarela dia akan meninggalkan dunia fana yang ia tinggali demi Wang Yibo.

Xiao Zhan melemaskan tubuhnya, kedua tangan terkulai di sisi tubuh dan membiarkan tubuhnya basah oleh air terjun. Dia mendengar pekikan dan gerakan asing di dekatnya dan ia memasrahkan diri untuk menyambut kematian. Xiao Zhan merasakan satu tarikan namun bukanlah sesuatu yang ia bayangkan. Itu adalah rengkuhan dua lengan kuat yang menahan tubuhnya. Seiring hembusan angin kencang dan dingin yang menerpa, Xiao Zhan membuka kelopak mata. Mendapati Yibo yang merangkulnya dengan kedua tangan. Sepasang sayap besar dan hitam mengembang di belakang punggungnya.

Keduanya kini meluncur turun perlahan-lahan dan mendarat pada pemukaan sebuah batu besar yang terdapat di sisi sungai. Titik air terjun yang sempat membasahi keduanya menjadikan wajah mereka sedikit lembab. Mereka berdiri berhadapan, saling memandang dengan sinar cinta di mata keduanya.

Xiao Zhan mengerjapkan mata berkali-kali, melihat penampilan Yibo yang sangat berbeda dari biasanya. Wajah pucat pemuda itu dibingkai rambut panjang hitam yang berkibar tertiup angin. Sepasang telinganya mencuat ke atas, seperti tokoh-tokoh elf yang dia saksikan di dalam film. Bola matanya yang hitam berubah menjadi sewarna darah. Penampakan Yibo yang sangat luar biasa baginya.

Misterius dan indah.

“Apakah sepadan semua yang kau lakukan untukku? Cintamu membuatku seperti seorang pecundang.”

Kata-kata Yibo mengurai tatapan mereka setelah sekian detik berdiri saling berhadapan. Sayap hitamnya perlahan menghilang, seolah masuk ke dalam punggung. Penampilan lainnya pun kembali ke bentuk semula. Telinga yang normal dan mata yang kembali hitam.

Tanpa berkata-kata, Xiao Zhan menghambur dalam pelukan Yibo. Dia memeluk tubuh tegap itu, sepasnag matanya berkaca-kaca namun tersenyum lega karena ketakutannya mulai menguap. Dia tidak akan pernah memberi kesempatan pada Yibo untuk meninggalkannya. Apa pun yang terjadi.

“Aku mencintaimu, Yibo. Aku lebih rela membunuh diriku lebih dulu daripada melihatmu meninggalkanku,” ia bergumam, berbisik sedikit keras di antara gemuruh air terjun yang jatuh pada hulu sungai.

Yibo balas memeluk erat-erat tubuh ramping sang kekasih. Dia sempat dibuat kaget dan ketakutan melihat tindakan Xiao Zhan, tidak menduga kalau kekasihnya akan berbuat nekad seperti tadi.

“Jangan lagi melakukan hal bodoh di depanku, atau aku akan menghukummu,” balasnya kemudian mendaratkan ciuman di leher Xiao Zhan.

Xiao Zhan bergumam, merasa puas karena berhasil mendapatkan lagi perhatian yang selalu dicurahkan Yibo. Anggukkan kepalanya samar mengiringi sambil terus memeluk tubuh hangat Yibo. Air terjun yang menyiram tubuhnya terasa sedingin es dan hawa hangat dari tubuh Yibo menyerap masuk ke dalam diri. Untuk sesaat dia membiarkan kepalanya bersandar nyaman pada bahu, menikmati bersatunya debaran jantung mereka. Terpaan angin yang disertai titik air tidak mempengaruhi keduanya untuk saling menyalurkan rasa sayang.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang