🪄🪄🪄
Guru besar Zhang, sosok tua yang dihormati dan disegani dalam kurun waktu 30 tahun sejak perguruan Pita Merah terkenal di pelosok Xiangyang. Tidak ada yang mengetahui kapan pastinya perguruan itu berdiri, tapi selama 30 tahun, perguruan itu menjadi perbincangan beberapa tokoh masyarakat. Guru Zhang menjadi satu tokoh yang dianggap sebagai sesepuh dan pendiri perguruan. Penampilannya menunjukkan bahwa dia seseorang yang merawat diri dan kesehatan. Meski wajah itu tidak bisa menutupi garis tuanya yang mulai memperlihatkan keriput di beberapa bagian, namun sorot matanya memancarkan semangat muda yang masih hidup dalam dirinya. Sebagian rambutnya mulai terlihat putih di beberapa bagian, tetapi warna mukanya masih begitu segar dan bersemangat.
Dalam penampilan serba putih, guru Zhang yang memiliki fitur wajah tegas dan sorot mata lembut itu terlihat duduk menghadapi satu meja. Jubah putihnya menutupi dipan yang menjadi alas duduk, terbuat dari kayu berkualitas dan menguarkan aroma lembut. Kedua kakinya terlipat, bersila di atas satu alas empuk yang dilapisi kain beludru warna cokelat. Di atas meja pendek tersedia satu pot minuman terbuat dari keramik putih. Gelas kecil yang diletakkan terbalik memenuhi satu baki kecil. Satu wadah dupa dari bahan kuningan terletak di sudut dekat kabinet kayu yang dipenuhi gulungan buku dan barang antik. Asapnya yang meliuk menyebar ke seluruh ruangan, memberi keharuman yang menenangkan.
Sore itu langit yang kelabu dan cuaca buruk membuat udara di sekitar perguruan menjadi sangat dingin. Hujan yang cukup deras kembali mengguyur, terlihat dari jendela kaca yang berpotongan klasik di ruangan tersebut. Bangunan utama tempatnya tinggal disebut paviliun Meili, didominasi warna krem, sebagian besar dibangun dari kayu Rosewood yang kuat dan harum. Bunyi air hujan yang menimpa genting terdengar sangat jelas di tengah keheningan ruangan.
Guru Zhang membuka kedua mata yang dari tadi terpejam ketika telinganya yang tajam mendengar langkah kaki di luar. Sesaat kemudian suara seorang pemuda terdengar memanggil.
“Guru?”
“Masuklah!”
Jawaban guru Zhang menggerakkan si pemuda di luar mendorong pintu kayu yang tebal dan mengkilap.
Guru Zhang menatap pada sosok muda yang dibalut setelan serba putih melangkah memasuki ruangan.
Pemuda itu adalah Jiyang, murid termuda perguruan.
Guru Zhang mengambil satu gelas keramik dan menuangkan cairan teh ke dalamnya. Uap panas dan aroma teh yang manis keluar dari cairan yang memenuhi gelas kecil.
“Pemuda itu masih menemuimu?” Suaranya yang berat dan berwibawa tertuju pada muridnya yang menghampiri. Tatapannya tetap pada gerak tangannya sambil mengamati uap yang mengepul dari permukaan teh.
“Sore ini dia tidak datang. Mungkin karena cuaca,” Jiyang menyahuti pertanyaan gurunya dengan sopan.
Senyum tipis menghias wajah guru Zhang yang memegang sisi cangkir, mendekatkan ke dekat bibir dan meniupnya perlahan-lahan. Ia mulai mencicipi sedikit demi sedikit air teh yang menghangatkan tenggorokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]
FantasySaat kutukan telah terlontar dan langit menerima ucapan, sang guru tidak berdaya mematahkannya kembali walaupun ia menyesal. Itulah yang terjadi pada Wang Yibo, pewaris terakhir dari klan Raven. Bertahun-tahun mencari sosok manusia berdarah campura...