🪄🪄🪄
Kematian Zhenning dan Guan Li diiringi pekikan burung yang melayang di atas Qingyun Village. Siang yang muram tanpa sinar matahari menambah suasana mengerikan yang melingkupi desa. Perang itu berhenti setelah tersebarnya kematian Guan Li dan Zhenning. Anggota klan tersisa beberapa orang yang masih segar bugar dan sebagian mengalami luka-luka. Sisanya bergelimpangan di atas hamparan rumput yang merah oleh darah.
Guru Youjia dan Haoxuan akhirnya berhenti bertarung setelah keduanya semakin repot. Tubuh mereka sudah terluka di beberapa bagian, bahkan Haoxuan sudah mulai memuntahkan darah segar. Dengan wajah pucat dia berdiri, menopang dirinya oleh pedang yang ia tancapkan ke tanah. Punggung tangan kirinya mengusap darah di mulut dan menatap guru Youjia yang memegangi dada.
“Haoxuan, kau lawan yang luar biasa. Aku yakin kau akan menjadi sosok kuat dan hebat di masa depan.” Guru Youjia mengusap darah yang mengalir dari sela bibir.
“Aku hanya berusaha melindungi diri sendiri,” jawab Haoxuan. Wajahnya mengernyit menahan sakit sementara rambut dan jubahnya yang sudah robek di beberapa bagian berkibar tertiup angin.
Guru Youjia tersenyum. “Aku sudah tidak ada urusan lagi di sini. Guan Li sudah tiada, aku pun tidak akan mencampuri urusan klan kalian,” ujarnya. Menghirup napas panjang sejenak meski rasa sakit membuat kernyitan di wajahnya semakin jelas. “Senang sekali mengetahui ada keturunan bangsawan klan yang masih hidup. Bertarung denganmu sangat menyenangkan. Jika ada kesempatan lain, kita bisa bertanding lagi di masa depan. Jaga dirimu, Wang Haoxuan.”
“Akan aku tunggu, guru Youjia.” Haoxuan mengangguk singkat. Warna matanya kembali hitam. Dia hendak berlalu sewaktu kelebatan sosok serba putih mendatangi mereka.
“Youjia, angin apa yang membuatmu datang mencampuri urusan klan? Setelah berpuluh-puluh tahun tidak pernah muncul, tiba-tiba kau membuat keributan di sini!”
Suara itu menggema memenuhi udara seiring hawa dingin yang melingkupi sekitar mereka. Tetua Bai berdiri di tengah-tengah antara Haoxuan dan guru Youjia.
“Tetua Bai?!”
Dua suara bersamaan memanggil nama sang tetua. Bernada terkejut dan khawatir. Haoxuan terkesiap melihat kondisi tetua Bai yang sekarang semuanya menjadi serba putih. Rambut yang sebelumnya masih berwarna kehitaman menjadi putih seluruhnya. Di pihak lain, guru Youjia terkejut karena tidak menduga akan bertemu tetua yang dianggap sudah tiada puluhan tahun lalu.
“Tetua, kau …”
“Tetua Bai, apa yang terjadi?”
Tetua Bai belum menjawab pertanyaan dari Haoxuan. Matanya yang abu menatap guru Youjia yang tampak terpana. Dia pun melihat luka luar dan dalam yang dideritanya.
“Youjia, setelah melihat semua ini, apa kau merasa senang? Atau kau masih belum puas dengan kekacauan saat ini? Jika kau masih ingin mencari kesenangan, aku akan melayanimu dengan senang hati.”
Mendengar perkataan tetua Bai, guru Youjia menggeleng lemah. Sesaat kemudian dia berlutut sambil memegangi pedangnya untuk menahan bobot tubuh.
“Tetua, aku salah. Aku terlalu gelap mata hingga tidak bisa menerima kenyataan. Tetua, aku senang kau masih hidup. Kenapa Tetua bersembunyi selama ini? Aku pikir, aku sudah tidak memiliki sosok yang bisa aku jadikan panutan,” ia berkata penuh penyesalan.
“Semua sudah terjadi,” desah tetua Bai. Matanya terpejam beberapa saat. “Saat ini aku pun sudah tidak bisa berlama-lama hidup di dunia ini lagi. Semua ada waktunya.”
“Tetua Bai, apa maksud Anda?” Haoxuan menyela dengan raut muka bingung dan khawatir. Dia menyaksikan orang tua itu memutar tubuh dan menatap padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]
FantasySaat kutukan telah terlontar dan langit menerima ucapan, sang guru tidak berdaya mematahkannya kembali walaupun ia menyesal. Itulah yang terjadi pada Wang Yibo, pewaris terakhir dari klan Raven. Bertahun-tahun mencari sosok manusia berdarah campura...