Fairy'Chapter XXII

245 40 20
                                    

🪄🪄🪄

Malam dingin itu dinikmati orang lain dengan duduk menyendiri di satu balai yang terbuat dari kayu bercat cokelat muda, dinaungi satu atap yang ditopang oleh empat tiang di setiap sudut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam dingin itu dinikmati orang lain dengan duduk menyendiri di satu balai yang terbuat dari kayu bercat cokelat muda, dinaungi satu atap yang ditopang oleh empat tiang di setiap sudut. Wang Haoxuan duduk bersila, memejamkan mata dengan kedua tangan di depan perut. Sepuluh jemarinya saling bertemu persis seperti orang yang sedang bermeditasi. Terpaan angin dingin berputar di sekelilingnya, mengacak rambutnya yang mulai tak beraturan. Bibirnya yang tipis terkatup rapat sedangkan warna mukanya terlihat begitu putih, nyaris pucat. Selang sedetik, titik air hujan membentuk gerimis kecil turun menyiram bumi. Kabut tebal mengambang di sekitar bukit Wuhui.

Sudah berjam-jam dia duduk seperti itu, memusatkan pikiran dan kekuatannya untuk memantau Qingyun Village terutama rumah kaca yang ditempati Yibo. Sebagai seseorang yang diberi tanggungjawab oleh Yibo dan guru terdahulu, Haoxuan benar-benar mengabdikan hidupnya untuk menjaga keamanan dan kehidupan klan Raven. Dan kini, satu hal lagi yang harus dia lakukan, melindungi Xiao Zhan yang menjadi pasangan hidup Yibo.

Meditasi Haoxuan terputus ketika satu gerakan di dekatnya membuatnya membuka mata. Tatapannya langsung tertuju pada sosok muda yang kini duduk di sebelahnya. Jiyang yang tubuhnya dibalut mantel tebal berbulu menoleh dan tersenyum padanya setelah meletakkan satu nampan yang berisi satu teko dan dua cangkir keramik.

“Guru memintaku untuk membawakanmu minum,” Jiyang berkata tanpa diminta penjelasan. Tangannya mengangkat teko dan menuangkan teh yang mengepul ke dalam cangkir setelah menurunkan hoodie yang sebelumnya melindungi kepala dari air hujan.

Haoxuan menarik napas, uap dingin menyertai hembusan napasnya yang panjang. Dia mengubah posisi tangan dan menerima sodoran cangkir dari Jiyang. Wajahnya masih tetap menampilkan ekspresi dingin ketika ia mulai menyesap dari cangkir meski tak urung matanya melirik pada murid muda yang memasang senyum.

“Kenapa kau suka sekali berada dalam cuaca sedingin ini?” Jiyang kembali bersuara. Tatapannya tak beralih dari sosok Haoxuan yang sedang menyesap teh.

Bergumam samar, Haoxuan tidak banyak menanggapi dan hanya meneruskan menikmati teh yang menghangatkan tenggorokan dan mengalir ke perutnya. Rasa hangat itu sedikit menepis rasa dingin yang merayapi seluruh tubuhnya. Dia meletakkan cangkir setelah mengosongkan isinya.

“Aku menyukai udara dingin,” jawabannya terdengar setelah beberapa detik berlalu. Uap dingin mengiringi gerak bibirnya.

“Sesuai dengan kepribadianmu,” komentar Jiyang, “tapi aku mendapat pesan dari guru,” lanjutnya dan ia bangun dari duduknya. Satu mantel tebal yang sebelumnya ia pegang kini ia pakaikan ke pundak Haoxuan. Dia menghela napas kemudian kembali duduk dan mengisi lagi cangkir kosong di depan Haoxuan. Ia pun menuangkannya untuk diri sendiri.

Haoxuan melirik sekilas, mengamati murid muda yang membuang muka ke arah lain sambil sibuk menikmati teh. Dia membenahi mantel tebal yang dipakaikan Jiyang meski cukup terkejut dengan perhatian kecil yang dilakukan murid tersebut. Sebenarnya diam-diam dia cukup menyukai murid yang selama ini selalu ia ganggu untuk mencari informasi, sosok muda dan polos dengan hati yang murni adalah seseorang yang selama ini dia cari. Namun saat ini, dia masih belum bisa membagi fokusnya dengan hal-hal pribadi. Selama masih ada sesuatu yang belum bisa dia selesaikan, dirinya tidak akan pernah tenang menjalani kehidupan lain. Tetapi dia tidak menduga kalau guru Zhang alias tetua Bai akan mengikutsertakan Jiyang dalam misi kali ini. Teringat hal itu, kilasan tentang pembicaraan dengan guru Zhang berputar dalam benaknya.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang