Fairy'Chapter XXV

203 30 7
                                    

🪄🪄🪄

Di kala malam mulai turun, Jiyang berhenti berjalan untuk mencari tempat beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kala malam mulai turun, Jiyang berhenti berjalan untuk mencari tempat beristirahat. Dia tidak tahu sudah berada di daerah apa, tetapi matanya menangkap satu bangunan kecil di sisi desa kecil yang ia lewati, sedikit terpencil dan nampaknya sudah tidak terawat dengan baik. Memutuskan untuk menghemat uang, Jiyang memilih menjadikan tempat itu untuk beristirahat malam ini. Dia kini berdiri di depan pintu kayu yang masih cukup kuat meski sebagian catnya sudah terkelupas.

Perlahan mendorong daun pintu yang sama sekali tidak terkunci, derit engsel yang sudah berkarat memenuhi heningnya suasana. Jiyang mencoba mencari saklar dengan meraba-raba dinding. Helaan napasnya terdengar lega sewaktu ia menemukannya dan menekan tombol. Lampu yang menggantung di tengah ruangan itu menyala kekuningan dengan cahayanya yang lemah, bahkan mungkin tak lama lagi lampu itu akan kehilangan dayanya.

Sementara ini Jiyang mencoba untuk membiarkan meski lampu itu sedikit berkedip-kedip, berusaha memberikan penerangan seperti yang diharapkan. Jiyang mengibaskan tangan di depan muka, menatap berkeliling ruangan yang hanya diisi beberapa set kursi kayu yang sudah berdebu. Pengapnya udara efek dari ruangan yang tidak pernah mendapatkan udara luar membuatnya sedikit membersitkan hidung. Dia melangkah mendekati satu pintu dan kembali mendorong pelan menimbulkan derit yang sama.

Ruangan kecil itu berupa kamar yang diisi tempat tidur dari besi tua, dia melihatnya setelah kembali menyalakan lampu kekuningan. Meski tempat itu sudah tidak layak dan nyaman untuk ditinggali, namun Jiyang tidak memiliki pilihan lain.

Hanya semalam, tidak perlu dipermasalahkan

Dia membatin sambil melepas tas gendong hitam dari punggung, meletakkannya di atas meja kayu yang terdapat di sisi ruangan. Dia mulai menepuk-nepuk kasur busa yang sudah tidak menggunakan sprei. Setelahnya ia kembali ke luar kamar dan memeriksa kamar mandi. Sambil harap-harap cemas dia mencoba menyalakan kran air dan matanya berkilau oleh kelegaan karena kran itu ternyata masih berfungsi.

Jiyang pun membasuh muka dan membersihkan diri. Dia kembali masuk ke kamar dan mencoba untuk berbaring. Beberapa saat dia hanya termenung sambil memandangi langit-langit kamar. Suasana desa itu sangat sepi, hanya suara-suara binatang malam yang terdengar di luar rumah. Berkali-kali dia menghela napas mengingat kenekatannya berangkat seorang diri, sementara pemuda tampan yang ia ikuti sama sekali belum kelihatan, bahkan mungkin Wang Haoxuan tidak mengetahui dirinya yang menyusul di belakang.

Jiyang sama sekali tidak bisa tidur, padahal sudah berjalan seharian dan merasakan lelah sebelumnya. Bayangan tentang Haoxuan membuatnya sangat tidak tenang. Dia tidak tahu bagaimana menghubungi pemuda itu untuk memberitahu keberadaannya. Senyum tipisnya terukir miris di bibir mengingat betapa bodohnya dirinya yang jatuh hati pada sosok dingin seperti Haoxuan. Pemuda itu bahkan tidak pernah meliriknya dan sekarang pun dirinya ditinggal seorang diri.

Sambil memeluk tas hitam miliknya, Jiyang berusaha untuk memejamkan mata, mencoba menepis bayangan Haoxuan yang terus mengisi benaknya. Saat ini dia bertekad, untuk bisa menjadi pendamping Haoxuan, dirinya harus menjadi lebih kuat dan terbiasa menghadapi hal-hal keras di luar perguruan. Dia tahu Wang Haoxuan memiliki tanggung jawab besar, dan ia tidak ingin membebani pemuda itu dengan keinginan manjanya. Dia justru ingin menjadi seseorang yang bisa berbagi beban dengan Haoxuan, meski pemuda itu mungkin tidak pernah mengharapkannya.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang