Fairy'Chapter IX

325 62 14
                                    

🪄🪄🪄

Sehari berlalu dalam kecemasan dan kegelisahan, Xiao Zhan harus mengakui bahwa ada yang berubah di hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehari berlalu dalam kecemasan dan kegelisahan, Xiao Zhan harus mengakui bahwa ada yang berubah di hatinya. Meski hanya sesaat, rasa yang dititipkan Yibo padanya terlalu indah dan sulit dihilangkan. Di malam yang dingin ia hanya berdiri di sisi pintu kaca, menatap langit kelam yang menyelimuti kota. Ia mulai merindukan Wang Yibo. Ketika angin musim dingin menyapa dirinya, ia hanya berharap bahwa angin malam yang berhembus mampu menghantarkan kerinduannya terhadap pemuda itu.

Kegalauan yang melanda hati membuatnya menghela napas panjang dan berat. Kencangnya angin yang menggerakkan anak rambut tidak ia pedulikan. Bahkan di saat tangan dan wajahnya terasa dingin, Xiao Zhan masih tidak beranjak dari sana, bertanya-tanya kapan salju pertama akan turun. Ia sangat berharap, Yibo ada bersamanya di kala pemandangan indah itu terjadi, menyaksikan butiran salju yang turun pertama kali bersama seseorang yang berarti dalam hidup.

Ketika tengah malam hampir tiba, Xiao Zhan akhirnya beranjak menaiki tempat tidur. Berharap untuk menghilangkan semua rasa dengan memejamkan mata namun nyatanya ia tertidur dalam gelisah, alam mimpinya dipenuhi oleh sosok Yibo. Tidak sampai hitungan jam, ia terbangun dengan kerinduan yang semakin menjadi. Mata beningnya menatap langit-langit kamar, seolah-olah wajah Yibo terpampang di sana. Ia tidak tahu bagaimana menghubungi Yibo dan ke mana mencari pemuda itu.

Kala fajar menyingsing, Xiao Zhan beranjak bangun dengan muka layu sebab tidak bisa tertidur lagi. Karena tidak bisa memastikan akan pertemuan dengan sosok tampan tersebut, ia pun hanya bisa menunggu dalam penantian yang meresahkan, dengan keyakinan bahwa Yibo akan kembali menemuinya, dan ia berharap keinginannya terkabul.

Perilakunya yang galau terbawa ke klubnya yang berada di Xinglong Town. Sore kelabu diiringi angin kencang menyambut kedatangan Xiao Zhan yang tiba di garis pantai Utara Xiangyang. Klub miliknya sudah resmi dibuka dan mulai dikunjungi karena ia menyerahkan semua urusan pada Paul dan Jiacheng. Mobil merahnya kini terparkir apik di depan klub dan melenggang masuk untuk melihat sekaligus membantu hal-hal yang kira-kira diperlukan. Namun pada kenyataannya, alih-alih membantu, ia justu duduk termangu di kursi bar, menatap kosong pada lautan lepas.

Dua temannya yang memperhatikan saling menyenggol bahu, berbisik-bisik mengamati perilaku Xiao Zhan yang lain dari biasanya.

“Ada apa dengannya? Dia terlihat aneh,” bisik Jiacheng.

“Aku pikir dia jatuh cinta,” Paul menanggapi. “Kau lihat matanya. Sangat berbeda dari sebelumnya.”

“Wow! Gadis mana yang dia sukai? Aku tidak heran karena di klub Ervoir dia menjadi primadona.”

“Tidak ada gadis satu pun. Kurasa sosok itu seorang pemuda tampan yang malam itu datang ke klub.”

“Seorang pemuda?” Jiacheng nyaris memekik.

“Pelankan suaramu. Kenapa harus berteriak?” Paul mendelik. Tangannya menutup mulut Jiacheng sambil melirik pada Xiao Zhan yang menghela napas panjang.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang