Fairy'Chapter XXIII

219 34 8
                                    

🪄🪄🪄

Haoxuan tidak pernah berpikiran jauh tentang percakapan singkat dengan Jiyang malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haoxuan tidak pernah berpikiran jauh tentang percakapan singkat dengan Jiyang malam itu. Setelah mengucapkan kata-kata yang menjurus, Jiyang langsung pergi dan tidak berpaling lagi, meninggalkannya seorang diri dalam kegalauan. Pagi ini dia menunggu pemuda itu di gerbang perguruan namun Jiyang tak kunjung muncul. Dia tidak menyangka kalau emosi murid termuda itu akan sangat terpengaruh oleh sikapnya.

Dalam rangka melakukan perjalanan ke puncak gunung Tianjie, dia sudah membulatkan tekad untuk berhasil dan kembali membawa benda yang diinginkan. Tidak peduli apa yang terjadi nanti, dia hanya memiliki satu tujuan ... pulang dengan membawa keberhasilan.

Selama menunggu di depan gerbang, Haoxuan terus melangkah bolak balik dengan kedua tangan di belakang punggung. Sekarang dia membawa benda lain di punggungnya, terikat menggunakan tali khusus yang menyampir pada bahu. Pedang Salju yang diberikan tetua Bai kini menjadi pelengkap dirinya dan sudah dia anggap sebagai belahan jiwa. Dia pun tidak menyangka akan memiliki senjata yang berjodoh dengannya.

Entah sudah keberapa kalinya dia mendongak, memperhatikan pergerakan matahari yang semakin naik setiap menitnya. Namun murid muda yang dia tunggu sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya.

“Ke mana dia? Sudah dua jam aku menunggu. Sebenarnya dia jadi ikut atau tidak,” ia berdesis, antara gusar dan khawatir.

“Apa mungkin dia marah gara-gara semalam? Aku merasa tidak melakukan apa pun padanya.” Lagi-lagi ia bergumam sendiri sambil terus memperhatikan gerbang tinggi perguruan. “Jika dalam setengah jam lagi dia tidak keluar, aku akan pergi sendiri. Mungkin itu lebih baik.”

Memutuskan hal itu, Haoxuan kembali melompat ke atas pohon tinggi, menggunakan ilmu peringan tubuh dan duduk meluruskan kaki pada salah satu dahan yang cukup besar. Dia bersandar, melipat tangan di depan dada, dengan sabar menunggu kemunculan Jiyang. Menikmati hembusan angin yang menyegarkan, dia pun memejamkan mata untuk sekedar beristirahat selama beberapa menit.

Di dalam perguruan, Jiyang masih berkutat di ruang pribadinya mengolah berbagai herbal. Dia menghadapi satu tungku kecil yang menyala, memperhatikan pot obat dari tanah liat yang mengeluarkan uap panas. Sebelah tangannya menopang dagu sambil menggerakkan satu kipas di satu tangan lain, mengusahakan untuk terus menyalakan api agar tidak padam. Jiyang merasa kesal karena sikap Haoxuan yang sangat dingin padanya. Dia ingin mengikuti kemarahan untuk tidak menemaninya ke gunung Tianjie, namun satu perasaan khawatir juga terus mengganggunya. Meski tidak memiliki ilmu apa pun, namun bisa mendampingi pemuda tampan itu akan menjadi kesempatan emas baginya. Selain itu dia bisa saja dibutuhkan selama dalam perjalanan.

“Menjengkelkan...”

Jiyang merengut dan melempar kipas di tangan. Dia sama sekali tidak bisa fokus dan terus terbayang-bayang wajah tampan Wang Haoxuan meski sosok itu teramat dingin. Pada akhirnya dia bangkit dan mempersiapkan diri, membawa segala sesuatu yang diperlukan ke dalam satu tas hitam. Dia pun berganti kostum menjadi lebih simpel dan memilih warna hitam untuk menyamakan dengan penampilan Haoxuan.

𝐑𝐚𝐯𝐞𝐧 : 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓪𝔃𝔃𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓕𝓪𝓲𝓻𝔂 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang