Kabar tunangan

15 4 0
                                    

Seperti yang sudah Sandi katakan Sandipun mengajak Fania kerumahnya setelah berkencan untuk memperkenalkannya pada kedua orangtuanya setelah menempuh jarak beberapa jam merekapun akhirnya sampai.

"Sayang kau tunggu disini sebentar yah aku mau memanggil ayah dan juga ibu"

Faniapun menganggukkan kepala dengan tersenyum dan mulai duduk diruang tamu dirumah Sandi. Sembari duduk dia mengedarkan pandangannya melihat seluruh ruangan rumah sandi yang cukup besar setelah menunggu sebentar datanglah Hermawan Firly Andra diikuti oleh Sandi yang berada dibelakang.

Dengan tersenyum Fania beranjak berdiri untuk mencium tangan kedua orang tua Sandi begitu selesai mereka akhirnya duduk bersama dengan Firly yang duduk disamping Fania, Untuk melihat jelas rupa seorang Fania Kemudian Firly memegang kedua tangan Fania memandangnya dengan tersenyum yang dibalas senyum manis Fania.

"Kau yang bernama Fania? Sandi sudah menceritakan semuanya tentangmu walau kalian belum lama menjalin hubungan, Ternyata kau sangat manis"

Puji Firly yang membuat Fania tersenyum malu tetapi juga merasa senang Firly menyambutnya dengan hangat dan lembut.

"Entah apa yang membuat orang mengatakan kalau saya manis padahal saya rasa saya berwajah biasa saja tidak mungkin seperti gula yang pasti terasa manis"

Ledek Fania terkekeh yang membuat Firly ikut terkekeh bersama yang lain seketika itu Sandi juga ikut tersenyum, Dia baru tau sisi lain dari Fania selain sopan dia juga bisa merubah suasana agar tidak terlihat canggung, Benar benar membuatnya penasaran sisi lain apa lagi yang Fania punya.

"Tapi kau memang manis Fania bahkan sangat manis Iya kan mas?"

Tanya Firly pada Hermawan yang dibalas anggukkan Hermawan membenarkan ucapan sang istri.

"Jangan terlalu memujiku tante nanti aku bisa sangat percaya diri sekali setelah melangkah keluar dari rumah ini karna dipuji sangat manis"

Jawab Fania terkekeh kembali yang membuat Firly malah tertawa senang diikuti oleh Hermawan dan yang lain, Candaan receh Fania menghangatkan suasana dirumah Sandi.

"Selain manis kau juga lucu yah ibu pasti akan betah selalu bersamamu, Sandi bagaimana kalau kau langsung melamarnya besok"

Mendengar kata lamaran dari sang ibunda Firly membuat Fania terkejut, Tapi tidak dipungkiri Fania juga merasa senang dengan tersenyum canggung Fania memandang Sandi ingin mendengar jawaban dari Sandi. Sandi juga merasa bahagia tanpa dia sadari diapun mulai mendekat pada Fania dan berjongkok dengan satu kakinya menumpu kelantai dihadapan Fania menarik kedua tangan Fania lalu berkata

"Maukah kau menjadi tunanganku sebelum menikah denganku Fania"

Dengan tersenyum bahagia dan tidak mampu berkata kata Faniapun hanya menganggukkan kepalanya tanda menerima lamaran Sandi tau jawaban Fania seakan menerimanya, Karna merasa bahagia dengan reflek Sandi ingin memeluk Fania yang ditahan oleh Firly.

"Et eet eh mau ngapain mau ngapain!"

"Mau itu bu mau mau anu"

"Iya mau apa hah?"

"Em itu bu itu emm apa ya? tidak jadi bu"

Sandi yang tidak mampu berkata kata akhirnya lebih memilih duduk kembali disebelah andra dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dengan tersenyum kaku yang membuat Firly dan Fania terkekeh.

"Kak bagaimana? bagaimana perasaanmu sekarang malu saja atau malah bahagia bercampur malu"?

Bisik Andra terkekeh ditelinga Sandi yang mendapat tonyoran Sandi dikepala Andra.

"Sialan! Kau bisa diam tidak!" Bisik Sandi pada Andra.

"Baiklah pertunangan Fania dan Sandi akan segera diadakan besok segera persiapkan semuanya." Ucap Hermawan

Setelah membahas perihal lamaran tiba waktunya Sandi untuk mengantarkan Fania untuk pulang. Begitu sampai dirumahnya, Sandi mengutarakan niatnya untuk melamar Fania pada ibunda Fania dengan Temmy senyum bahagia terpancar jelas dimata Fania yang membuat ibunda merasakan bahagia bisa melihat putri semata wayangnya mempunyai calon tunangan yang tidak lama juga akan menjadi calon suaminya kelak.

*Dikamar Fania

"Hah kau serius kau akan bertunangan dengan Sandi? Wah selamat ya Fan aku ikut senang" Ucap Lusi disebrang telfon

"Iya aku sudah mengundang semua temanku Tari Naeli Heris juga aku undang dan kau juga jangan lupa kau juga harus datang yah"

"Iyah kau tenang saja aku pasti datang semoga acaranya berjalan dengan lancar yah, Oh iya kau sudah mengabari pak Lana belum?"

"Sudah dan pak Lana mengizinkan aku libur lagi katanya sih besok toko buka jam 12.00 siang pak Lana ingin menghadiri pertunanganku dan mengizinkan kalian untuk menghadiri pertunanganku lebih dulu"

"Senangnya jadi kau, Semoga kau bahagia ya Fania"

"Iya, Ya sudah aku tutup telfonnya yah dah."

Faniapun menutup sambungan telfonnya kemudian mengirim pesan singkat pada ayahnya yaitu Bari Ferdian.

"Ayah apakah ayah bisa datang ke acara pertunanganku besok sudah lama ayah tidak pulang untuk menemuiku"

dua menit kemudian balasan dari ayahnyapun muncul dan langsung dilihatnya.

"Sayang kau akan bertunangan? Ayah senang mendengarnya sekarang ayah sedang sibuk dengan bisnis perternakan ayah maaf belum sempat menemuimu, Tapi ayah usahakan akan datang tapi ayah tidak janji yah"

Melihat jawaban sang ayah seketika membuat Fania sebal kenapa ayahnya selalu sibuk dengan bisnisnya dalam lima bulan terakhir ini membuatnya jarang pulang untuk menemui ibunya, Bari Ferdian mempunyai bisnis perternakan yang sedang berkembang cukup pesat saat ini membuatnya semakin sibuk bisnis yang sedang dikelolanya berada didesa ibundanya didesa tempat tinggalnya.

"Kau selalu begitu ayah apa kau tidak merindukan ibu juga diriku kenapa ayah lebih mementingkan bisnis dari pada aku!!"

Melihat balasan dari sang anak membuat Bari menghela nafas pendek, Tapi harus bagaimana lagi bisnisnya juga untuk memenuhi kebutuhan Fania dan juga Ibu uti sang istri.

"Baiklah sayang ayah akan datang, Ayah usahakan yah jangan marah pada ayah"

Baripun akhirnya lebih memilih meninggalkan bisnisnya sebentar untuk sang putri tersayangnya, Pertunangannya juga penting untuk dihadirinya dengan senyum mengembang Faniapun membalas pesan ayahnya.

"Terima kasih ayah aku sayang ayah segeralah pulang aku menunggu kehadiran ayah."

Dengan tersenyum Bari merasakan kebahagian mendengar kabar pertunangan sang anak. Dia berharap dengan adanya pertunangan ini, Fania bisa sedikit demi sedikit menerima kepergian Ruis.

Takdir JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang