Perkelahian

40 5 0
                                    

Mendapati pukulan sang Kakak membuat Andra jatuh tersungkur kelantai sudut bibirnyapun mengeluarkan darah. Membuat Andra meringis tapi segera mengusap darah yang mengalir disudut bibirnya lalu dia berdiri mensejajarkan tinggi badannya yang tidak kalah dengan sang kakak karna mereka sama tingginya.

"Atas dasar apa kau mencampuri urusan pribadiku!!"

Bentak Sandi menatap tajam Andra, Andra yang ditatap seperti itupun tidak merasa takut ataupun bergetar sekalipun malah ikut menatap dan menantang sang Kakak dengan raut wajahnya yang seakan meremehkan Andrapun menjawab dengan santai.

"Ck urusan pribadimu yang mana? Kenapa aku harus repot repot mengurusi urusan pribadimu apa tidak ada kerjaan!"

"Kaukan yang mengatakan pada Fania kalau aku berhubungan dengan Silsilia itu menjadi bukti kalau kau mencampuri urusan pribadiku!!"

"Hey kak itu adalah fakta aku tidak berbohong memangnya kenapa ada masalah? Bukankah kau memang kekasih Silsilia Fania hanya selinganmu dan lagi dia itu jelek jauh sekali dengan Silsilia apa kau buta malah lebih memilih Fania apa kau sakit?"

Mendengar cemohan Andra yang seakan mengejek Fania membuat Sandi seketika emosi dan mulai maju kembali untuk memukul Andra akhirnya perkelahian adik dan kakak itupun tak terelakkan mereka saling memukul dan menendang sama sama kuatnya sampai pak Iman dan pak Hasan segera melerai mereka dengan Pak Iman memegang Andra dan Pak Hasan memegang Sandi keributanpun terdengar oleh Hermawan dan Firly.

"Sandi!! Andra!! Apa yang kalian lakukan!!Hentikan!!

Bentak Hermawan pada kedua anaknya Firlypun terdiam dengan mata berkaca kacanya melihat kedua wajah anaknya lebam dan sama sama sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Ck!! Kau sampai memukulku begini hanya karna seorang gadis apa kau sudah gila hah!!
Teriak Andra pada Sandi

"Tutup mulutmu!! Adik sialan!! Aku tidak akan memukulmu kalau kau tidak mencampuri urusanku lepaskan aku!! Aku ingin menghajarnya lagi!!"

"Aku tidak takut denganmu!! lepaskan!! Teriak Andra tidak mau kalah.

Mendengar kedua anaknya sudah dilerai tapi tetap saja adu mulut mewakilkan perkelahian mereka Hermawanpun penasaran apa yang membuat mereka sampai berkelahi, Hermawan mendengar kata gadis siapa gadis yang dimaksudkan bukankah Sandi sudah bertunangan dengan Fania.

"Nak Sandi tidak boleh seperti ini kita bicarakan saja baik baik dengan kepala dingin" Ucap pak Hasan menasehati tanpa melepas pegangannya terhadap Sandi.

"Kau tau apa hah!! Fania telah meninggalkanku gara gara dia!! Bentak Sandi menunjuk Andra.

"Ck!! apa yang kau lihat darinya dia itu jelek baguslah kalau dia meninggalkanmu lebih baik kau kembali saja dengan Silsilia!!

"Heh kau dengar!! Silsilia hanya masa laluku Fania yang akan menjadi istriku!! Kau mengerti!! Fania yang akan menjadi istriku!!"

"Ck kenapa aku punya kakak bodoh sepertimu!!"

"Kurang ajar!! Beraninya kau mengatakan aku bodoh!! Kau tidak akan tau kalau belum merasakannya!!"

"Cukup!! kalian berdua ikut ayah cepat!!" Sela Hermawan menengahi

Firlypun heran mendengar perdebatan kedua anaknya mereka membicarakan Fania dan Silsilia tapi yang menjadi pertanyaan dalam benaknya adalah Silsilia siapa Silsilia sebenarnya akhirnya mereka semuapun menuju ruang tamu untuk menyelesaikan permasalahan.

*Dirumah Nenek Laras

"Sudah selesai hmm ceritanya menarik semoga ada season dua dicerita ini ceritanya sangat romantis sekali"

Ucap Fania memegang dan memandangi buku novel yang telah lama dibacanya dan baru menyelesaikannya hingga sang nenek menegurnya.

"Buku yang kau pandangi itu tidak akan berubah menjadi Sandi Fania?"

Dengan terkekeh sang nenek mendekati Fania yang duduk diranjang kamar yang biasa ditempati Fania mendengar teguran neneknya seketika membuat Fania sebal.

"Apaan sih nek tidak lucu yah!!"

Dengan terkekeh nenekpun duduk disebelah Fania sembari memberinya susu coklat kesukaan Fania yang langsung diterimanya  lalu segera meminumnya sampai tandas tak tersisa.

"Haus neng?" Ledek sang nenek

"Hm iya nek padahal baca bukunya pake hati nggak sambil ngomong tapi kok ya haus terima kasih ya nek" Jawab Fania tersenyum lalu menaruh gelas kosong dimeja nakas sebelah ranjang tidurnya.

"Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?Nenek ingin mendengar hubunganmu dengan Sandi? Kenapa kau sampai mengakhirinya padahal yang nenek lihat Sandi itu sangat tampan"

Dengan terkekeh nenek Laras memuji Sandi dengan gayanya yang seakan genit dimata Fania membuat Fania geli melihatnya.

"Nek memangnya nenek tau pria tampan itu seperti apa? Sudah nenek nenek juga" Tanya Fania

"Ck ya seperti Sandi dia sangat tampan bahkan ketampanannya bukan seperti pria tampan kebanyakan ceritalah dengan nenek ada masalah apa kau dengannya? Mungkin nenek tidak bisa membantu tapi setidaknya nenek bisa memberimu saran bagaimana harus menyikapi masalah dan kau tidak lari dari masalah seperti ini sayang"

Fania yang mendengar nasehat neneknya seketika menunduk tapi membenarkan ucapan sang nenek dia bahkan sampai meninggalkan Sandi begitu saja, Karna merasa menjadi orang ketiga diantara mereka dia berfikir kalau dirinya begitu jahat telah membuat hubungan Sandi dan Silsilia berakhir karnanya melihat sang cucu malah menunduk seperti merenung, Membuat sang nenek menjadi kasihan.

"Baiklah kalau kau tidak mau bercerita tidak apa apa nenek tidak akan memaksa biarlah kau tenangkan dulu dirimu disini nenek malah senang kau mau disini menemani nenek terima kasih"

Mendengar neneknya seketika tau dirinya masih enggan membicarakan masalahnya membuat Fania mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada nenek Laras.

"Maafkan aku nek aku hanya belum siap menceritakan masalahku bukan tidak mau menceritakannya apa aku boleh tinggal disini untuk waktu yang cukup lama nek?"

"Boleh sayang selama yang kau inginkan juga boleh kau kan cucu kesayangan nenek, Nenek senang kau disini apa lagi yang nenek harapkan selain hidup dimasa tua dengan cucu nenek yang manis ini"

Jawab nenek Laras dengan membelai pipi Fania dengan sayang tidak ada yang diharapkan sang nenek selain kebahagiaan cucu tersayangnya.

"Terima kasih nek Fania sayang nenek" Ungkap Fania menangis sambil memeluk neneknya yang dibalas pelukan hangat sang nenek sembari mengelus rambut Fania dengan sayang.

Pembicaraan itu terdengar oleh ayah Fania yaitu Bari dia berdiri mendengarkan didepan pintu kamar Fania yang terbuka sedikit tadinya dia ingin menanyakan masalah Fania tapi sudah didahului sang nenek dan mendengar jawaban Fania yang belum ingin menceritakan masalahnya sekarang membuatnya menurungkan niatnya untuk bertanya pada Fania.

"Putriku maafkan ayah, Ayah terlalu sibuk sampai tidak pernah mendengar keluh kesahmu, Semoga kebahagiaan segera menyertaimu nak ayah tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa mendoakanmu saja"

Gumam Bari dalam hatinya sendu melihat putri semata wayangnya didera kesedihan sejak meninggalnya Ruis dan berakhirnya pertunangannya dengan Sandi.

Takdir JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang