Menjadi Tunangan

18 4 0
                                    

*Keesokkan harinya

"Kak apa kau sudah siap? Maksudku siap berakting" Tanya Andra terkekeh

"Aku tidak perlu berakting pada kenyataannya aku memang sedang bahagia bisa bertunangan dengannya, Ya walau memang nantinya aku akan mengakhirinya juga"

"Kak tapi yang aku lihat sepertinya kau mencintainya kau yakin tidak ada rasa pada Fania"

"Emm aku tidak tau aku hanya menjalani saja soal perasaan tidak terlalu aku fikirkan"

"Ck jangan sampai kau terjebak dengan perasaan yang tidak menentumu itu"

"Diamlah! Kau cerewet sekali"

Dengan menepuk jidatnya lalu geleng geleng kepala Andra seketika menjadi heran pada Sandi bagaimana bisa sang kakak merasa bahagia dengan pertunangan palsunya.

Ditempat lain Fania telah siap dengan penampilannya yang cantik disertai riasan make up natural yang membuatnya makin terlihat manis.

"Wahhh kau sangat cantik kau benaran akan bertunangan hari ini? Aku senang semoga kau bahagia ya" Ucap Tari tersenyum senang

"Tidak pernah terbayangkan padahal aku baru saja menjalin hubungan dan belum lama juga"

"Ya bisa jadi jodohmu lebih cepat datang ya nggak temen temen."

Jawab Tari diikuti anggukan Naeli dan juga Lusi setelah menunggu beberapa jam keluarga Sandipun datang dengan dihadiri pihak keluarga saja, Acara pertunanganpun berlangsung disaksikan oleh keluarga Fania termasuk ayahnya dan ketiga temannya, Heris dan juga pak Lana selaku bos Fania mereka berduapun akhirnya bertunangan setelah selesai Fania dan Sandipun duduk diteras rumah Fania hanya berdua.

"Terima kasih sudah mau menerima lamaranku" Ucap Sandi tersenyum memandang Fania

"Iya terimakasih juga untukmu yang telah memilihku" Jawab Fania tersenyum

"Fania aku senang kau bisa tersenyum bahagia sekarang, Aku rasa tugasku akan segera selesai dan aku rasa kau juga sudah bisa mengikhlaskan kepergian Ruis aku bisa melihat jelas rona bahagia dimatamu kau bahkan bisa tersenyum bahagia saat bersamaku, Akupun sudah meyakini bahwa kau telah mencintaiku tapi sayangnya cepat atau lambat aku akan segera memutuskan hubungan ini"

Gumam Sandi dalam hati sendu masih dalam posisinya yang tersenyum seakan memperlihatkan bahwa dia juga merasa bahagia padahal sebenarnya memang dia merasa bahagia, Dorongan egonya saja yang membuatnya ingin segera meninggalkannya.

"Hey kenapa kau melamun?" Sela Fania membuat Sandi tersadar

"Hah eh em tidak untuk apa aku melamun kalaupun aku melamun? itu pasti memikirkanmu"

"Alah sok puitis nggak pantas tau"

"Sayang aku serius"

"iya terserah kau saja"

"Kenapa jawabanmu begitu! aku tidak enak mendengarnya"

"Terus aku harus menjawab apa? Kenapa jadi kebawa perasaan begitu?"

"Ya karna aku sayang padamu"

"Iya aku tau terus?"

"Ya ya bagaimana yah susah juga ya berbicara denganmu"

Mendengar kata kata yang Sandi ucapkan seketika membuat Fania terdiam kata kata itu mengingatkannya pada Ruis saat dia jatuh dari motor.

"Nah lo? Kenapa sekarang gantian kau yang melamun hey Fania"

Melihat tidak ada pergerakan dari Fania membuat Sandi mencubit pipi Fania pelan.

"Aduhh!! kenapa mencubitku" Keluh Fania seraya memegang pipinya yang telah dicubit Sandi karna merasa gemas.

"Sayang kau melamun, Kau melamun memikirkan siapa? Memikirkanku tidak?"

"Tidak!!"

Jawaban reflek dari Fania membuat Sandi sebal diapun lebih memilih diam dengan cemberut tanpa dihiraukan oleh Fania. Faniapun kembali teringat akan Ruis. Tapi fikiran itupun segera dihilangkan karna Fania sadar telah menjadi tunangan Sandi Fania tidak ingin menyakitinya.

*Dua bulan berlalu

Seiring berjalannya waktu hubungan mereka semakin erat entah mengapa Sandi juga sangat menikmati hubungan pertunangannya dia bahkan sampai melupakan tujuan awal mendekati Fania. Fania benar benar mengalihkan dunianya perlakuan perlakuan kecil tapi menyentuh yang Fania lakukan terhadap Sandi membuatnya merasa sangat dicintai dari situlah Sandi mulai merasakan kenyaman, Kenyamanan yang akan membuatnya terus selalu ingin bersama Fania.

"Sayang hari ini kita keluar yuk mumpung malam minggu" Ucap Sandi diseberang telfon

"Boleh apa kau mau mengajakku kencan?"

"Iyah tepat sekali, Karna sekarang aku merindukanmu sayang kau merindukanku tidak?"

"Tidak untuk apa aku merindukanmu kau setiap hari datang untuk mengangguku walaupun aku tidak mengundangmu sekalipun"

"Kenapa kau berbicara seperti itu apa kau tidak mencintaiku? Aku datang karna wajahmu tidak membosankan untuk kupandangi Fania"

"Memangnya ada apa diwajahku sampai kau tidak bosan melihat wajahku?"

"Wajah manis yang tidak pernah aku lihat dari gadis gadis lain"

"Oh begitu, em sudah dulu ya aku sedang bekerja tidak enak sambil menelfon"

"Baiklah sayang jangan lupa nanti malam yah kita dinner"

"Iyah Yaraku"

Faniapun akhirnya menutup sambungan telfonnya dengan Sandi dan melanjutkan pekerjaannya, Sandipun juga ikut melanjutkan pekerjaannya mengelola konveksi baju milik keluarganya.

*Malam haripun tiba

"Kau mau berkencan sayang?" Tanya ibu Uti pada Fania

"Iya ibu dia itu kenapa? Setiap hari mengangguku bu terkadang dia hanya lewat toko tempat kerjaku modus ingin membeli baju kadang sengaja datang membawa makanan kan gila bu." Sebal Fania

Mendengar keluhan sang anak membuat Ibu Uti seketika terkekeh dia senang dan merasa bersyukur Sandi sangat mencintainya sampai tidak pernah bosan setiap hari ingin menemuinya.

"Nak itu karna dia mencintaimu dan memang dia tidak pernah bosan melihat wajahmu yang manis itu"

"Bukan begitu bu dianya saja yang overdosis kali bu melewati satu hari saja tidak menemuiku apa dia akan pingsan?"

"Husssttt kau ini bicara apa jangan bicara yang tidak tidak nak"

"Abis aku sebal bu meladeni tingkahnya"

"Tidak apa apa mungkin dia sudah merasa nyaman didekatmu sampai harus menemuimu setiap hari"

Faniapun hanya geleng geleng kepala mendengar jawaban sang ibu tapi membenarkannya juga mungkin ibunya benar Sandi sudah merasa nyaman didekatnya membuatnya bahagia bisa bertemu Sandi yang juga sama mencintainya.

Ditempat lain Sandipun sudah rapih dengan penampilannya diapun berulang ulang menyisir rambutnya dengan bercermin apakah sudah rapih dan sudahkah terlihat tampan.

"Sebenarnya aku ini kenapa? Tidak biasanya bertemu Fania seribet ini rambutku sampai harus kusisir berulang ulang."

Gumam Sandi berbicara sendiri. Setelah selesai menyisir rambutnya Sandipun segera keluar rumah untuk menjemput Fania ketika sudah berada didepan pintu diapun membukanya lalu seketika dia terkejut melihat seseorang yang berada didepannya setelah membuka pintu.

"Silsilia." Panggil Sandi menyebut nama seseorang yang sekarang berada didepannya.





Takdir JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang