Dilema Sandi dan Hancurnya Fania

42 7 0
                                    

"Apakah keputusanku benar? Tapi kenapa aku ingin menangis bukankah aku yang mengakhirinya sendiri dan kenapa aku begitu sakit setelah mengakhiri pertunangan ini aku sudah kembali bersama Silsilia seharusnya aku merasa bahagia sekarang, Ada apa denganku?"

Gumam Sandi dalam hatinya sembari memukul setir mobilnya dengan matanya yang mulai berkaca kaca.

"Kenapa aku harus bertemu dengannya bila dia hadir hanya untuk menyakitiku takdir macam apa yang ada dalam kehidupanku, Aku sudah kehilangan seseorang yang aku cintai dan sekarang aku sampai harus didustai oleh kenyataan pahit dengan segala luka ini apakah aku sanggup membuka hati kembali kesalahan apa yang telah aku lakukan sampai aku harus menerima semua ini dan ini benar benar menyakitkan."

Gumam Fania dalam hatinya berjalan lemas sambil menangis menghapus airmatanya sendiri kembali pulang kerumah.

Ditempat lain masih berada ditaman, Silsilia tengah menunggu Sandi yang pergi menemui Fania untuk memutuskan hubungannya dan tak berapa lama Sandipun datang, Melihat Sandi kembali menemuinya Silsilia langsung mencecar pertanyaan yang menganggu fikirannya.

"Sayang kau lama sekali, kau benar benar memutuskannya tidak!". Tanya Silsilia.

"Iya aku sudah memutuskannya demi kamu sayang, sekarang kau senang?".

"Kau sedang tidak membohongikukan kau benar benar telah memutuskannya."

Tanya Silsilia dengan mata memincing ingin mendapat jawaban pasti dan serius dari Sandi.

"Iya untuk apa aku berbohong aku sudah tidak ada hubungan dengannya lagi"

"Terima kasih telah menuruti kemauanku maaf aku telah meninggalkanmu begitu lama sampai akhirnya kau bersama dengan perempuan lain, Apa kau bosan menungguku?"

Mendapati pertanyaan yang seakan menyudutkannya, Sandipun mengkambing hitamkan orang tuanya karna ingin menutupi kesalahannya yang memang bosan harus menunggu Silsilia.

"Kau kan tau orang tuaku ingin aku cepat menikah aku hanya bermain main saja dengannya malah aku dipaksa untuk melamarnya ya jadi begitulah"

"Jadi sekarang kita bahas tanggal pernikahan kita yah aku ingin segera menjadi istrimu satu tahun kita menjalin hubungan ditambah denganku yang bekerja selama hampir satu tahun berarti kita hampir dua tahun menjalani hubungan ini kita tidak perlu mengulur waktu lagi."

"Sayang aku baru saja mengakhiri pertunanganku kita bahas nanti yah apa kata kedua orangtuaku bertunangannya dengan Fania menikahnya denganmu, Aku harus menjawab apa?"

"Ya kau bilang saja aku kekasihmu yang sebenarnya bukan Fania, Apa susahnya?"

"Sayang tidak semudah itu kau juga baru sampai nanti kita bicarakan lagi yah jangan memikirkan itu dulu yang pentingkan aku sudah kembali bersamamu"

"Baiklah aku menurut padamu saja."

Jawab Silsilia memeluk Sandi. Mendengar Silsilia tidak lagi membahas perihal pernikahan membuat Sandi sedikit lebih lega karna dalam fikirannya sekarang hanya tertuju pada Fania. Dia bahkan harus mengalihkan pembicaraan rencana pernikahannya karna dia belum bisa memastikan perasaannya terhadap Fania seakan dilema dengan perasaannya yang tidak menentu, Dia akan berfikir ulang dan mempertimbangkan semuanya saat inipun dia juga merasa tidak nyaman berada didekat Silsilia.

Dikamar Fania, Fania tengah menangis dalam kesendiriannya terduduk diranjang memangku kedua kakinya sampai akhirnya ketukan pintu seketika membuatnya menoleh karena sedang merasakan patah hati Faniapun enggan beranjak hanya untuk membuka pintu, Sampai akhirnya pintu dibuka dari luar menampilkan sosok sang ibu karna pintu memang tidak dikunci.

"Fania kau belum pergi? loh dan kenapa kau menangis nak." Tanya Ibu Uti yang tidak sengaja malah melihat mata Fania sembab.

Melihat Fania tengah menangis sang ibupun menghampirinya lalu memegang kedua pipinya menghapus airmatanya untuk kesekian kalinya sang Ibu melihat putrinya menangis membuatnya merasa cemas.

"Sayang ada apa? apa yang membuatmu menangis kau bisa cerita dengan ibu, Apa ada masalah nak?"

"Tidak ada apa apa ibu aku hanya merindukan ayah apa aku boleh kesana bu? Aku juga merindukan nenek aku ingin berlibur kesana"

"Apa benar? Tidak ada masalah? Kau menangis hanya karna merindukan ayah dan juga nenek padahal kau baru menemui ayahmu dua bulan yang lalu pada saat pertunanganmu apa kau tidak sedang membohongi Ibu nak?"

"Tidak bu aku memang merindukan ayah dan juga nenek mungkin satu minggu lagi aku akan segera kesana kemarin ditoko sedang ada banyak barang masuk aku ingin menyelesaikannya dulu bu bersama teman temanku"

"Baiklah ibu izinkan nanti Temmy yang akan mengantarkanmu yah"

"Iya bu terima kasih, Ya sudah bu aku mau istirahat"

"Em tunggu sebentar bukankah tadi kau bilang akan berkencan kenapa tidak pergi pergi, Sandi belum terlihat datang"

"Oh tidak jadi bu, Kebetulan tadi katanya Sandi ada urusan ya sudah lain kali saja berkencannya."

Ibu Utipun mengangguk tanda mengerti lalu membiarkan Fania untuk beristirahat begitu ibu Uti keluar dari kamar.

"Ibu tau kau sedang berbohong nak tapi kau mencoba menutupinya ibu hanya bisa berdoa jika memang kau sedang berada dalam masalah semoga masalahmu cepat terselesaikan."

Gumam ibu Uti didepan kamar Fania seraya menghela nafas pendek melihat sang anak menangis membuatnya tidak tega teringat dengan histerisnya Fania saat kehilangan Ruis.

Setelah berbohong kepada ibundanya Fania kembali menangis dia tidak sanggup jika harus menceritakan masalah pertunangannya yang telah berakhir. Dia tidak ingin melihat sang ibu sedih karna melihatnya menangis kembali dia akan merahasiakan dulu pertunangannya yang telah berakhir.

"Maafkan aku ibu, Aku telah membohongimu aku akan menceritakan semuanya diwaktu yang tepat saat ini biarlah seperti ini dulu."

Gumam Fania dalam hatinya entah apa yang akan diperbuatnya nanti saat ini dia hanya merasakan hatinya yang benar benar hancur. Sandi dengan begitu teganya mempermainkan dirinya yang telah mencintainya.

"Bagaimana dengan rasa cinta ini? Cinta yang benar benar menyakitiku aku sudah merasakan rasanya kehilangan dan sekarang aku harus merasakan rasanya ditinggalkan, Ruis kenapa kau harus meninggalkanku jika pada akhirnya aku harus merasakan ini mendapati cinta palsu dari seorang pria yang telah aku cintai, Mengapa aku begitu bodoh tidak bisa melihat ketulusan darinya."

Gumam Fania dalam hati merutuki dirinya sendiri lalu membaringkan tubuhnya diranjang terisak menangis tiada henti menangisi dirinya sendiri karna salah mencintai seorang pria, Fania terus menangis sepanjang malam sampai akhirnya dia lelah menangis dan tertidur dengan sendirinya.

Takdir JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang