Bertemu Heris Setiawan

22 6 0
                                    

Ketika sedang mengingat kenangan bersama Ruis seseorangpun memanggil Fania yang membuatnya menoleh dan ternyata Heris, Heris adalah teman dekat Ruis.

"Fania!!"

Dengan melambaikan tangannya Herispun berjalan mendekati Fania yang duduk dipinggir lapangan dengan gayanya yang tengil Herispun ikut duduk disampingnya yang membuat Fania tersenyum, karna Heris adalah sosok orang yang sangat suka sekali meledek dan bercanda.

"Hey kau sedang apa disini? Sendirian lagi" Tanyanya

"Seperti yang kau lihat" Jawabnya

Melihat Fania yang tampak murung dan tidak bersemangat Herispun mengetahui apa yang tengah dirasakan Fania sekarang dengan hati hati Herispun mulai bertanya yang menyinggung perihal meninggalnya Ruis.

"Kau masih memikirkannya?"

"Hm kau tau? Waktu yang hampir lima tahun bukanlah waktu yang singkat"

Herispun mengangguk membenarkan apa yang Fania katakan untuk mencoba menerimanya pasti membutuhkan waktu. Herispun mencoba mengerti apa yang Fania rasakan kemudian mereka berdua memandang luasnya lapangan bola itu sampai akhirnya Heris mulai bercerita tentang apa yang dia tau dari Ruis.

"Hm apa kau tau? Aku sempat menjengguknya waktu dia dirumah sakit, pada saat itu dia mengatakan padaku tentang penyakitnya dia berkata bahwa tidak menyadari gejala penyakitnya, dia baru tau setelah dibawa ke rumah sakit dan itupun sudah parah sampai harus dioperasi" Ungkap Heris

"Dia juga tidak memberitahukan apapun padaku aku hanya tau dia divonis penyakit kelenjar getah bening juga dari Dokter, Aku bahkan tidak menyangka dalam keterdiamannya dia menyimpan penyakit seperti itu benar benar tidak bisa ku bayangkan."

Ungkap Fania yang merasa tidak percaya dia selalu bersama Ruis tapi dia tidak pernah menyadari ataupun sekedar bertanya padanya tentang kesehatannya, Dia hanya senang Ruis selalu membuatnya nyaman Faniapun berfikir kalau dia begitu egois.

"Kau kan tau dia sangat pendiam dan irit berbicara tersenyum dan tertawa juga kalau sedang kelihatan saja, ck kadang aku juga heran berbicara tidak perlu bayar tapi irit sekali berbicara" Ungkap Heris sebal

Karna Ruis sosok orang pendiam dingin dan jarang sekali berbicara banyak, jika ditanya jawabnya hanya sesingkat singkat mungkin.

"Tapi kalau denganku dia bisa banyak bicara tersenyum bahkan tertawa karna senang menggodaku." Ungkap Fania tersenyum kembali mengingat tingkah tingkah Ruis yang menurutnya menyebalkan tapi bahagia bila didekatnya.

"Itu karna kau berarti baginya Fania tidak semua orang bisa menunjukkan secara terang terangan kepribadiannya kalau dia tidak merasa nyaman, kau tau? waktu itu dia menceritakanmu padaku dari A sampai Z, Sampai aku bosan mendengarnya dia bahkan terlihat berbeda dari biasanya dan ternyata dia pergi begitu cepat setelah gagalnya operasi." Sambung Heris pada Fania yang tadinya tersenyum beralih sendu.

"Iyah waktu itu aku juga syok menerima kenyataan ini, tapi bagaimana aku hanya bisa menerima takdir ini takdir yang benar benar memisahkanku dalam waktu yang hampir lima tahun."

Dengan perasaannya yang mulai sesak kembali Faniapun menunduk meneteskan air matanya. Terisak masih belum bisa mengendalikan perasaannya yang belum bisa menerima kepergian Ruis, Heris yang melihatpun seketika ikut merasa iba lalu menawarkan pundaknya pada Fania.

"Fania aku bisa pinjamkan pundakku ini untukmu bersandar jika kau mau?" Tawarnya

Fania segera mengangkat wajahnya lalu menoleh pada Heris masih dengan air matanya yang berlinang, kemudian menyandarkan kepalanya dipundak Heris. Faniapun memejamkan matanya dan menghela nafas untuk menetralkan perasaannya terdiam sebentar untuk beberapa menit Herispun membiarkannya memberi waktu Fania untuk menenangkan diri.

"Kau sudah merasa sedikit lebih baik sekarang?" Tanya Heris pada Fania setelah lima menit membiarkannya menyandarkan kepalanya dipundak Heris, mendengar pertanyaan Heris seketika membuat Fania membuka matanya lalu mengangkat kepalanya dari pundak Heris.

"Sudah terima kasih sudah meminjamkan pundakmu untukku" Jawabnya

"Tidak masalah apa kau menginginkan yang lebih nyaman Fania?"

Fania yang mendengar itu seketika menoleh mengerutkan alis tapi juga penasaran, Apa yang lebih nyaman maksudnya diapun bertanya.

"Apa itu??"

"Ya seperti pelukan hangat dariku atau menjadi kekasihku misalnya?" Jawab Heris terkekeh Faniapun ikut terkekeh setelah menangis.

Heris sengaja mengajaknya bercanda untuk membuat Fania mengalihkan fikirannya dari Ruis, karna sudah merasa lebih baik Faniapun balas mengikuti candaan yang Heris lakukan.

"Aku tidak mau menjadi kekasihmu karna kau jelek!"

"Apah kau bilang aku jelek! Aku bisa berubah menjadi tampan kalau kau mau kau bisa menjadi kekasihku untuk nomer kesekian"

"Apah maksudmu nomer kesekian maksudmu kau sudah mempunyai kekasih?"

Herispun menganggukan kepalanya lalu merogoh ponsel disaku celananya dan memperlihatkan foto kekasihnya pada Fania.

"Wah kau sekarang tidak jones yah, kekasihmu juga cantik pakai pelet apa? Sampai dia mau denganmu?"

"Pakai pelet cinta 99% ampuh tembakannya jitu tepat sasaran, aku bisa menembakkannya padamu apa kau mau mencoba?" Jawab Heris dengan menekuk jarinya seperti pistol lalu mengarahkannya pada Fania.

"Ck aku tidak mau menjadi kekasihmu untuk nomer sekian" Jawab Fania menepis todongan pistol model jari milik Heris.

"Oh kau mau menjadi satu satunya kekasihku? baiklah berikan dulu aku, Emm apa yang kau punya?"

"Emmm sekarang hanya ada sisa cinta dari Ruis bagaimana?"

"Ck aku tidak mau sisa, Kalau begitu kau menjadi istriku sekalian saja bagaimana?"

Dengan gayanya yang tengil Herispun mengedipkan satu matanya centil pada Fania, yang membuatnya tertawa sembari memegangi perutnya, Heris selalu saja bisa mengubah suasana menjadi lebih ramai karna candaan dan ledekannya.

"Aku tidak mau!! garis keturunanku bisa jelek sepertimu"

"Tajam sekali perkataanmu menusuk hatiku, Aku tidak jelek yah!!" Ungkap Heris sebal

"Ya menurutku kau jelek aku tidak mau!!"

"Baiklah terserah kau saja tapi kalau dilihat lihat kau manis juga ya Fania, Emm bolehlah aku mendaftar menjadi kekasihmu tidak usah kau beritahu ke publik" Ucap Heris menaik turunkan alisnya menggoda.

"Hah kau baru tau aku manis kemana saja dan ck! tidak diberitahu publikpun aku juga tidak mau menjadi kekasihmu tau!"

"Kau menyebalkan sekali yah."

Fania terus tertawa karna Heris semakin gencar meledeknya, sampai sore hari tiba mereka akhirnya pulang bersama dengan menaiki motor masing masing pergi dari lapangan bola itu.

Takdir JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang