Saat mengejar Sinta, tidak sengaja Rinjani berpapasan dengan seorang pria. Dia adalah Barron, first client dalam bisnis cupid lonestly nya.
"Rinjani,"
"Barron."
"Kamu apa kabar?"
"Baik."
Barron melihat penampilan Rinjani dari atas hingga bawah. Ada senyum manis menempel disana, seperti rasa kagum pada gadis berusia dua puluh tahunan itu.
"Barron," suara Sinta menggelegar dari arah belakang.
Seperti biasa mereka berdua berpelukan lalu melakukan cipika-cipiki.
"Hmm sudah lama aku tidak melihatmu di club. Sudah tobat huh?"
Barron hanya memamerkan senyum tipis, "Aku sibuk. Oh ya nanti malam free ngga?"
Sinta dan Rinjani saling melempar tatapan kemudian mengangguk, "Kenapa? Mau ngajak party?"
"Yups." Barron mengeluarkan dua access card berwarna gold untuk kedua temannya itu.
"Untuk kalian berdua. Aku mengadakan party di club biasa."
Sinta dan Rinjani membolak-balik kartu akses tersebut. "Birthday party? Wah seru kayanya."
Mengingat Barron bukan teman Rinjani sehingga gadis itu hanya diam.
"Oke, aku dan Rinjani bakal datang. Iya kan Jan."
Rinjani hanya memamerkan senyum tipis, ia ingin menolak tetapi Sinta sudah lebih dulu bersuara.
Barron mendekatkan diri berbisik ditelinga Sinta, "Jangan lupa dandan yang sexy."
"Tentunya."
Rinjani mengalihkan pandangan ketika mereka berdua sedekat itu.
"Aku berharap kamu juga datang."
Sinta melempar tatapan saat Barron melirik Rinjani. Dari tatapan itu terlihat ada sesuatu yang disembunyikan Barron.
"See you tonight."
Barron pergi sambil melambaikan tangan, sedang Sinta merangkul pundak Rinjani.
"Gimana, kamu datang kan?""Oke."
Sejujurnya Rinjani malas datang ketika Barron dengan berani menatapnya seperti itu, tetapi jika tidak datang akan sangat membosankan melewati makan malam bersama saudara angkatnya. Baiklah anggap saja kedatangan Rinjani hanya membuang kebosanan. Sudah lama juga Rinjani tidak berjingkrak diatas lantai dansa.
***
Dua jam sudah belajar di dalam kelas dengan materi yang membosankan. Ditambah dosen killer yang membuat mood semakin rusak. Untung saja jam sudah berlalu, para mahasiswa keluar kelas tak terkecuali dua sahabat brengsek, Rinjani dan Sinta.
Rencananya mereka berdua akan pergi berbelanja namun karena Rinjani memiliki acara dengan keluarga barunya ia terpaksa menolak ajakan Sinta.
"Serius kamu tidak mau ku traktir?"
"Lain kali aja. Aku pergi dulu."
Raut kecewa terlihat dari wajah Sinta melihat Rinjani berlari kecil keluar kelas. Ia menghela nafas berat sebelum akhirnya ikut keluar.
Dalam perjalanan menuju sekolah Jasmine, Rinjani terus menatap layar ponsel sebagai petunjuk arah. Untung saja sekolah mereka satu arah sehingga tidak membuat Rinjani kesulitan harus putar balik.
Huft.... Tiba-tiba Rinjani merasakan sesuatu tidak beres saat mengemudi. Tidak biasanya mobilnya seperti ini, terpaksa Rinjani menepi untuk mengecek kondisi mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Teen FictionMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...