Sampainya di kamar hotel, Javas langsung menindih tubuh Rinjani yang setengah naked. Ia mengulum bibir merah jambu itu dengan kasar tak memberinya jeda untuk mengambil oksigen.
Eummpptttttt Rinjani memprotes, kadar oksigen dalam ruangan seolah habis dihirup oleh mereka. Saat ini Rinjani membutuhkan pasokan udara sebanyak-banyaknya.
"Alkohol! Aku butuh minuman sialan itu." Rancauan tidak jelas namun masih terdengar samar ditelinga Javas.
Ia melepas ciuman melepas kaos beserta celana oblong.
"Javas, milik mu."
Sungguh Rinjani benar-benar naked melihat Javas setengah telanjang. Pahatan otot dalam perut ratanya membetuk enam bagian, serta pahatan sempurna pada garis dada bidang itu membuat siapa saja ingin menautkan kepalanya disana.
Dalam keadaan mabuk, Rinjani masih bisa melihat dengan jelas bagaimana sempurnanya tubuh seorang Javas itu. Bahkan terlalu lama memandang ciptaan yang mendekati sempurna membuat Rinjani kesusahan menelan saliva.
Javas benar-benar telah menghipnotisnya!
Tunggu! Ada sesuatu yang kurang. Kedua alis Javas terangkat melihat kearah gadis yang tidur melumah itu. Javas memerlukan toys sex untuk kembali membangkitkan gairah dan sialnya ia tidak membawa apa pun. Hanya ada jaket kulit, kaos, celana jeans, tas milik Rinjani juga dress yang masih di kenakan.
Javas tidak menemukan benda untuk mengikat kedua tangan lawannya. Namun ada benda yang membuatnya tersenyum. Bra yang masih melekat ditubuh bisa dijadikan tali.
Ya otak Javas memang terlampau mesum sehingga apa pun bisa dijadikan alternatif.
Javas kembali keatas ranjang duduk diantara paha untuk menarik tubuh yang masih terlentang.
"Kau mau apa!" Erang Rinjani mengalihkan tangan Javas dari pundaknya.
Javas masih diam, ia meloloskan dress tanpa lengan itu hingga tersisa bra juga g-string. Tangan cekatannya mampu meloloskan bra hanya dengan satu tarikan. Sungguh ahli bukan?
"Good idea." Smirk terpancar dari wajah tampan bermata biru.
Javas tidak membiarkan Rinjani kembali tidur, ia langsung mengikat kedua tangan itu dengan erat.
"Ahh! Kenapa kau mengikat ku!"
Lagi-lagi Javas tidak menjawab, ia kembali menidurkan tubuh Rinjani seraya mencium ganas bibirnya.
Eummpptttttt
Erangan lolos bersama dengan gigitan kecil pada bibir bagian bawah. Mereka sibuk melumat satu sama lain bertukar saliva bahkan saling menggigit.
Javas membawa kedua tangan terikat keatas kepala untuk memudahkan bibirnya bergerilya di bagian titik sensitif wanita. Tengkuk leher, telinga juga payudara semua menjadi tempat favorite bagi Javas.
"Aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Lirih Javas mencium pipi lalu turun ke leher.
"Disini, ini tempat dimana aku meninggalkan jejak kepemilikan." beralih lagi ke telinga, "Ini titik sensitif yang paling ku senangi." dan turun lagi ke payudara. "Di tempat ini biasanya tangan ku bermain." Lalu turun kebawah lagi yaitu diantara dua paha. "Dan disini. Ini surga dunia dimana aku dan kamu menjadi kita."
"Ahhh Javas! Geli!" Rinjani menggelinjang saat Javas membenamkan lidahnya pada titik sensitif wanita.
Seolah candu yang memabukkan, Javas benar-benar membuat Rinjani lupa akan daratan. Itu benar-benar nikmat! Rinjani tidak bisa tidak mendesah.
"Javas stop it!"
Javas tidak peduli rancauan kenikmatan, ia tetap meneruskan permainan lidahnya. Sesekali satu jari menerobos masuk mengobrak-abrik milik Rinjani yang sudah basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Fiksi RemajaMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...