Sinta tengah asik menikmati wine juga musik disk joki yang memekikkan telinga. Sesekali ia menghentakkan kaki juga tubuh
seirama dengan musik."Sepertinya lama tidak ke club membuatmu banyak mengalami perubahan." Sindir Sinta terang-terangan setelah Rinjani mendudukan bokong pada sofa.
Entahlah! Mungkin karena terlalu lama berdiam diri di rumah atau karena ada Javas disana. Rinjani menengadahkan kepala memijat keningnya yang mulai merasakan pusing.
Barron datang ke meja mereka, terlihat senyum tipis terpancar dari raut wajah blasteran.
"Jani, kamu kenapa?"
Rinjani merubah posisi menjadi duduk tegap, "Nothing. Ngomong-ngomong selamat bertambah usia."
Hanya senyum tipis yang mewakili, Barron bingung harus bersikap apa saat berdekatan dengan Rinjani. Sensor diotaknya mendadak blank padahal tadi ia sudah menyiapkan rangkaian kata.
"Oh iya, untuk keseruan malam ini aku sudah menyiapkan beberapa permainan. Dan kalian harus ikut."
"Permainan? Ck! Aku tahu akal bulus mu Barron." Sinta menimpali melihat mimik wajah jail itu.
"Permainannya mudah, nanti kalian akan tahu. Yuks gabung ke meja kami."
Rinjani melempar tatapan pada meja VVIP disebrang sana dimana ada Javas dan teman-temannya.
"Aku-----" belum cukup Rinjani bersuara, Sinta sudah lebih dulu menarik lengan.
"Tidak ada alasan. Let's the party."
"Aishh!" Desahan kekesalan dari bibir ranum merah jambu itu. Sebenarnya Rinjani malas harus satu meja dengan Javas.
Barron, Sinta dan Rinjani menuju meja VVIP. "Gaes, seperti yang ku katakan tadi kita akan melakukan permainan truth or dare. Siapkan diri kalian di tempat masing-masing."
"Aku suka ide mu brother." Sahut Antonio dengan smirknya.
Pengaturan posisi duduk team pria berjejer sedang team wanita berada di sebrang hanya terpisah meja. Sialnya Rinjani kebagian duduk berhadapan dengan Javas sedang Sinta dengan Antonio. Entah karma apa yang mereka buat sehingga harus dengan posisi seperti ini.
"Permainannya mudah, saat botol ini mengarah pada kalian, kalian wajib memilih antara menjawab jujur atau menerima tantangan. Dan tantangannya adalah mencium orang yang ada di depannya." Barron menjelaskan detail permainan.
Tentu saja semua yang mengikuti permainan ini langsung menatap orang yang ada di depannya.
"What the fuck! Aku tidak setuju." Sinta bersuara karena dia harus kebagian duduk didepan Antonio.
"Keputusan sudah final Sin. Oke kita mulai permainannya."
Barron akan mendudukan bokong yang berhadapan dengan Rinjani tetapi Javas kekeuh tidak mau menyingkir sehingga adu tatapan harus terjadi.
"Hei bro! Masih ada kursi lain. Cepat permainan akan dimulai." Seru Antonio yang sudah tidak sabar ingin mengerjai Sinta.
Akhirnya Barron mengalah, dia duduk paling pinggir berhadapan dengan salah satu teman wanitanya.
Permainan pin dimulai, Barron memutar botol hingga semua mata terfokus ke meja. Botol mengarah ke Antonio, seolah dewi fortuna sedang memihaknya.
"Truth." Ucap Antonio dengan lantang.
"Siapa yang ingin kau tunjuk." Ucap salah satu joki yang ditunjuk Barron sebagai wasit.
"Sinta." Smirk mematikan dari wajah Antonio ketika mendapat giliran. "Siapa diantara kami yang ingin kau ajak tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Teen FictionMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...