"Javas, kamu antar adik-adik mu pulang." Ucap Jeremy
Javas melirik arloji, sebenarnya siang ini dia ada agenda ke kantor client untuk mencari bukti-bukti ketidakterlibatan clientnya dalam jaringan ekspor impor ilegal. Tetapi jika Javas menolak urusannya akan semakin panjang melihat ada Barron di sana.
"Om sepertinya Javas sangat sibuk hari ini, Rinjani biar aku yang antar."
"Of course terserah Rinjani dan Jasmine mau diantar siapa."
"Kita pulang sekarang." Javas menarik tangan Rinjani pergi dari sana membiarkan tatapan dari yang lain penuh keheranan.
Armand mendekat menuntun Jasmine menyusul Javas.
Sekarang tinggallah Barron, Rahadi juga Jeremy di meja makan. Jeremy melihat kegusaran Rahadi yang sejak tadi terus menatap layar ponsel.
"Sepertinya papa kamu juga sangat sibuk hari ini," sindir Jeremy.
Dan itu membuat Rahadi menyimpan kembali ponsel, meneguk air mineral yang ada didepannya.
"Bukan apa-apa, biasalah ada masalah di kantor. Oh iya kita bahas ulang tahun firma kamu. Siapa saja yang akan di undang?"
"Banyak, kalau aku sebutkan satu persatu tidak akan habis hari ini." Jeremy terkekeh.
Pelayan datang membawa nampan berisi wine yang baru di pesan Armand. Sengaja mereka memesannya di akhir karena tidak mau minum-minuman di depan anak kecil.
"Jer, apa Javas dan Rinjani benar-benar berpacaran?"
Jeremy mencecap wine yang memang sudah di tuang kedalam gelas oleh pelayan tadi. "Tidak. Mereka hanya berhubungan layaknya kakak dan adik. Kenapa?"
"Aku melihat Javas memiliki ketertarikan pada adik angkatnya. Apa kau tidak bisa merasakan bagaimana perlakuan dia tadi?"
Uhuk... Barron berdehem mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Karena ia merasa arah pembicaraan mereka tidak memiliki arti.
"Pelan-pelan Barron." Rahadi menyodorkan air mineral.
"Pah aku akan kembali ke kantor."
"Oke."
Setelah Barron pergi, Jeremy kembali dengan topik yang tadi terjeda. "Sepertinya Barron juga menyukai putri angkat ku."
Rahadi hanya memamerkan senyum tipis, dia tahu bagaimana tipe wanita yang diinginkan putranya. Jadi menurutnya Rinjani tidak masuk kriteria.
Tak lama ponsel milik Rahadi berdering nama Sinta muncul dilayar.
"Jer aku angkat telfon dulu."
Jeremy menghela nafas melihat punggung Rahadi hilang dari pandangan. Sekilas Jeremy mendengar Rahadi memanggil sayang diawal percakapan. Ia tahu betul bagaimana Rahadi memperlakukan istrinya, mereka tidak pernah memanggil dengan sebutan romantis setiap kali berbicara lewat telfon.
Tapi karena Jeremy tidak mau mencampuri urusan orang lain, dia memilih membiarkan.
***
POV Javas
Setelah mengantar Jasmine dan Rinjani pulang, Javas tidak kembali ke kantor melainkan ke sebuah restauran jepang atas persetujuan clientnya. Dia meminta bertemu disana karena dirasa tempat paling aman juga suasana yang menenangkan.
"Reservasi atas nama tuan Bram."
Javas dibawa ke ruang VIP yang terletak di belakang restauran. Disana tempatnya sangat adem juga nyaman karena terdapat air terjun buatan. Ruangan yang didesain tertutup sehingga tidak ada orang lain yang menganggu mereka makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Teen FictionMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...