28...... 21+

31.6K 211 7
                                    

Tanpa melepas penyatuan, Javas menggendong tubuh ramping itu masuk kedalam rumah. Beruntung rumah dalam keadaan sepi sehingga mereka bebas melakukan apa saja. Jangan lupakan satu hal jika Javas sudah mengotak-atik kamera cctv agar aktifitasnya tidak terekam.

Sungguh semua sudah di rancang dengan matang, bastard memang Javas ini. Tapi begitulah jika ia menginginkan sesuatu semua harus tertata dengan rapi.

"Ahhh Javas," jeritan kecil dari bibir mungil ketika Javas mendudukan tubuh telanjang Rinjani diatas pantry.

"Javas, ini gila! Aku tidak yakin."

Tangan Javas menautkan diatas bibir agar tidak ada lagi protes. "Sttttt tenanglah, semua aman." Ia pun membuka perlahan paha yang sudah tertutup.

"Ta---tapi,"

"Tidak ada tapi-tapian. Akan ku pastikan semua aman."

Cup... satu ciuman mendarat demi membungkam mulut yang terus menerus mengeluarkan protes. Javas menciumi bibir Rinjani secara pelan tidak ingin menyakiti benda yang menjadi candunya.

"Buka bibir mu sayang."

Awalnya Rinjani masih sungkan namun lama kelamaan ketagihan. Bibir Javas yang tebal dan sexy tentu membuat siapa saja ingin mencicipinya. Apalagi ciuman mesra yang dia berikan, sungguh siapa pun akan lupa dimana mereka berada.

Tangannya tetap tenang memegang tengkuk leher memperdalam ciuman. Sesekali Rinjani menggigit kecil bibir milik Javas karena dirasa nikmat dan menggemaskan.

"Aaaahhhh!" Javas tidak melepas pagutan meski bibirnya mendapat gigitan ia malah semakin memperdalam ciumannya.

"Lanjut?"

Rinjani mengangguk, ciuman pun terlepas kini bibir sexy itu sudah berada di leher mencecap nikmat tanpa meninggalkan kissmark. Sengaja Javas tidak meninggalkan bukti kepemilikan karena ia memiliki rencana mengajak Rinjani keluar.

"Javas sudah, ini geli."

Javas tidak memperdulikan rengekan yang disertai desahan. Ia tetap mencecap setiap kulit leher hingga ke dada.

"Uuunghhhhhhh Ja----javas."

Javas tersenyum jail melihat bagaimana reaksi wajah menahan hasrat. Rinjani menggigit bibir sedang tangannya menekan kepala Javas untuk memperdalam ciuman diarea dada.

Ciuman lalu turun ke pusar membuka kedua paha dengan pelan. Ia lalu sedikit mencondongkan tubuh menautkan kepala diantara dua paha.

"Aaaaaaahhhhhh ouh ssssssttttttt." Jeritan nikmat lagi-lagi keluar saat lidah nakal bergerilya pada klitorisnya.

Rinjani hanya bisa menggigit bibir sesekali mencengkram pinggiran pantry. Tidak ada benda lain yang bisa di gunakan untuk melampiaskan.

"Kamu menikmatinya hmmm?"

Rinjani hanya mengangguk pasrah rasanya sesuatu akan datang untuk itu ia mengangkat pinggul seraya menekan kepala Javas.

Byurrrrrr, Rinjani orgasme untuk kesekian kali hanya dengan permainan lidah dan jari. Nafasnya tersengal-sengal mencari pasokan udara setelah sekian detik menahannya.

Javas mencecap habis cairan bening tanpa sisa, ia berdiri menautkan jemari yang basah ke bibir.

"Buka mulut mu sayang."

Rinjani menggeleng, ia tahu jari besar itu penuh dengan cairan miliknya. Karena Rinjani tidak mau membuka mulut, Javas lah yang mengecapnya. Pergerakan itu membuat Rinjani bergidik, bagaimana bisa wajah Javas se sensual ini di depannya. Wajah yang di penuhi gairah tentunya .

Cupid Lonestly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang