31....... crazy rich

9.2K 169 4
                                    

Jeremy terdiam menatap keduanya secara bergantian. Dari raut wajah yang hampir menua itu terlihat banyak pertanyaan namun sirna mendengar suara Javas.

"Papa kapan kembali?" Tanya Javas memecah keheningan.

"Pagi tadi."

Alis Javas berkerut samar, pagi tadi yang berarti posisi mereka sedang tidak di rumah. Pantas saja wajah Tiffany terlihat berbeda ketika Javas pulang.

"Javas kamu ngapain di kamar Rinjani?"

Javas dan Rinjani saling adu pandang, mencoba memikirkan alasan agar tidak ada kesalahpahaman.

"Ummm mengembalikan kunci mobil."

Jeremy mengangguk percaya meski sebenarnya masih menaruh keraguan.

"Oh iya Javas kamu ikut ke ruangan papa sekarang."

"Kalau begitu Rinjani pamit ke kampus dulu pah."

Rinjani menyalami Jeremy juga Javas setelahnya bergegas keluar sebelum tubuhnya berubah membeku.

Ruangan Jeremy.

Javas duduk di sofa hitam sedang Jeremy di kursi kebesarannya. Ia mengeluarkan amplop cokelat menyerahkan ke tangan Javas.

Kedua alis Javas terangkat menatap amplop cokelat di atas meja. Ia mengambilnya hampir membukanya.

"Jangan dulu di buka."

"Kenapa?"

"Tahan."

Javas tipikal pria dengan rasa penasaran tinggi sehingga ketika papanya menahan untuk tidak membukanya lebih dulu membuat rasa penasarannya meronta.

"Ada beberapa hal yang akan kita bahas, pertama soal modal investasi di perusahaan Rahadi yang kedua tentang hubungan mu dengan Rinjani."

Mendengar kalimat terakhir tentu membuat jantung Javas berhenti sebentar. Pasalnya mereka tidak pernah membahas urusan cinta.

"Papa ke luar kota mengurus pemindahan modal yang rencananya akan papa tarik kembali namun karena ada beberapa hal yang tidak bisa di ganggu gugat papa menarik ucapan papa."

Tadinya Javas akan memprotes namun Jeremy kembali berucap.

"Kamu tidak perlu khawatir karena rapat dengan dewan direksi akan di lakukan secepatnya. Sampai sini ada pertanyaan?"

Javas mengangguk, "Sejak kapan papa jadi labil? Siapa pun yang mengganggu keluarga kita papa tidak segan membuatnya menderita."

Jeremy mengangguk mengerti, menghela nafas lalu mengelap wajahnya dengan pelan.

"Papa masih seperti dulu tapi satu hal yang kamu perlu tahu, pasar saham sedang melonjak naik keuntungan yang kita dapatkan tiga persen dari biasanya. Jadi kita akan memiliki sembilan persen kenaikan."

Huft... Javas menghela nafas kasar. Papanya masih seperti dulu, tidak ada yang berubah. Baginya uang tetap segalanya.

"Lalu bagaimana jika Rinjani tahu?"

"Itu tugas kamu, menjaga rahasia jangan sampai ada yang tahu."

"Om Rahadi dan Barron pasti tahu kan?"

Jeremy menggeleng, "Ini permainan, bisnis tetap bisnis. Rahadi client terbaik kita."

Shit! Javas mengira papanya lebih menyayangi Rinjani hingga mau mengorbankan saham puluhan miliar ternyata semua hanya permainan. Memang pandai otak Jeremy ini.

"Kita bahas yang kedua. Sekarang buka amplop ini."

Javas menurut, menyobek amplop di depan papanya. Isi dari amplop tersebut adalah foto kedekatan Javas dengan Rinjani.

Cupid Lonestly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang