Javas mendongkak memegang pipi bekas tinjuan, "Papa." Ucapnya lirih melihat wajah bringas sang ayah di depannya.
Jeremy menarik kembali kaos yang dipakai Javas memintanya agar berdiri. Tangannya mengepal tinjuan kedua akan segera di hadiahkan tetapi suara Armand mampu menghentikannya.
"Tuan, tenang lah. ini rumah sakit."
Kepalan hanya sampai di udara, Jeremy mengeratkan rahang, dadanya kembang kempis menahan amarah. Beruntunglah Javas masih terselamatkan oleh suara Armand.
"Ikut papa." Suara Jeremy lirih tetapi setiap kalimatnya terdapat penekanan. Jeremy juga sudah melepas tangan dari kaos yang dikenakan Javas.
Mereka berdua lalu keluar area rumah sakit menuju basement, tempat yang dirasa tidak terlalu ramai.
"Apa alasan mu membawa kabur Rinjani! Kenapa!" Jeremy berucap setelah mereka tiba di basement, tepatnya di depan mobil milik Jeremy.
Javas masih diam, tatapannya kosong bahkan dari arah tangan dia mengepal cukup kuat yang tidak akan di sadari papanya.
"Jawab!"
"Karena papa!" Javas memutus jarak hingga kini mereka berada di posisi berhadap-hadapan. "Karena papa selalu ikut campur urusan ku!"
"Ikut campur?" Jeremy menekan dagu sang putra cukup kuat yang membuat kepala Javas menengadah. "Katakan bagian mana yang papa campuri urusan mu!"
"Hubungan ku dengan Rinjani!"
Jeremy terdiam yang membuat Javas bisa mengalihkan tangan papanya.
"Sampai sekarang papa tidak pernah jujur kenapa papa melarang ku berhubungan dengan Rinjani padahal sudah jelas kami bukan saudara kandung! Apa karena papa takut kalah saing?"
Plak... tamparan keras yang mampu membangunkan kesadaran Javas. "Kamu ingin tahu alasan yang sesungguhnya?"
Javas tersenyum picik, dari sudut mata itu mengartikan ya.
"Ibunya Rinjani adalah mantan kekasih papa."
"Lalu apa hubungannya dengan kami?" Suara berat Javas mampu membuat suasana hening.
Jeremy menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. "Papa tidak akan melanjutkan. Kamu cukup tahu sampai disini."
Javas menarik lengan Jeremy, "Aku harus tahu semuanya."
"Kamu akan terluka?"
"Bukan kah selama ini aku sudah terluka dengan tindakan bodoh yang papa lakukan?"
Jeremy mengeratkan rahang, ucapan putranya memang menyakitkan tapi itulah faktanya.
"Baik jika itu kemauan mu. Penyebab perceraian papa dengan mama kamu karena papa masih memiliki rasa pada mendiang ibunya Rinjani.
Duar!!! Javas terdiam, bibirnya melongo, tubuhnya tiba-tiba sulit digerakan. Seperti disambar petir di sore hari, pernyataan papanya membuat Javas syok.
Selama ini yang Javas tahu penyebab perceraian orang tuanya hanya karena perbedaan visi misi. Karena ibunya tidak pernah bercerita apa pun, Stella begitu menjaga nama baik Jeremy di depan Javas tujuannya agar tidak ada kebencian.
Bahkan hingga Stella mengembuskan nafas terakhir, Javas tidak pernah diberitahu apa pun. Semua rahasia besar papanya terkuak hari ini. Dimana Javas sedang khawatir akan kondisi Rinjani lalu tiba-tiba papanya membeberkan kebenaran masa lalu.
"Itu sebabnya papa melarang mu berhubungan dengan Rinjani. Kalian akan terluka jika tahu ini semua." Jelas Jeremy meraih pundak Javas.
Javas mengalihkan tangan papanya, dia tidak sanggup berlama-lama disana yang bisa membuat otaknya semakin kacau. Javas akhirnya pergi tanpa sepatah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Dla nastolatkówMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...