18........ 21+ bermain di mobil

53K 269 20
                                    

Pagi hari....

Rinjani tidur memberingsut memeluk bantal guling yang menjadi andalan. Ia tidur dengan pakaian lengkap sama seperti sebelum Javas datang.

Seseorang datang membangunkan  memegang pelan bahu yang terekspos bebas. Tentu saja membuat Rinjani kaget mendapat pegangan dari tangan dingin itu.

"Javas." Ucap Rinjani spontan menghadap orang yang baru saja membangunkannya.

Orang itu adalah Tiffani, kepala pelayan yang memang ditugaskan Jeremy membangunkan anak gadisnya. Tiffani mengerutkan kening saat Rinjani menyebut nama Javas.

"Tiffani." Lirih Rinjani menarik selimut hingga batas dada.

"Non sudah di tunggu yang lain dimeja makan."

"I--iya."

Tiffani lalu pergi setelah membangunkan anak angkat dari majikannya. Berbeda dengan Rinjani yang celingukan seperti orang kebingungan.

Ia mengira jika Javas lah yang mengganggu tidur nyenyak nya karena semalam dia melakukan hal yang sama. Rinjani menilik tubuh dibalik selimut, ia takut jika saat Tiffani datang memergokinya tanpa mengenakan pakaian. Bukan apa-apa, Rinjani hanya tidak ingin ada kesalahpahaman di rumah ini.

Hufttt.. helaan nafas panjang dari Rinjani sambil menggaruk kepala. Mimpi apa ia semalam bisa melakukan adegan panas bersama kakak angkatnya yang mana itu dilakukan dirumah lalu ditengah permainan papanya mengetuk pintu dan dipagi hari Rinjani terlambat bangun. Sudah lengkap deretan kesialannya.

Rinjani bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuh dari sisa percintaan semalam.

Di meja makan, Jeremy, Javas dan juga Jasmine duduk di tempat masing-masing mereka masih enggan makan menunggu satu personil yang belum datang.

Rinjani berjalan kikuk melihat semuanya masih diam.

"Pagi semua."

"Pagi sayang. Ayo duduk kita sarapan."

Rinjani mengangguk.

"Kak, kita semua menunggu mu."

Hanya senyum kecut yang mewakili, Rinjani merasa bersalah telah membuat semuanya menunggu. Ia mengambil segelas air membasahi kerongkongan yang sejak tadi kering.

Semua makan dalam diam begitu pun dengan Javas. Pria itu bahkan tidak melirik Rinjani sedikit pun tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi semalam, seolah semua tidak terjadi apa-apa.

Rasanya Rinjani ingin berteriak atau mungkin menendang kaki dibawah meja lalu mengatakan hei gara-gara kau aku jadi telat bangun!

Namun semua ucapan itu hanya sampai di tenggorokan, Rinjani tidak mau merusak suasana pagi yang mungkin indah ini.

Rinjani hanya menelan beberapa potong roti tanpa mau menambah makanan lain. Ia merasa kenyang melihat wajah Javas yang datar.

"Nanti malam kita berangkat ke puncak, Jani bawa perlengkapan seperlunya saja sisanya biar Armand yang mengurus."

"Iya pah."

Javas melirik saat namanya tidak juga disebut.

"Kamu juga Javas."

Hanya deheman kecil, Javas langsung mengambil gelasnya.

"Dan untuk putri kecil papa, sekarang kamu berangkat sama kakak kakak mu, oke"

"Iya pah." Jasmine tersenyum penuh kegirangan. Ia melahap habis makanannya.

Tiffani datang menenteng bekal makanan milik Jasmine, "Nona kecil, sudah siap berangkat sekolah?"

Cupid Lonestly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang