"Diam dan nikmati." Javas berucap dengan mencium ganas bibir merah jambu itu. Javas juga tidak membiarkan jeda sedikitpun dia terus memaju mundurkan penisnya dengan cepat.
Rinjani terengah-engah membutuhkan pasokan udara dengan posisinya yang seperti ini. Ide pun muncul, Rinjani menggigit lidah sehingga ciuman berhenti dengan sendirinya. Javas mengerang kesakitan mengadahkan kepala menetralisir rasa sakit.
"Fuck!" aktifitas panas pun terhenti, Javas menggulingkan tubuh kesamping.
Rinjani tidak mempedulikan erangan kesakitan itu, dia bangkit mengelap bibir yang basah karena saliva. Javas tidak membiarkan Rinjani meninggalkan ranjang, tangannya menarik lengan hingga kepala Rinjani jatuh di dada bidangnya.
"Mau kemana huh?"
"Lepas!"
semakin Rinjani meminta dilepaskan Javas malah semakin mengunci pergerakan sehingga ruang geraknya terbatasi. Dalam posisi seperti ini, Rinjani bisa mencium parfum wanita pada kemeja yang dikenakan Javas. indera penciumannya tidak bisa bohong jika parfum yang menempel ini bukanlah parfum yang biasa dipakai Javas.
Rinjani merasa di bohongi, dia menjauhkan diri dari tubuh Javas.
"Kamu tidak bisa pergi, aku belum klimaks."
Rinjani tidak peduli, dia mengenakan kembali celana dan g-string lalu keluar kamar.
"Rinjani, Rinjani kembali lah! Aku belum puas!"
pintu di tutup cukup keras, Rinjani melangkah menuju dapur mengambil minum membasahi tenggorokannya yang kering. Dia lalu duduk menatap gelas kaca yang berisi air. Di putarnya ujung gelas itu hingga kedua kali, pikirannya tak menentu memikirkan wanita mana yang sudah Javas tiduri.
"Ahh shit!"
Sebenarnya Rinjani tidak peduli bagaimana Javas di luar rumah, juga tidak peduli dengan siapa dia bercinta setiap harinya. Hanya saja satu yang membuat Rinjani marah, disaat Javas tidak puas dengan tubuh wanita lain dia melampiaskan hasrat gilanya pada tubuh Rinjani.
Rinjani hanya menjadi objek sex disaat kepuasaan tidak didapat dari orang lain. Sungguh bangsat Javas ini! Rinjani duduk di pantry sambil terus melamun tiba-tiba tangan kekar seseorang memeluknya dari belakang lalu menciumi bagian leher. Rinjani menoleh tetapi Javas tidak peduli dia tetap melancarkan aksinya dengan terus mengendus leher.
"Javas hentikan!"
Pria itu menuli, malah semakin brutal dengan memberi gigitan kecil. Tentu saja membuat Rinjani mendesah panjang, rasa geli bercampur nikmat tidak bisa dijelaskan.
Tangan jailnya melucuti kaos yang dipakai Rinjani, "Kamu tidak mengenakan bra huh?"
Rinjani hanya mengangguk pasrah, gigitan-gigitan kecil itu cepat sekali merubah pikiran yang semula menolak mendadak menerima. tangannya terus meremas buah dada menimbulkan desahan kedua kali, tangan yang satunya menerobos masuk mengobrak-abrik di bawah sana. Tentu saja desahan kembali mengisi ruang.
Javas membalikan tubuh merubah ciuman pada leher menjadi di bibir. Tanganya masih aktif di dua tempat berbeda membuat kedua kaki Rinjani lemas tak bertulang.
"Tahan, ini baru jari ku yang bermain." Javas berucap disela-sela permainan.
"Bastard! Ahhh Javas."
Semakin Rinjani memprotes jari-jari kekar itu semakin brutal membobol gawang pertahanan. Rinjani menyerah menjatuhkan tubuh pada dada bidang itu. Javas tersenyum menang mengeluarkan jarinya dari sana lalu membopong tubuh Rinjani duduk di atas pantry.
Smrik mematikan terpancar dari wajah tampan, Javas melucuti pakaiannya dengan gerakan lambat. Hal itu sengaja dilakukan untuk menyiksa Rinjani dengan melihat pahatan sempurna di perut sixpack nya. Konon wanita akan mudah terangsang melihat prianya melepas pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Teen FictionMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...