Sinta dan Rinjani menoleh, tepat di samping Rinjani sudah ada Javas. Ia meraih gelas berisi wine dan meminta agar Sinta mau bersulang. Sinta memutar bola matanya malas melihat psikopat ada di depannya.
"Kalian tampak serasi." Puji Sinta dan itu membuat Rinjani menghadiahi pukulan ringan di bahu.
"Sin, mau ku kenalkan dengan seseorang?"
Kedua alis Sinta terangkat, sedang Javas memajukan tubuh berbisik di telinga Sinta.
"Tante Amelia ada disini."
Puk... Pukulan keras dihadiahkan pada Javas, kadar emosionalnya selalu naik jika mengingat nama Amelia. Perlu diketahui Amelia adalah istri sah Rahadi sehingga ketika Sinta mendengar nama itu tubuhnya langsung membeku.
Rinjani melerai pertikaian kecil antara mereka berdua lalu membawa Sinta pergi dari Javas. "Sudah sudah, kita pergi dari sini."
Rinjani membawa Sinta ke tempat yang tidak terlalu ramai, ia juga memberikan botol air mineral kepada Sinta. "Minum ini."
Awalnya Sinta menolak namun Rinjani langsung bicara, "Aku tidak tahu siapa Amelia tapi sepertinya nama itu membuat mu takut."
Tanpa berfikir lagi Sinta meneguk air mineral itu demi membasahi tenggorokannya yang hampir mengering.
"Dia adalah istri om Rahadi."
Rinjani hanya ber-oh ria tanpa mengeluarkan raut kaget. Karena dia sudah menduga pasti Rahadi akan membawa istrinya.
"Eumm Sin, kenapa kamu bisa datang bersama sugar Daddy mu. Apa kamu tidak merasa takut akan pandangan orang-orang? Telebih---" belum selesai Rinjani berucap Sinta sudah menyela.
"Engga dong,"
Kedua alis Rinjani terangkat, tapi dalam hatinya sudah bisa menebak. Jurus apa yang dipakai Sinta untuk membuat seorang Rahadi akhirnya membawanya ke acara penting.
"Kamu ngga pengin tahu alasannya?" Ujar Sinta dan Rinjani mengangguk.
"Oke sebenarnya ini ada kaitannya dengan dia." Sinta menunjuk perutnya yang masih rata.
"Sudah kuduga." Lirih Rinjani.
"Eh tunggu terus kenapa kamu datang sama Javas?"
Rinjani menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar. Ia lupa menceritakan pada Sinta siapa papa angkatnya ini.
"Acara ini milik papa angkat ku."
"Oh my God!" Sinta mendelik tidak percaya bahkan mulutnya ikut menganga. "Kenapa kamu tidak pernah cerita?"
"Aku lupa."
Sedang asiknya berbincang, arah pandang Rinjani jadi berbeda. Sinta bisa tahu karena ucapan Rinjani terlalu singkat. Ia pun mengikuti arah pandang sahabatnya. Disana Javas sedang berbincang dengan wanita sexy dengan rambut yang di gerai, Sinta tersenyum melihat perubahan wajah Rinjani.
"Kamu cemburu?"
"Ish! Ngga lah!"
"Tenang, dia hanya jalang jadi ku pastikan Javas tidak akan berpaling."
"Jalang?" Ulang Rinjani menatap wajah Sinta.
"Yups, dia rekan seprofesi ku. Dia adalah wanita yang pernah kamu gantikan profesinya."
Kedua alis Rinjani terangkat bahkan Rinjani sempat marah ketika Sinta mengatakan menggantikan profesinya.
"Tunggu? Jadi dia yang seharusnya melayani Javas waktu itu?"
"Yups, kamu benar sayang. Jadi berterima kasih lah pada Claudia berkat dia kamu mengenal Javas."
"Shit! Tapi kenapa dia terlihat dekat dengan Javas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
Teen FictionMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...