"Gugurkan?" Sinta bersuara.
matanya melotot tidak percaya mendengar kalimat itu keluar dari bibir pria yang sudah menanamkan benihnya. Rahadi mengambil boxer lalu mengenakannya tanpa kemeja yang tadi bertengger rapi.
"Ya gugurkan, anak ini tidak diharapkan untuk hadir ke dunia."
"Om! Ini darah daging mu apa om tega membunuhnya?"
"Jika itu yang terbaik kenapa tidak? Susan, lagi pula sejak awal saya sudah katakan tidak ada anak dalam hubungan kita." Rahadi meraih pundak sedikit mengusapnya lembut.
"Kalau tidak mau di gugurkan kamu bisa membesarkannya sendiri."Rahadi lalu melangkah mengambil wine yang ada diatas meja. Ia menuangkan kedalam gelas sebelum akhirnya meneguknya.
"Baik kalau om tidak mau tanggung jawab, jangan salahkan saya membocorkan ini pada media."
Uhuk.... Rahadi tersedak wine yang baru di tenggak. Matanya melotot mencengkram kuat gelas kaca yang dipegang. Jika Sinta membocorkan pada media bukan tidak mungkin karir politiknya hancur. Sebagai seseorang yang di percaya menduduki kursi penting pemerintah nama baiknya akan di pertaruhkan.
Akan ada banyak pihak yang mencela bahkan memanfaatkan peluang untuk menghancurkan semua termasuk karir politik juga perusahaan. Rahadi cukup mempertimbangkan ancaman Sinta yang satu ini, wanita itu terlihat tidak main-main dengan ucapannya.
Gelas yang semula dipegang sudah diletakan, ia juga mendekat meraih kedua tangan Sinta dengan mata memelas.
"Jadi apa yang kamu inginkan huh?"
"Menikahlah dengan saya."
Huft... Rahadi menarik nafas dalam-dalam, menikahi jalang adalah sesuatu yang tidak mungkin.
"Susan, jika itu permintaan mu saya tidak bisa mengabulkan. Ada sesuatu yang perlu kamu ketahui bahwa semua aset adalah milik ayah mertua saya."
Sinta terdiam cukup lama antara kaget dan bingung. Ternyata selama ini uang yang sering diberikan untuk Sinta secara cuma-cuma adalah kekayaan istrinya.
"Saya tidak peduli, saya hanya menginginkan anak ini lahir dengan orang tua lengkap."
"Serius kamu maunya begitu?"
Sinta mengangguk, Rahadi memutar bola matanya menarik nafas cukup lama sebelum akhirnya bersuara. "Oke tapi kamu juga akan menerima resiko menjadi istri seorang politikus."
Kedua alis Sinta terangkat, "Maksudnya?"
"Kamu akan mendapat banyak hujatan, kamu ngga papa?"
"Tidak masalah, asal itu sama om."
"Oke."
Rahadi menarik tubuh Sinta masuk kedalam pelukan. Sebenarnya ia sedang memikirkan cara bagaimana menangani jalang satu ini. Jujur saja Rahadi tidak mau melepas semua kekayaan demi jalang yang mungkin sudah dipakai banyak pria.
"Kamu tidur saja, om akan menikmati udara di luar."
Sinta mengangguk, ia di tuntun menuju ranjang hanya mengenakan bra juga g-string. Rahadi menyelimuti tubuh Sinta hingga batas dada lalu mencium kening dan pergi.
Sebelum Rahadi benar-benar keluar, Sinta menarik tangan Rahadi.
"Terima kasih untuk semuanya."
"Ya tidurlah."
Sudah berulang kali Sinta mencoba untuk memejamkan mata namun tetap tidak bisa. Antara ragu dan senang, apa mungkin Rahadi akan meninggalkan istri dan anaknya hanya karena jalang seperti dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Lonestly
JugendliteraturMATURE CONTENT warning!! area 21+ 🔞 "Ahh ssstttt jangan berisik Rinjani nanti papa dengar!" "Bodo amat! papa mu harus tahu sebejat apa anaknya." "Oh kau menguji ku? baik akan ku tunjukan se bastard apa diriku." selanjutnya tidak ada lagi rancauan...