52...... Plan

9.8K 141 4
                                    

Pagi hari baik Javas dan Rinjani sudah sama-sama bangun, keduanya menikmati sarapan yang dimasak langsung oleh Javas. Hanya makanan ala kadarnya roti panggang berbalut mozarela, salad sayur dan air mineral sebagai pelengkap.

Javas tidak memiliki banyak stok makanan di lemari es sehingga terpaksa mereka makan makanan yang ada. Sejauh ini tidak ada obrolan diantara mereka hingga acara makan selesai.

"Hari ini rencana kamu mau kemana?" tanya Javas mengelap bibir.

"Eum kampus mungkin. Kenapa?"

"Ngga papa, jangan pulang terlalu malam. Kemungkinan aku akan pulang larut."

"Oke."

"Aku pergi dulu."

Javas menenteng tas keluar dari apartemen sedang Rinjani masih duduk di meja makan. mereka berdua seperti pasangan suami istri menempati apartemen yang sama, ranjang yang sama, sarapan dan dinner berdua. Hanya status saja yang tidak jelas.

Huft... Rinjani mengambil ponsel di saku celana mengirim pesan pada Sinta.

Jangan lupa hari ini ada mata kuliah pagi.

pesan terkirim, Rinjani meletakan ponsel diatas meja lalu mengemasi sisa piring dan mencucinya.

Selesai dengan aktifitas, Rinjani berangkat ke kampus seorang diri. Menikmati udara pagi di tengah kota yang panas, ia sempatkan mampir ke mini market membeli minuman untuk membasahi tenggorokan yang mendadak kering.

Rinjani memilih dua kaleng minuman juga beberapa snack, tidak sengaja ia menabrak seseorang.

Bugh.... Barang bawaannya terjatuh juga milik orang yang baru ditabrak.

"Maaf maaf." ucap Rinjani tanpa menoleh.

Orang di depannya diam saja tidak memungut barang yang berserakan hingga semua selesai baru lah Rinjani mendongkak. ada kerutan pada kening melihat pria di depannya ini. Sepertinya Rinjani pernah melihatnya tapi ingatannya sedikit lupa.

"Ash!" Rinjani menutup mulut yang hampir menganga, ia ingat sekarang. Pria ini adalah salah satu dari pria yang menyekapnya beberapa hari lalu.

Dia adalah tangan kanan Bramasta yang memang sengaja menguntit Javas dan Rinjani.

"Apa kabar manis? Masih ingat dengan saya?"

Tubuh Rinjani membeku masih dengan mulut yang menganga.

"Tidak perlu takut, saya tidak mungkin menyakiti mu di tempat ramai seperti ini."

"Apa yang anda inginkan!" Rinjani langsung berdiri memasang wajah datar.

si pria ikut berdiri, "Jadi kamu masih mengingat saya hmm? Bagus." mata pria ini melirik pada belanjaan yang dibawa Rinjani.

"Hmmm ternyata kalian tinggal bersama, bagaimana kabar tunangan mu?"

"Jangan basa-basi katakan apa yang ingin anda sampaikan!"

"Eumm tidak banyak. Cukup kamu beri tahu tunangan mu untuk tidak lagi mencari bukti. Dan....." ucapan itu terjeda beberapa detik, si pria memasukan kedua tangan kedalam saku celana. "Dia di tunggu di kantor polisi. katakan pada dia untuk datang jika tidak kamu akan jadi gantinya."

Rinjani sedikit tidak mengerti arah pembicaraan dari pria misterius ini, tapi beberapa hal yang Rinjnai tangkap adalah bos pria ini sekarang berada di penjara lalu mereka menginginkan Javas untuk datang membelanya.

"Saya tidak ada urusan dengan kalian, jika itu penting datanglah ke kantornya." Rinjani lalu pergi, biru-buru membayar belanjaan untuk segera meninggalkan mini market.

Cupid Lonestly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang