Mengurus perceraian ternyata tidak mudah. Bahkan menurutku jauh lebih rumit daripada saat kami mempersiapkan pernikahan kami dulu. Entah itu karena perceraian hanya kuurus sendirian sedangkan pernikahan dibantu oleh banyak pihak, atau karena definisi dari berpisah itu sendiri yang sudah terasa berat sejak awal.
Aku mendatangi seorang konsultan perceraian setelah melakukan pencarian bersama Emma di internet. Aku bisa mencarinya sendiri, tetapi sebagai warga New York, Emma mungkin punya pernah mendengar sesuatu tentang nama-nama konsultan yang kami temukan. Emma juga ingin ikut menemaniku menemui konsultan tersebut, tetapi aku menolak. Ada beberapa hal yang aku tidak akan bisa mengatakannya kalau ada dia.
Sayangnya, setelah melewati pembicaraan yang panjang, aku dan Killian tidak bisa bercerai dalam waktu dekat. Bahkan tidak bisa bercerai di sini. Ada beberapa persyaratan kependudukan yang harus dipenuhi. Salah satu dari kami harus tinggal di sini minimal dua tahun, sedangkan kami belum sampai setahun. Boleh saja satu tahun, asalkan kami menikah di New York. Namun, kami justru menikah dulu di California sebelum pindah ke sini. Kalau ingin mengabaikan waktu tinggal, kami harus menjadi penduduk resmi New York dulu. Aku masih merasa keberatan jika mengganti kewarganegaraan. Ada keinginan untuk kembali jika New York tidak lagi terasa nyaman.
Di antara semua itu, alasan perceraian juga diperlukan. Mereka tidak akan sembarangan menyetujui perceraian pasangan jika tidak ada alasan yang jelas. Konsultan tadi menyebutkan beberapa contoh, tetapi tidak satu pun terjadi pada kami. Aku bisa saja menjadikan alasan Killian berkencan dengan wanita lain adalah suatu bentuk perselingkuhan, tetapi itu tidak akan adil untuknya.
Salah satu cara agar perceraian berhasil dalam waktu dekat adalah dengan kami melakukannya di Cali. Sayangnya, di sana tidak akan menyetujui perceraian terjadi pada wanita hamil. Sementara itu, New York termasuk salah satu negara bagian yang mengizinkan perceraian bagi wanita hamil.
Seharusnya saat kami pulang ke Cali kemarin, kami langsung mengurus perceraian saja. Mungkin aku memang harus bersabar dulu dan menerima bahwa situasi ini akan kujalani terus dalam waktu lama. Dan, ya, Killian akan tahu aku sedang mengandung anaknya ketika perut ini membesar.
Aku menyingkir dari depan kulkas yang memantulkan bayanganku meski buram. Setelah mengambil satu gelas dari lemari pantri, aku berhenti sebentar di depan kulkas untuk mengira-ngira apakah lingkar perutku membesar. Lingkar pinggang celana atau rokku mulai sesak saat aku memakainya. Bahkan hari ini, aku hanya memakai kaos oversize berlengan sampai siku. Ukurannya mampu menutupi perutku yang membuncit selama beberapa bulan ke depan. Panjangnya setengah pahaku, jadi aku tidak perlu melapisinya dengan celana lagi.
Blender yang sedang mencampuradukkan berbagai jenis sayuran kumatikan setelah dirasa cukup lunak. Pagi ini aku bermaksud ingin minum vegetable mix yang katanya bagus untuk wanita hamil. Kehamilan ini membuatku tergila-gila pada sayuran dan asupan alami lainnya, padahal aku tidak pernah tertarik untuk mencoba sebelumnya.
Aku menelan ludah ketika isi dari blender benar-benar berhenti berputar. Selama ini aku selalu menyantap sayur yang sudah dimasak, kecuali tomat dan wortel, Mom bilang sejak kecil aku suka memakannya saat masih mentah. Warna jus ini hijau pekat, hampir mirip rumput. Aku bisa saja membayangkan sedang memakan rumput ketika menenggaknya nanti. Kuharap baunya tidak seburuk yang kubayangkan karena semuanya mentah dan aku sudah tidak ingat apa saja yang kumasukkan ke blender tadi.
"Hoek!"
Aku lantas menutup mulut sampai hidung begitu aromanya memenuhi hidung. Itu benar-benar bau rumput yang lembek. Perutku jadi mual, ingin sekali memuntahkan isi perut, tetapi pagi ini aku belum makan apa lun. Aku berusaha menutupnya kembali dengan satu tangan karena tangan yang lain sibuk menutup hidung, tetapi berakhir dengan menjatuhkan tutupnya ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feelings [✔]
Poetry#MarriageSeries Pernikahan menjadi dambaan setiap orang, Ana tahu itu. Namun, sebagai seorang wanita karier yang memiliki target pencapaian dalam hidupnya, Ana tidak bisa memenuhi keinginan orangtuanya untuk segera menikah. Sayangnya, takdir sedang...