74 - Family Dinner

1K 52 11
                                    

Bercerai dari Killian. Kupikir itu adalah yang kuinginkan, tetapi sekarang aku justru tidak bisa berhenti merasa cemas setelah bicara di telepon. Sudah tidak mungkin untuk menarik kembali kata-kataku, 'kan? Killian sudah membawa berkasnya ke Cali dan pihak pengadilan meminta pertemuan bersama kami, kalau tidak dipenuhi, kami akan mendapat denda.

Begitu penampilan dari kami berakhir, aku langsung memesan tiket pulang ke California, tidak lagi mengikuti penampilan dari desainer lainnya atau merayakannya dengan makan-makan bersama. Aku cukup beruntung masih mendapat tiket untuk penerbangan pertama. Demi mengejar keberangkatan yang lumayan pagi itu, aku nyaris tidak tidur semalaman karena harus berkemas, termasuk mengemas kebutuhan show karena tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja. Ini kepulangan yang lebih cepat dari yang kami rencanakan dua hari lagi. Perjalanan ke Paris ini seharusnya ditutup dengan liburan bersama ke suatu tempat, setidaknya pencapaian ini dirayakan dengan sedikit hiburan meski tidak semua rekan-rekanku bisa terlibat.

Bagian buruk lainnya dari situasi ini adalah aku harus meninggalkan Allen. Aku yang membawanya ke sini, membuatnya harus mengosongkan satu minggu lebih waktunya yang seharusnya bisa dia pakai untuk bekerja. Namun, aku juga yang membuatnya terjebak dengan barang-barang kami. Dia sudah berkata kalau tidak apa-apa aku pulang lebih dulu, tetapi senyumnya yang senantiasa menenangkan, tidak berlaku seperti itu pagi ini. Sebagai gantinya, aku membiarkan dia memelukku cukup lama sampai aku berani memutuskan untuk membalas pelukannya, berharap itu harga yang pantas untuk menebus kesalahanku.

Aku tidak sendirian, ada Emma yang memaksa untuk ikut karena khawatir aku kehilangan arah selama di perjalanan pulang. Dia memaksa ikut dan aku tidak bisa menghentikannya. Bahkan saat berusaha meyakinkannya dengan berkata aku akan baik-baik saja, aku menuangkan saus ke minumanku, mengira itu adalah potongan piza yang Emma beli untukku sebagai sarapan. Aku juga terlalu banyak melamun hingga tidak menyadari panggilan untuk memasuki pesawat. Emma melakukan tindakan yang benar dan aku tidak tahu seberapa banyak terima kasih yang harus kukatakan padanya.

Semalaman tidak tidur dan selama hampir dua belas jam di pesawat pun aku tidak bisa tidur. Aku tidak sedang berusaha mendramatisir, tetapi Killian berhasil membuatku tidak bisa menyingkirkannya dari pikiran. Belum lagi reaksi orangtua kami. Aku sudah berjanji kalau aku yang akan memberi tahu mereka, tetapi kukira itu akan mudah, sekarang wajah kecewa mereka justru menghantuiku. Pernikahan kami adalah kebahagiaan mereka dan sekarang aku menarik paksa senyum itu dari wajah mereka.

Sekarang kepalaku terasa sangat pusing. Perbedaan waktu yang terlalu jauh antara Paris dan California membuatku tidak punya tenaga untuk sekadar menarik koper. Emma menahanku saat hampir jatuh ketika keluar dari taksi. Sekarang dia menyeret dua koper memasuki rumah orangtuaku. Kabar baiknya, mereka sedang pergi. Begitu juga dengan orangtua Killian, aku tidak melihat mobil mereka di halaman rumah sebelah. Aku sengaja ke rumah orangtuaku karena Killian pasti ada di rumah orangtuanya. Aku tidak siap bertemu Killian, bisa dipastikan aku akan menangis lagi kalau teringat raunganku malam itu meminta untuk diceraikan.

Aku akan tidur dulu, mengistirahatkan diri sekaligus menyiapkan mental untuk menghadapi orangtua kami nanti malam. Namun, baru saja melewati ruang tamu, aku justru disambut oleh pemandangan yang membuat tulang-tulangku serasa seperti jeli. Otot-ototku menjadi selunak rumput laut dalam sup. Tas jinjingku terjun bebas ke lantai, tidak lagi memikirkan isi di dalamnya.

"Jaden! Hentikan!"

Killian terbaring di lantai di antara kaki Jaden dengan kerah kemejanya ditarik. Satu tangan Jaden yang lain terkepal dan mengarah ke wajah Killian. Kalau saja aku tidak menjerit, mungkin itu sudah mendarat di wajah Killian.

Jaden menatapku dengan napas yang memburu. Wajahnya tidak akan sampai semerah itu jika tidak sedang dikuasai oleh kemarahan. Aku membeku di tempatku berpijak sekarang, menyaksikan Jaden yang seperti itu merupakan salah satu ketakutan terbesarku. Karena rasa takut itu pula aku jadi tidak berani ke sana dan memisahkan mereka berdua. Tatapan Jaden kemudian beralih pada Emma dan saat itu pula tangannya yang terkepal di udara jatuh di sisi tubuhnya. Setelahnya dia pergi dari sana.

Catching Feelings [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang